Adu tembak saling berganti. Lemparan batu mengiringi. Pemandangan yang memilukan hati.
Fatimah menahan ibu untuk tidak keluar rumah, karena bentrokan sedang terjadi. Hingga akhirnya batu mengenai kaca rumah, memecah keheningan. Pecahan kaca berjatuhan. Ibu mulai menangis. Kening Fatimah terkena pecahan kaca.
"Astagfirullah, Fatimah..."teriak ibu dari balik tangisnya.
"Aku tidak apa-apa, bu... Tinggal diobati sedikit saja."terangku coba menenangkan.
"Sini biar ibu obati."ucap ibu.
Kening ku hanya terkena sedikit pecahan kaca, tapi ibu sangat khawatir. Meskipun demikian, rasa khawatirnya tetap saja tidak kunjung sirna. Betapa khawatirnya seorang ibu yang tidak ingin melihat anaknya terluka sedikit pun. Terharu yang aku rasakan.
Sekali lagi dan terus terjadi. Bentrokan ini cukup rusuh. Pistol gas air mata beberapa kali di tembakan ke udara. Beberapa warga mencoba melawan dengan senjata seadanya. Hanya dengan potongan bambu yang ujungnya dibuat runcing, dll.
Tepat didepan rumah, terdapat ban yang terbakar. Apinya menyala sangat besar.
Juga terdengar baku tembak yang dilakukan zionis Israel.
Ledakan demi ledakan terus terdengar jelas di telinga. Kami yang mendengar pun sangat merasa cemas.
Hati kami pun mulai khawatir. Dan kami berharap semoga segera selesai bentrokan ini.
●●●●●
Sudah 4 jam bentrokan terjadi. Dan syukurlah sudah usai. Keadaan luar sudah kembali normal, dan kami memutuskan untuk kembali mengungsi. Suasana mulai kondusif.
Seiring meredanya bentrokan, kami menyusuri jalanan.
Jalanan penuh dengan asap, ban yang terbakar, dan ada beberapa relawan yang mondar-mandir mengangkat jenazah ke dalam mobil ambulance.
Beberapa rumah terlihat hancur dibombardir tentara Israel. Sudah berapa banyak bangunan yang hancur rata dengan tanah oleh para penguasa yang bertindak semena-mena tanpa memikirkan perasaan orang lain. Tinggal rumah ini yang penduduk punya. Tidak seperti kalian yang bergelimang harta.
Untuk beberapa hari kedepan kami akan tinggal di tenda pengungsian.
●●●●●
Aisyah menangis menyadari ayahnya meninggal dunia di bentrokan yang terjadi kemarin.Ibu dan adiknya terus memeluk erat jenazah dan sesekali membangunkan. Berharap bahwa dia akan kembali. Terbangun dan hidup bersama mereka.
Dalam pelukan, aku dapat merasakan kenyataan pahit itu. Aisyah menangis sejadi-jadinya.
Dari kejauhan ada seorang anak kecil yang waktu itu ayahnya meninggal dunia dibunuh tentara Israel, hanya karena berdemo di malam hari. Anak itu terus berteriak memanggil ayahnya. Sejak seminggu ayahnya meninggal dunia, dia mengalami trauma yang cukup berat. Ditambah lagi ibunya dibunuh,lantaran tak terima suaminya dibunuh. Anak kecil itu harus merasakan tekanan batin. Kini, dia hanya di urus oleh para relawan.
Dia seperti orang gila, sekarang!
Usai pemakaman, Aisyah lebih banyak mengurung diri. Aku merasa sangat sedih. Hati ku berat untuk melihat ini. Sudah cukup dia diam dari siang hingga malam. Dari tadi tidak satu pun makanan disentuhnya. Ibu dan adiknya lebih banyak menangis. Sesekali warga mencoba menenangkannya, termasuk ibu ku.
Kami bersama-sama masih tinggal di tenda pengungsian.
Mata Fatimah tertuju ke satu arah, yaitu:Aisyah. Dengan semangat Fatimah mendekati Aisyah. Matanya menatap dengan tatapan kosong. Aku tidak rela melihat ini. Mulutku mencoba merayunya, berharap semoga dia mau makan. Bukannya menjawab, Aisyah justru menangis. Dia masih belum terima ini terjadi padanya. Aku pun menyuruhnya beristigfar. Semoga dia dapat lebih tenang.
Satu persatu makanan mulai aku suapkan ke mulutnya.
Setelah beberapa menit kemudian,ku lihat gadis ini tertidur, meski beberapa kali mengigau menyebut nama ayahnya.
"Aisyah... Aku harap kamu akan dapat menerima kenyataan ini. Jika kamu rindu ayah, kirimlah doa kepadanya. Karena salah satu amalan yang tidak terputus pahalanya adalah doa anak sholeh dan sholehah kepada kedua orang tuanya."ucapku dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
GADIS GAZA - TERBIT
SpiritualJika kaki mu jauh untuk melangkah menolong kami, maka ulurkan lisan mu untuk mendoakan kami. Kami tengah berjuang mewakili seluruh umat islam di seluruh penjuru dunia. Note : Diharapkan follow akun Wattpad Guratan Sendu sebelum baca karya tulisku da...