BOM GAZA

377 35 0
                                    

Aku bangun dari tidur karena mendengar bunyi yang sangat keras, bahkan bunyi tersebut dapat mengguncang rumahku. "Aku bingung bunyi apa itu?"tanyaku dalam hati. "Apakah ini bunyi bom?"tanyaku lagi. Dan hatiku terus tidak berhenti bertanya-tanya.

Langkah kaki menuju ruang utama rumah. Disana aku melihat ibu sedang menangis, aku sangat heran.

"Ibu..."panggilku. Ibu menoleh dengan air mata mengalir deras."Apa yang terjadi?"tanyaku memberanikan diri.

"Israel kembali menyerang negara kita, kini bom terjadi disini,
Gaza."jawab ibu lirih. Dari raut wajahnya, aku dapat melihat kecemasan yang teramat dalam.

Jadi bunyi yang Fatimah dengar adalah bunyi yang berasal dari ledakan bom tersebut.

Saat sampai didepan pintu, ku buka pintu tersebut, ku lihat banyak orang berlarian kesana-kemari menyelamatkan diri mereka dengan air mata menghiasi wajah mereka.

Kini, saatnya aku dan ibu untuk menyelamatkan diri. Melewati penuhnya asap bekas bom yang terjadi tadi. Sesekali ibu terbatuk, cepat aku menyuruhnya menutup hidung dengan sapu tangan yang ku bawa.

Kami terus menyusuri jalan demi jalan. Sungguh terkejutnya Fatimah melihat bangunan yang dulunya berdiri kokoh, sekarang runtuh rata dengan tanah. Puing-puing berserakan. Banyak korban yang meninggal dunia dalam peristiwa tersebut. Mobil ambulance terus berdatangan. Satu persatu jenazah dikeluarkan dari reruntuhan bangunan itu, para relawan dan anggota hamas bergerak cepat.

Kami menangis untuk yang kesekian kalinya, hati ini hancur melihat saudara-saudara kami yang meninggal dunia dengan berlumuran darah di sekujur tubuhnya.

                         ●●●●●

Saat tiba di tenda pengungsian, banyak warga sipil yang menangis dan anak kecil yang terus bertanya kepada orang tuanya. Apa yang terjadi? Kenapa kalian menangis? Mereka juga akan menangis,saat melihat orang didepannya menangis. Itulah anak kecil,dia akan meniru saat melihatnya. Terharu!

Sore tiba. Matahari seakan siap kembali keperaduannya. Senja datang, lalu gelap menemani.

Hari ini adalah hari yang mengharukan sejak 2 tahun lalu. Ya, 2 tahun lalu sebagai saksi bisu terjadi bom di Gaza. Dan kami berdoa, agar tidak terjadi lagi peristiwa memilukan dan menyedihkan itu. Terlalu banyak korban yang kami cintai. Dan terlalu banyak cinta yang kami rindukan. Di tahun itu juga, ayah Fatimah pergi meninggalkannya. Perang terjadi dimana-mana. Ibu sempat melarang ayah untuk tidak keluar rumah, namun ayah mengelak dan ingin menolong ribuan bahkan jutaan orang diluar sana. Lawan mereka adalah tentara berbadan tegap dengan senjata tempur lengkap. Ayah bahkan tidak mempunyai senjata, bagaimana bisa melawannya?

Ku lihat pahlawan itu dari kejauhan. Ayah mengangkat jenazah yang berlumuran darah disekujur tubuhnya. Belum sempat ayah meraih tubuh jenazah itu. Peluru terlalu cepat mengenai dada ayah. Ayah terjatuh. Diantara kerumunan orang-orang kami melewatinya, aku melihat ayah meringis kesakitan. Didepan ayah, aku dan ibu sebagai saksi kematiannya. Terdengar kalimat syahadat dari mulutnya. Mata mulai menutup, begitu juga dengan detak jantungnya yang mulai berhenti.

Air mata saja tidak cukup,untuk berteriak pun aku tak sanggup. Ayah yang selama ini ada disampingku, setia memberi semangat, dan dukungan untuk belajar. Semua itu kenangan yang sulit dilupakan, namun akan menyakitkan jika mengingatnya. Itulah masa lalu, sulit ditebak.

Pandangan ku menerawang malam yang dipenuhi bintang-bintang. Saling berkerlap-kerlip satu sama lain. Mencoba menerangi malam yang semakin gelap. Mata ini terpejam dalam tidur.

Inilah saat yang paling mengharukan.

                           ●●●●●

Pagi ini, aku dan anak-anak kecil yang lain berlari kesana-kemari, kami sedikit terobati sejak peristiwa kemarin.

Rasa trauma masih membekas dalam ingatan mereka. Bahkan saat kembali melihat asap yang mengudara diawan, bom telah terjadi lagi. Pesawat seakan mondar-mandir diatas kepala kami. Bukannya kami berani? Hanya kami ingin merasa terhibur dengan permainan yang kami buat sendiri. Toh, akhirnya hanya tangisan yang kami dapatkan. Anak-anak kecil itu tidak tahu apa-apa. Mereka hanya ingin menikmati masa kecil seperti anak kecil lainnya. Tapi, kini mereka harus merasakan deritanya hidup di negara perang seperti ini. Tentu tidak ada satupun negara didunia ini yang menginginkan itu, perang!

Semua manusia mengutuk keras peristiwa yang melukai banyak korban.

GADIS GAZA - TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang