Ada seseorang yang mengetuk pintu. Fatimah menghampiri pintu dan membukanya.
Detik pertama, mataku tertuju padanya.
Seorang perempuan cantik dan berbadan tinggi. Dari wajahnya, terlihat memiliki kemiripan dengan Bilal.
Detik selanjutnya, aku baru menyadari kalau ini kakaknya Bilal.
"Kamu siapa?" tanyanya.
"Dia; Fatimah, calon istrinya Bilal." ayahnya Bilal datang dan sudah berada di samping Fatimah.
"Fatimah; dia Jessica, kakaknya Bilal." ayah memperkenalkan kak Jessica ke Fatimah. Saat itu juga aku tersenyum ramah padanya.
"Seorang muslim?"
"Mengapa dia bertanya seperti itu?" batinku berbicara, lalu mengangguk pelan.
"Mengapa kakak bertanya seperti itu?" kedatangan Bilal dengan balik bertanya seperti itu, membuat Fatimah terkejut.
"Tentu dia seorang muslim."
"Sudah... Ayo! Masuk dulu."
"Iya, yah..."
"Baiklah."
●●●●●
"Apa kabar kamu, nak?" tanya ibunya Bilal.
"Aku baik, bu..." jawab kak Jessica.
"Alhamdulillah..." ibunya mengelus rambut anaknya, tentu ada rasa rindu seorang ibu kepada anaknya.
"Kak Jessica tinggal di Perancis." bisik Bilal.
"Dia udah menikah?"
Bilal menggelengkan kepalanya.
"Dia berbisnis di sana." bisiknya lagi.
Fatimah menganggukkan kepalanya.
"Bilal, kenapa kamu gak kasih kabar kakak? Kalau kamu mau menikah." pertanyaan kak Jessica dengan mulut manyunnya.
"Aku udah telepon, tapi gak kakak angkat." Bilal kembali memanyunkan mulutnya, tidak mau kalah dengan sang kakak.
"Dia jadi seperti anak kecil."
Lucu!
●●●●●
Sudah masuk sholat ashar.
Bilal mengumandangkan adzan dengan suara merdu. Dan lagi-lagi, Bilal membuat semua orang terpesona dengan suara merdunya. Ibu dan ayahnya tidak menyangka kalau pemilik suara itu adalah anaknya.
Membuat saf jamaah, kemudian sholat berjamaah.
15 menit kemudian.
Usai sholat, dilanjutkan dengan membaca Al-Qur'an.
"Berisik... Kalau mau membaca Al-Qur'an, jangan disini! Tapi disana, yang jauh. Aku gak bisa istirahat kalau kalian pada berisik."
Hanya kak Jessica yang belum menerima keadaan kalau sebagian dari keluarganya telah masuk islam.
"Jessica, kenapa kamu berbicara seperti itu? Tidak baik."
Setelah mendengar kalimat yang diucapkan ibunya, justru dia pergi kembali ke kamarnya.
Sungguh, miris.
●●●●●
3 hari kemudian.
Dini hari, Fatimah sudah terbangun.
Dilantunkannya ayat suci Al-Qur'an.
"وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ ۖ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ"
Ada suara pintu terbuka. Segera Fatimah bangkit berdiri untuk menuju pintu. Dengan jelas sekali dia melihat kak Jessica. Didapatinya kak Jessica dari balik pintu dengan keadaan seperti sedang mabuk. Dari mulutnya keluar bau tidak sedap.
"Bau alkohol; sudah pasti dia habis minum-minum."
Kak Jessica berjalan sempoyongan dan terjatuh. Lebih tepatnya, hampir terjatuh. Tangan Fatimah menggenggam erat tangan kak Jessica.
Dibaringkannya tubuh kak Jessica diatas tempat tidurnya. Lalu, menyelimuti tubuh itu dengan selimut. Kini, dia sudah tertidur pulas.
●●●●●
Pagi hari.
Kak Jessica berjalan keluar kamar dengan kepala yang pusing dan perut yang mual. Sudah pasti dia minum terlalu banyak alkohol.
"Berapa kali ayah katakan sama kamu, jangan minum alkohol lagi! Itu tidak baik untuk kesehatanmu." sepertinya ayahnya sudah mulai marah dengan anak sulungnya itu. Ayahnya Bilal tidak marah, dia hanya terus menasihati kak Jessica. Apa yang dikatakan ayahnya itu benar!
Kak Jessica hanya pergi. Lalu, rasa mualnya benar-benar sudah tidak dapat ditahannya lagi.
Cepat Fatimah mengambil segelas air, dan menyuruh kak Jessica berbaring di sofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
GADIS GAZA - TERBIT
SpiritualJika kaki mu jauh untuk melangkah menolong kami, maka ulurkan lisan mu untuk mendoakan kami. Kami tengah berjuang mewakili seluruh umat islam di seluruh penjuru dunia. Note : Diharapkan follow akun Wattpad Guratan Sendu sebelum baca karya tulisku da...