Hari yang melelahkan telah terlewati. Dan semangat hari esok siap dinanti. Sepatah kalimat di tulis dalam diary. Mengungkapkan isi hati.
Dear Diary.
Tak terasa waktu silih bergantian mengayun nadi yang berdetak tak karuan, menghantam gelisah yang kian pekat.
Allah, mungkinkah aku bisa jalani hidup buram ini? Mungkinkah aku juga bisa jalani hitam tanpa putih?
Jawabannya insyaallah bisa! Bangkitlah, berjalanlah, dan berkembanglah hijrah dalam sanubari. Dan tak gentar menyeru bahwa kita bisa, bukan? Tak perlu risaukan kicauan yang menusuk sumsum tulangmu dengan berbumbu pedas, biarkanlah silat lidah itu hilang terbawa arus laut yang kian berlalu.
Marilah kita bersama bergandengan menuju jannah-Nya, bersama memegang erat ukhuwah.
Bukankah bersama itu lebih indah daripada sendiri?
Marilah kita bersama memupuk asa dalam paduan-Nya.
Masih ada pelangi dalam pekatnya awan hitam.
Doa kami terus kepada-Nya. Memohon setiap kesedihan ini.
Karena kita akan bahagia selamanya yang kekal di akhirat.
Air mata Fatimah tak dapat dibendung lagi. Lihatlah, sudah 1 tahun dia dan ibunya tinggal di Kairo, Mesir. Memang tidak begitu terlihat ketegangan di negara ini. Tapi, negara tetangganya ialah Palestina terus bersikeras keras tanpa ampun.
Tepat semalam, di malam jum'at tentara Israel meledakkan bom di daerah penduduk. Sebagian besar korbannya adalah pemuda dan anak kecil. Sehabis sholat isya bom itu menggemparkan negara itu.
Seketika dia kangen dengan tanah kelahirannya. Ini bukan kutukan untuknya.
Jangan menyebut kekejaman di Palestina ini adalah kutukan!
Ini semua karena sebuah ego...
KAMU SEDANG MEMBACA
GADIS GAZA - TERBIT
SpiritualJika kaki mu jauh untuk melangkah menolong kami, maka ulurkan lisan mu untuk mendoakan kami. Kami tengah berjuang mewakili seluruh umat islam di seluruh penjuru dunia. Note : Diharapkan follow akun Wattpad Guratan Sendu sebelum baca karya tulisku da...