MELANGKAH KE SURGA-NYA

66 13 5
                                    

"Aku akan segera menikahimu, Fatimah." ucap Bilal menatap gadis di hadapannya.

"Apa kamu sudah yakin?" tanya Fatimah hanya ingin memastikan.

"Insyaallah..." jawab Bilal mantap, dan detik itu juga gadis itu tersenyum. Jantungnya semakin berdebar-debar. Bahkan, lebih cepat dari biasanya.

●●●●●

Fatimah segera menelepon kedua sahabatnya, tentu saja Aisyah dan Syifa. Untuk segera memberi kabar bahagia ini. Belum di telepon, ternyata Aisyah sudah menelepon terlebih dahulu.

"Assalamu'alaikum..."

"Wa'laikumsalam..."

"..."

"Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un."

"Jadi, kita butuh kamu, Fat. Kamu bisa kembali ke sini, kan?"

"Sebenarnya aku juga mau memberi kabar bahagia, bahwa aku dan Bilal akan segera menikah. Tapi..."

"Alhamdulillah... Kami turut bahagia, ya."

"Tapi, sepertinya aku harus kembali ke Gaza."

Mendengar potongan kalimat "Kembali ke Gaza", membuat batin Bilal bertanya-tanya. Ibu dan ayahnya Bilal juga dengan wajah penuh tanda tanya. Begitu pun kak Jessica dan matanya yang terus bertanya.

Fatimah berbalik dan menatap keluarganya itu.

"Aku harus kembali ke Gaza." matanya mulai menangis. Air matanya telah menetes membasahi pipinya.

"Kenapa?"

Ibunya Bilal merangkul Fatimah. Kak Jessica hanya menatap penuh kebingungan.

"Terjadi kerusuhan di Gaza semalam, dan banyak warga sipil yang meninggal dunia. Bahkan, banyak juga relawan yang ikut meninggal dunia. Jadi, mereka membutuhkan aku." terang Fatimah, dan detik itu juga pria itu menangis.

Siapa lagi kalau bukan Bilal?

"Jadi, apa pernikahan ini harus kita tunda?" tanya ayahnya Bilal dengan rasa iba.

"Tidak apa-apa, jika pernikahan ini harus kita tunda." jawab Bilal, sebenarnya dari lubuk hati terdalamnya, tidak ingin mengucapkan kalimat menyakitkan itu.

"Jika Fatimah ingin kembali untuk sementara waktu ke Gaza, silahkan. Tapi, aku sarankan Bilal ikut denganmu. Dia seorang relawan juga, bukan?" Apa yang dikatakan kak Jessica itu benar!

"Ayah setuju."

Fatimah dan Bilal menganggukkan kepala mereka bersamaan.

●●●●●

Di mobil kami hanya terdiam satu sama lain. Hening sekali.

"Maaf..." kata itu akhirnya terucap dari bibir Fatimah.

"Kamu tidak salah, untuk apa minta maaf! Itu semua sudah diatur oleh-Nya. Jadi, tidak apa-apa."

"Tap-."

"Aku akan sabar menunggu kamu, Fat. Hingga hari pernikahan kita tiba. Sampai kita bersama-sama melangkah ke surga-Nya."

Untuk kesekian kali, jantung Fatimah berdebar-debar lagi.

Bilal memang calon "Imam idaman".

●●●●●

Akhirnya kaki Fatimah kembali menginjak tanah Gaza.

Lihatlah, hiruk-pikuk Gaza hari ini. Banyak yang telah tertembak. Tangisan dan jeritan semakin memerihkan hati. Hari ini peristiwa menyakitkan terjadi lagi dan lagi. Allah telah memberi ujian pada hamba-Nya. Kepada-Mu kami berdoa. Kepada-Mu kami meminta.

Ku pandangi Aisyah dan Syifa di hadapanku. Mereka tampak lusuh. Wajahnya berdebu dan jilbabnya kumal, dan terkena percikan darah di sana-sini.

Semalam langit Israel penuh bintang, sedangkan langit Gaza penuh tangisan.

GADIS GAZA - TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang