Sejak bentrokan 3 hari lalu, warga sipil belum berani pulang ke rumah. Tenda pengungsian inilah sebagai tempat teraman baginya. Tapi, juga bagiku dan ibu. Kami hanya ingin mencari rasa aman. Hanya itu!
Beberapa anak kecil mengalami ketakutan yang mendalam. Ya, mereka sangat trauma.
Di usianya yang masih belia, mereka harus merasakan perjuangan hidup di negara konflik, juga ada rasa ketakutan akan terjadi bom sewaktu-waktu.
Fisik dan mental mereka terganggu. Para relawan yang berbaik hati mencoba menghibur mereka dengan permainan.
Bagiku permainan ini dapat menghibur, aku berlari kesana-kemari mengikuti alur permainan.
Tidak ada yang menginginkan kecemasan. Tidak ada yang menginginkan kekhawatiran. Tidak ada yang menginginkan ketakutan.
Siapa pun orangnya pasti dia menginginkan rasa aman dalam hidupnya? Bahkan, diseluruh dunia sekali pun.
Semuanya berubah menjadi rasa takut, dalam diri kami hanya ada rasa takut akan terjadi peristiwa yang memilukan. Banyak sekali peristiwa terjadi dan banyak pula yang jadi korbannya.
Tapi, kami harus dapat melewati ini dengan keberanian. Karena dengan rasa berani, dapat mengalahkan rasa takut.
Kami berani dan percaya, pertolongan Allah SWT jauh lebih baik dan lebih besar.
Seluruh dunia telah mengutuk peristiwa tidak manusiawi yang melukai banyak orang.
Doakan kami yang tengah berjuang disini, kami akan berjuang sampai titik darah penghabisan.
Kemerdekaan akan kami genggam, percayalah!
●●●●●
Bahkan, mata Fatimah dan Aisyah tertuju ke satu arah. Disana terdapat mobil ambulance yang sedang merawat seorang pria. Dia menjadi korban dari bentrokan kemarin. Banyak sekali perban mengelilingi tubuhnya. Ternyata pria itu akan bertolak ke Mesir setelah mendapat izin tentara Israel. Alasannya adalah untuk mencari rasa aman dalam hidupnya. Kedua orang tuanya telah meninggal dunia 5 tahun yang lalu, dan adiknya telah meninggal dunia saat bentrokan kemarin. Dan, di Mesir ada beberapa saudaranya.
Setelah sampai Rafah, dia akan langsung diterbangkan ke Kairo, Mesir.
"Ternyata perang yang terjadi secara bertubi-tubi mengakibatkan ketakutan yang mendalam. Mentalnya tentu belum dapat menerima kenyataan ini. Lihat anak kecil yang tidak tahu apa-apa harus menjadi korban, memangnya mereka salah apa dengan tentara Israel? Dia masih kecil untuk menyadari ini semua. Kehilangan orang tua,rumah mereka hancur, lalu apa lagi yang akan terjadi?"tanya Fatimah.
"Entah... Satu demi satu mereka hancurkan. Dan, satu demi satu nyawa melayang tak diinginkan. Mereka hanya akan terus menyerang dan menyerang, mungkin sampai kami benar-benar tidak sanggup lagi. Bertindak dengan sesuka hati, tanpa memikirkan perasaan orang lain. Sejahat apapun mereka, pasti memiliki hati nurani. Dimana hati nurani kalian? Mengapa kalian sangat merasa bangga diatas penderitaan orang lain?"tanya Aisyah.
Diam... Untuk kesekian kalinya kami menangis. Sudah berapa banyak air mata yang kami keluarkan setiap hari. Fatimah dan Aisyah pun saling menyemangati satu sama lain.
Kini Aisyah jauh lebih baik. Wajahnya tak hanya cerah, juga dengan senyumnya yang ditampakkannya. Dirinya mulai mengikhlaskan kepergian ayahnya. Dia paham cinta kepada ayahnya takkan pernah hilang. Sampai kapan pun. Selamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GADIS GAZA - TERBIT
SpiritualJika kaki mu jauh untuk melangkah menolong kami, maka ulurkan lisan mu untuk mendoakan kami. Kami tengah berjuang mewakili seluruh umat islam di seluruh penjuru dunia. Note : Diharapkan follow akun Wattpad Guratan Sendu sebelum baca karya tulisku da...