Hari ini seakan matahari turut ikut bersedih, hingga tak menampakkan wajah cerahnya. Bersembunyi dari balik awan. Mendung hadir, hujan mengalir.
Seusai pemakaman, Fatimah menatap miris anak laki-laki itu, terlalu cepat dia menyadari kematian ayahnya. Masjid Al-Aqsa, kini yang menjadi saksi kesedihannya. Menangis saja kurang dari rasa sedih yang dialaminya. Fatimah pernah merasakan kesedihannya, Fatimah pernah melalui kenyataannya.
Bendera negara Palestina tergenggam di tangan mungilnya. Bahkan ia tidak sadar kalau sedari tadi sedang diperhatikan.
"Kirimlah doa jika kamu mencintai ayahmu."ucapku padanya. Mata mungilnya menoleh, ku lihat dia terisak. Aku sedikit bercerita tentang kisahnya yang sama denganku. Anak laki-laki tersebut terkesima dengan kisah memilukan itu.
Dia pun juga berbincang tentang ayahnya. Ya, aku adalah pendengar yang baik untuknya. Teman curhat yang siap mendengar dan memberi semangat.
Kami sampai sesekali menangis jika mengingat masa lalu bersama ayah. Kami dilahirkan dari 2 orang ibu yang berbeda, juga dengan ayah yang berbeda pula. Tapi, 1 yang sama dari kami adalah rasa rindu kepada ayah yang hanya dapat diucapkan dalam doa.
KAMU SEDANG MEMBACA
GADIS GAZA - TERBIT
SpiritualJika kaki mu jauh untuk melangkah menolong kami, maka ulurkan lisan mu untuk mendoakan kami. Kami tengah berjuang mewakili seluruh umat islam di seluruh penjuru dunia. Note : Diharapkan follow akun Wattpad Guratan Sendu sebelum baca karya tulisku da...