PANDANGAN RASULULLAH SAW UNTUK PALESTINA

72 10 2
                                    

Shalat zuhur telah usai, tapi para jamaah tidak lantas keluar begitu saja dari masjid Al-Aqsa.

Ceramah hari ini tentang "Pandangan Rasulullah SAW Untuk Palestina." Pak ustadz menceritakan sebuah kisah.

Kondisi Palestina saat ini, ketika melihat para pejuang, ada keteguhan dan keikhlasan dalam memperjuangkan negara Palestina.

"Mengingatkan kita akan sebuah nubuat 1400-an tahun yang lalu, yang diceritakan oleh Abu Umamah RA, seperti disebutkan oleh imam Thabrani dalam kitabnya "Al-Mu'jam
Al-Kabir." jelas pak ustadz, semua jamaah fokus mendengarkan ceramahnya.

Abu Umamah RA menyebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda "Akan senantiasa ada sekelompok umatku yang berada di atas kebenaran, mengalahkan musuh-musuhnya, dan orang-orang yang memusuhi mereka tidak akan mampu
menimpakan bahaya terhadap mereka kecuali sedikit musibah semata. Demikianlah keadaannya sampai akhirnya datang urusan Allah SWT."

"Wahai Rasulullah, dimanakah kelompok tersebut?"tanya para sahabat.

"Mereka berada di Baitul Maqdis dan sekitar Baitul Maqdis."

Itulah... Kenapa Palestina tidak pernah kehabisan stok dalam melahirkan pejuang-pejuang tangguh, dari zaman Umar sampai saat ini, bahkan terus sampai nantinya Dajjal terbunuh di kota Lod, Palestina.

●●●●●

5 jam kemudian... Kami sampai di tenda pengungsian.

Matahari sudah terbenam.

Fatimah duduk sambil menikmati angin spoi-spoi. Fatimah membaca setiap lembaran buku.

Aisyah berjalan menuju tenda pengungsian. Kepalanya terasa sakit, pusing. Fatimah, melihat Aisyah dari kejauhan.

"Sepertinya Aisyah sakit?"

Hingga... Bruk! Aisyah terjatuh, dia pingsan.

"Aisyah..." teriakku.

"Badannya panas sekali, sepertinya dia demam."

"Tolong..."

"Tolong..."

"Tolong..."

"Aisyah..."

"Kak Aisyah..."

Syifa dan Zainab datang menghampiri.

"Ini selimutnya."

"Terima kasih."

Fatimah terlihat cemas akan kondisi Aisyah. Syifa dan Zainab khawatir akan keadaan Aisyah. Dia merawat Aisyah dengan baik.

Suasana ruang kesehatan itu lenggang.

Sudah 1 jam Aisyah pingsan, hingga sekarang dan belum juga bangun. Matanya masih terpejam.

Kami sangat cemas sekaligus khawatir, apalagi suhu  badan Aisyah sangat panas.

Berkisar 15 menit, Aisyah membuka matanya secara perlahan-lahan.

"Alhamdulillah..."

Aisyah yang belum sadar total pun hanya heran, dan hal itu cukup membuat kami semakin cemas dan khawatir.

"Kok aku ada disini?" tanya Aisyah.

Fatimah bernafas lega.

"Tadi kamu pingsan di depan tenda pengungsian."

"Tapi, aku udah gak apa-apa kok."

Fatimah tersenyum kecut.

"Apa suhu badan 41° itu yang namanya gak apa-apa?"

Sontak Aisyah memegang lehernya "Panas."

"Sekarang kamu istirahat aja, ya."

"Kak Aisyah istirahat aja, mungkin kak Aisyah kelelahan."

"Tap-."

"Udah istirahat aja."

Aisyah yang sempat turun ranjang, membuat Fatimah, Syifa, dan Zainab kembali menyeret tubuh Aisyah menuju ranjang.

"Tidur!"

Aisyah masih saja tidak bergeming.

"Tidur!"

Mau tak mau gadis itu pun menurut. Kini tubuhnya sudah berada di atas ranjang.

●●●●●

Aisyah terbangun dari tidurnya. Dilihatnya Fatimah tertidur pulas sambil memegang tangannya.

Ibu dan adiknya juga tertidur di kursi.

Aisyah pun kembali tidur.

●●●●●

"Kau sudah bangun?"

Aisyah menganggukkan kepalanya.

"Makan dulu, habis itu minum obat." perintah Fatimah.

"Baik, bu dokter."

"Bagus..."

Fatimah menyuapi Aisyah. Wajahnya masih terlihat pucat, meski suhu tubuhnya sudah turun.

"Ini minumnya."

"Tunggu 15 menit lagi, baru minum obat."

"Terima kasih." Aisyah menarik tangan Fatimah sebelum pergi.

"Sudah menjadi tugasku untuk merawatmu."

"Tugas seorang dokter?"

"Tidak hanya itu, sudah tugas ku menjadi dokter dan sahabatmu."

Aisyah meneteskan air mata.

"Jangan menangis!" pinta Fatimah.

"Aku terharu."

Dan, Fatimah memeluk Aisyah.

Sahabat bagai tangan dan mata. Saat tangan terluka, maka mata menangis. Saat mata menangis, maka tangan menghapus air matanya.

Saling melengkapi satu sama lain.

GADIS GAZA - TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang