APA KAU SEORANG MUSLIM?

141 13 0
                                    

Matahari menampakkan keperkasaannya. Cahayanya menyinari sebagian wilayah Palestina.

Semangat pagi dirasa Fatimah.

Fatimah berjalan mengelilingi Gaza, jalan setapak dilalui.

Seketika ada seseorang yang menjadi pandanganku. Fokus ke arahnya. Aku menyelinap masuk dari satu tempat ke tempat lain. Dia terlihat seperti sedang berwudhu. Dan, aku mengamatinya perlahan. Bibir bagian bawah ku gigit, bingung.

"Apa seorang tentara itu seorang muslim?"batinku bertanya.

Tapi, kenapa dia saling menyakiti sesama muslim?

Lebih tepatnya di sedang melakukan sholat dhuha. Sepertinya dia merasakan kehadiranku. Aku pun bergegas pergi. Dan, dia sudah berada di depanku. Terkejut!

"Apa yang kau lakukan disini?"tanyanya.

"Aku hanya tidak sengaja lewat sini, dan ku lihat kau seperti sedang sholat. Apa kau seorang muslim?"ucapku.

"Aku... Sudah sana pergilah!"ucapnya seperti ada yang disembunyikan.

Dia tetap mengusirku. Aku tetap bertahan, dengan pertanyaan yang ku ajukan tadi. Tentu saja aku penasaran.

Detik berganti menit.

Aku diam ditempat dan dia bergegas pergi.

"Iya... Aku seorang muslim!"jawabnya mantap.

"Jika kau seorang muslim, kenapa kau menyakiti sesama muslim. Bukankah kita saudara seiman?"ucapku.

"Saya seorang muslim. Saya mencintai negara saya dan siap mati untuk membela"jawabnya.

"Dan kau rela berperang dengan saudara seiman. Kalian tentara Israel, yang aku ketahui lebih mayoritas beragama yahudi dan
nasrani."ucapku meledak.

Dia terdiam tidak menjawab. Mungkin sedang berpikir.

"Memang diantara kami, hanya aku yang beragama muslim. Dan, aku menyembunyikan identitas agamaku. Tadi aku sedang sholat dhuha secara diam-diam. Mereka pasti akan marah saat tahu identitas agamaku yang sebenarnya. Kedua orang tuaku berada di Tel Aviv. Dan, aku bergabung dengan tentara Israel karena mereka. Kedua orang tuaku seorang atheis. Dan, kakakku seorang nasrani. Aku seorang muslim sejak usia 12 tahun. Aku masuk islam pun tidak memberi tahu
siapa-siapa."jelasnya panjang lebar.

"Dan, kau mengorbankan segalanya demi orang tuamu. Tapi, seharusnya kau memberi tahu agamamu sekarang. Justru, mereka akan terasa sakit ketika kau mengatakannya nanti."ucapku.

"Yang terpenting kau telah mengatakan yang sebenarnya!"lanjutku.

"Aku seperti ini juga menyerang tentara Israel diam-diam."tuturnya membuatku terkejut.

Aku terbelalak mendengar pengakuannya.

Menjadi seseorang yang ikut menyerang timnya sendiri. Bagaimana bisa?

Tidak sedikit yang berpendapat bahwa konflik Israel dan Palestina turut dilatarbelakangi oleh sentimen agama. Namun, beberapa penelitian menyebut hal sebaliknya. Muslim, yahudi, dan nasrani kerap terlihat berdampingan. Itu juga, yang terjadi di Israel Deference Force, nama resmi kesatuan militer negara zionis Israel.

Dia juga tidak menyukai tindakan tentara Israel kepada warga sipil Palestina di tepi barat yang dikuasai sepihak oleh Israel sejak 1967 silam.

Israel mengklaim tepi barat adalah bagian dari daerah yang telah dijanjikan oleh kitab Taurat sebagai tanah kebebasan.

"Palestina adalah saudara saya, kami sesama muslim. Namun kami tidak bisa menuruti keinginan mereka untuk menduduki tepi barat. Saya memang salah. Tidak seharusnya menyakiti sesama muslim, bukan?"tukasnya usai kepergianku.

Ku lihat dia berderai air mata. Sepertinya dia tersadar.

●●●●●

Dan, benar. Waktu sesore ini warga sipil dikejutkan dengan berita tentara Israel seorang muslim. Dia di pukul habis-habisan. Dia sama sekali tidak membalas pukulan sang kapten. Kapten menjadi beringas dan menumpahkan semua amarahnya. Bahkan semua tentara turut dalam kemarahannya.

Mereka memperagakan tindakan semena-mena itu. Terlihat jelas mereka memendam marah yang tak terkira.

Tubuhnya diam tak sanggup berdiri. Bibirnya bergetar menahan rasa sakit yang dialami.

Senja pergi meninggalkan petang. Ku lihat dia ikut larut dalam terbenamnya matahari. Langit berbuat jingga, lalu hitam datang bersama bintang dan bulan. Malam yang dinantinya telah tiba. Namun, tubuhnya tetap bertahan di tempat.

●●●●●

Fajar datang bersama mendung. Hari ini diperkirakan turun hujan.

Langkah kakinya pergi meninggalkan Gaza. Senyum coba diulasnya sepanjang perjalanan. Warga sipil melihatnya dengan terheran-heran. Mata mereka terbelalak, melihat luka ditangan dan muka pria itu.

Aku menoleh ke arahnya. Aku berlari secepat mungkin. Menghampiri dirinya yang lenyap entah ke mana.

Berbeda haluan keyakinan dengan orang tercinta dalam hidup, dan menyembunyikan identitas agama akan jauh menyakinkan jika diketahui dikemudian hari. Sulit dibayangkan jika nanti keluarganya mengetahui keyakinan anaknya.

GADIS GAZA - TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang