Hari ketujuh.
Aku dan kamu adalah kita di masa depan.
Bilal terus menatap Fatimah, seolah meminta jawabannya. Hingga, akhirnya...
"Kamulah baktiku yang akan menuntunku ke surga-Nya."
Dengan jantung yang berdegup kencang, gadis itu pun mengangguk kecil dan tersenyum bahagia.
Mendapat jawaban yang diartikan sebagai "Iya", ekspresi laki-laki itu bersyukur. Akhirnya, yang dinantikannya telah terjawab.
"Kamulah bidadari yang akan menemaniku di surga-Nya."
Aisyah dan Syifa saling berpelukan.
Zainab tersenyum lebar.
Akhirnya...
Alhamdulillah...
●●●●●
Bilal berniat ingin mempertemukan Fatimah dengan kedua orang tuanya.
Fatimah menurut, dia menganggukkan kepalanya.
"Insyaallah, aku akan ke Tel Aviv menemui kedua orang tuanya Bilal."
"Syukurlah, agar cinta kalian cepat halal, ya..."
"Aku pasti akan merindukan kalian."
"Sama, aku juga pasti akan merindukan seorang perempuan cantik dan cerdas seperti kamu, Fatimah."
"Aku pikir kita akan terus bersama. Tapi... Ternyata waktu berkata lain, kita harus berpisah lagi."
Kami pun saling berpelukan.
●●●●●
Hari sudah sore, semburat jingga terlihat menghiasi seisi tenda pengungsian.
Di sore itu juga, Fatimah menunjukkan sebuah foto ibu dan ayahnya kepada Bilal.
Dari raut wajah Fatimah, Bilal tahu bahwa gadis itu mulai bersedih lagi.
"Jangan menangis!" pinta Bilal.
Mata gadis di hadapannya mulai berair, tapi dia belum juga menangis dan tidak mau menangis. Bukan saatnya untuk bersedih lagi. Ibu dan ayah telah tenang di surga-Nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GADIS GAZA - TERBIT
SpiritualJika kaki mu jauh untuk melangkah menolong kami, maka ulurkan lisan mu untuk mendoakan kami. Kami tengah berjuang mewakili seluruh umat islam di seluruh penjuru dunia. Note : Diharapkan follow akun Wattpad Guratan Sendu sebelum baca karya tulisku da...