PERTEMUAN KEMBALI

73 11 0
                                    

Fatimah berlari dengan cepat, tanpa melihat kanan-kiri, dia membawa tumpukkan buku. Dan, seorang pria berlari dari arah seberang.

Hingga... Bruk! Kami bertabrakan; terjatuh. Semua buku yang dibawa Fatimah berhamburan kemana-mana.

"Sorry..." seorang pria itu berbicara. Tapi, Fatimah sibuk mengambil buku-buku yang ikut terjatuh.

"Ini..."

"Terima kasih."

"Aku minta maaf, ya..."

"Aku juga minta maaf."

Fatimah menganggukkan kepalanya. Fatimah menatap seorang pria itu. Tunggu, sepertinya wajahnya tidak begitu asing bagiku. Aku pernah melihatnya. Tapi, dimana?

"Gadis itu... Ya, aku tahu dia yang dulu memergoki ku sedang sholat dhuha diam-diam saat menjadi tentara Israel." batinnya.

"Kau..." ucapku dan dia bersamaan.

Kini Fatimah tahu pria itu.

"Kenapa dia kembali lagi?" batinku.

"Namaku Bilal." jadi pria itu bernama Bilal, dipandanginya gadis di depannya.

"Namaku Fatimah." yang dipandangi hanya menunduk.

Terlihat canggung setelah beberapa tahun tidak bertemu kembali.

"Sekali lagi aku minta maaf." ucap Bilal.

"Iya..." jawab Fatimah.

"Kenapa kamu ke sini lagi?" tanyaku spontan.

"Aku akan menjadi relawan disini." jawabnya.

"Oh..." responku.

"Apa kamu tahu dimana tenda pengungsiannya?" tanyanya dengan wajah kebingungan.

"Tenda pengungsian kami sudah pindah. Aku juga mau kesana. Ayo... Kalau mau bareng?" ajakku.

"Ayo..." jawabnya cepat.

Kami menelusuri jalan setapak untuk menuju tenda pengungsian. Sepanjang perjalanan hanya ada kesunyian, tidak ada sepatah kata yang diucapkan.

Nah... Kini, kami telah sampai di tenda pengungsian.

"Kak Fatimah, ada korban yang harus ditangani." Zainab datang memberi informasi.

"Baiklah, terima kasih infonya." jawabku.

Zainab pergi berlalu.

"Aku tinggal dulu, ya... Ruangan untuk relawan ada di sebelah
kanan; disana." jelasku.

"Iya..." jawabnya.

Fatimah pergi meninggalkan Bilal.

Bilal menatap punggung Fatimah yang semakin menjauh.

"Oh... Jadi, sekarang
dia seorang dokter."

●●●●●

"Apa Aisyah sudah membaik?" tanya ibunya.

"Alhamdulillah... Demamnya sudah turun, wajahnya juga tidak terlihat pucat lagi. Hanya saja obatnya harus dihabiskan." jawabku.

"Alhamdulillah..."

"Sekarang waktunya minum obat,
ya... Tadi sudah makan, kan?"

"Sudah, kok."

"Ini obatnya."

"Ini minumnya."

GADIS GAZA - TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang