BEASISWA 1

117 12 0
                                    

Hari ini adalah hari yang menggembirakan bagiku. Ya, bahkan sangat menggembirakan bagiku. Hari ini aku mendapat tawaran beasiswa untuk kuliah di Kairo, Mesir.

Fatimah memang gadis yang cerdas. Sejak kecil dia sudah menampakkan kecerdasan didepan orang tuanya. Sangat diacungi jempol. Sekolah adalah impiannya. Baginya, pendidikan itu sangat penting. Semua orang didunia ini memerlukan pendidikan.

Tapi, disisi lain dia harus merasa kesedihan. Dia tidak bisa meninggalkan ibunya sendirian disini. Fatimah pun bimbang. Kabar gembira ini belum diucapkan dari mulut mungilnya kepada ibunya.

Ibu lebih penting, bukan? Tapi, bukankah pendidikan itu juga tidak kalah pentingnya? Lalu, apa yang harus Fatimah pilih?

Cita-citanya akan tercapai sedikit lagi. Tapi... Bagaimana dengan ibu? Apa sebaiknya ibu juga ku ajak kesana?

Pertanyaan demi pertanyaan terus ditanyakan gadis ini. Sepanjang perjalanan dia hanya melamunkan pertanyaannya.

Aisyah yang berada disampingnya, saja didiamkan. Tidak ada satu pun kata yang dikeluarkannya. Aisyah mencoba berbicara, tapi tidak ada tanggapan dari Fatimah.

Kini harapanku berada di ujung tanduk dan harapanku berada di titik keputusasaan.

Saat sampai di tenda pengungsian, yang dilakukannya hanya merenung saja. Ibu mulai curiga. Hingga Aisyah yang memberi tahu apa yang terjadi dengan Fatimah kepada ibunya.

Ibu tersenyum sumringah.

"Kenapa kabar gembira ini harus disembunyikannya?"tanya ibu bingung.

Dipeluk anaknya erat-erat dari arah belakang. Fatimah terkejut. Matanya melirik senyum dibibir ibunya. Dan, ibu pun berbalik dan berada didepan dirinya.

"Kenapa kabar gembira ini harus disembunyikanmu?"tanya ibu
tiba-tiba.

Fatimah tercengang. Mulutnya menganga. Matanya menunduk. Tidak ada jawaban dari dirinya.

Dia berkata padaku seraya menaruh harapan padaku.

"Raihlah cita-citamu, nak..."ucapnya.

Tidak ada jawaban lagi dari dirinya.

"Ibu tidak apa-apa disini. Kamu berangkatlah kesana. Jangan khawatirkan ibumu ini!"ucapnya lagi.

"Tapi, bu... Aku tidak bisa pergi meninggalkan ibu disini."ucapku lirih. Air mata siap turun ke pipinya.

Ibu mengganguk mantap.

Fatimah dengan berat hati memilih diam.

"Ibu tidak apa-apa disini." ibu mengulang ucapannya.

"Aku tidak bisa,bu..."ucapku
tiba-tiba.

Ibu menggenggam tanganku, sangat erat. Matanya melekat dan menyerap semua pandanganku. Aku memandang balik ibu.

Ibu menyakinkan diriku sekali lagi. Tapi, usahanya sia-sia. Fatimah tetap kokoh pada keputusannya.

GADIS GAZA - TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang