ZAINAB DAN KARIM

72 11 0
                                    

Setelah semalam hujan turun, pagi dipenuhi udara segar. Tidak ada asap, akibat terjadinya ledakan di beberapa wilayah. Sejuk...

Aku pandangi Zainab yang sedang menyuapi Karim. Mereka adalah kakak-beradik yang telah menjadi yatim piatu, karena ayah dan ibunya meninggal dunia dalam serangan Israel beberapa waktu lalu. Miris rasanya melihat mereka harus kehilangan orang tua. Terkadang saat tidur, Karim sering mengigau memanggil ayah dan ibunya.

"Aku jadi teringat ayah dan ibu..." ucap lirih Fatimah dengan tatapan iba.

Zainab yang merasa dipandangi, segera mengukir senyum di bibirnya. Fatimah segera menghapus kesedihannya dan mencoba tersenyum.

"Kak Fatimah..." panggil Karim dengan tangan melambai. Aku mengangguk dan menghampiri mereka.

Aku duduk tepat di samping Karim. Karim sangat lahap menyantap makanan yang disuapi kakaknya. Kini, ku lihat Zainab tidak hanya berperan sebagai kakak, tapi juga seorang ayah dan ibu untuk adiknya.

"Kak Fatimah sudah makan?" tanya Karim.

"Alhamdulillah... Sudah." jawab Fatimah ramah.

"Kak Fatimah nanti mau temani aku main, gak? Aku ingin sekali-kali bermain dengan kakak." tanya lagi Karim. Muka imutnya langsung merayu ku untuk segera mengatakan "Iya."

"Iya..." jawabku.

"Kak Fatimah pasti sibuk, ya? Biar nanti aku saja yang bermain dengan
Karim." ucap Zainab memastikan.

"Hari ini aku tidak begitu sibuk." jawabku.

"Syukurlah..."

"Kamu jangan menyusahkan kak Fatimah, ya?"

"Iya, kak..."

"Anak baik."

 ●●●●●

Aku dan Karim sedang bermain petak umpet, cuaca juga mendukung. Karena tidak begitu panas.

Kali ini Fatimah yang menghitung dan Karim yang bersembunyi.

"1... 2... 3... 4... 5..." Fatimah terus menghitung hingga 25.

Dari kejauhan, tentara Israel melihat Karim yang sedang bingung ingin bersembunyi dimana.

"Aku bersembunyi disitu saja." kata Karim dalam hati, dengan langkah yang semakin cepat. Akibatnya, dia tersandung. Dan, itu terjadi karena tentara Israel sengaja mengulurkan kakinya, agar Karim tersandung.

Karim terjatuh tepat di depan kaki tentara Israel itu.

"Hahaha... Hahaha... Hahaha..." tawanya menggelegar sekali.

Karim terbangun dengan kaki terpincang. Ada luka di lututnya.

"Kalian pikir ini lucu! Kalian yang membuatku tersandung!" teriak Karim tanpa rasa takut sedikit pun. Padahal dihadapannya sudah ada tentara Israel dengan senjata lengkap di tangannya.

"Hai, anak kecil... Pergilah jauh-jauh dari sini. Jangan bermain disini!"

"Yang seharusnya pergi itu kalian."

"Bawa anak kecil ini menjauh dari kita!" perintah tentara Israel.

"Lepas..."

"Karim..." Panggil Fatimah, untung aku segera datang.

"Lepaskan dia!" Fatimah menarik tangan Karim untuk segera berada di sampingnya.

"Bukankah dia Fatimah?" tanya seorang tentara. Salah satu temannya mengangguk.

"Sekarang kau telah tumbuh menjadi gadis cantik." rayunya.

Aku diam, tidak menggubrisnya.

Langkah kaki ku membawa Karim pergi dari sini.

"Mau kemana kamu, Fatimah?"

"Kemarilah..."

Aku menggenggam erat tangan Karim.

●●●●●

Saat tiba di tenda pengungsian, aku langsung memgobati luka di lutut Karim.

"Sekarang kamu bermain di sekitar tenda pengungsian saja, ya... Lukamu cukup besar. Semoga cepat sembuh."

"Iya, kak... Terima kasih."

Zainab datang.

"Kak Fatimah... Kenapa Karim?" tanya Zainab kepada Fatimah.

"Aku tersandung..." jawab Karim kepada Zainab.

Sebelum membuka mulut, Karim sudah berbicara terlebih dahulu.

Dan, Karim menceritakan peristiwa tadi.

GADIS GAZA - TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang