BAB 4 - Sebuah Ide

433 18 0
                                    

"Mas, aku minta maaf. Tidak seharusnya aku terpancing emosi." Niken mengucapkan hal itu setelah mereka tiba dirumah.

Nicky, Natanael, Niken, dan Nicholas sudah duduk di ruang tengah. Saat ini mereka berkumpul untuk mendengarkan kejadian yang beberapa saat terjadi, mereka hanya ingin mengetahui apa penyebab mama ataupun istrinya bisa semarah itu dengan ibu RT.

"Tidak masalah ma. Jadi apa yang membuat mama marah sama ibu RT?" Nicky bertanya dengan nada halusnya.

Niken menghela napas, lalu menatap manik mata suaminya "Dia menghina kamu mas, mama tidak rela kalau ada yang menghina papa ataupun keluarga kita mas. Dan yang lebih parahnya, ibu Nini melempar tomat kearah mama."

Nicky menghela napas, lalu mengusap wajahnya dengan kasar. Karena masalah itu ternyata, ia jadi merasa semakin bersalah.

"Maafin mama, mas." Ujar Niken sekali lagi.

Nicky melihat kearah istrinya, lalu menggenggam kedua tangan istrinya dengan penuh rasa bersalah "Mas yang minta maaf, karena masalah mas keluarga kita dihina seperti ini."

Niken menggelengkan kepala, ia tidak tega bila suaminya terus menyalahkan diri sendiri "Ini bukan salah mas! Ibu-ibu komplek sini aja yang mulutnya pada tidak bisa dijaga."

Nicky tidak merespon. Ia hanya terdiam.

Nicholas yang melihat keadaan kedua orang tuanya, hatinya begitu teriris. Ia jadi seperti anak yang tidak berguna karena tidak bisa melakukan apapun untuk kedua orang tuanya, ia harus mencari ide agar di Jakarta bisa mendapatkan penghasilan. Ya, walaupun mungkin idenya masih belum tentu diterima oleh orang tua Nicholas.

"Pa, ma." Panggil Nicholas, saat ide sudah terlintas diotaknya.

"Kenapa, Nic?" Tanya Niken.

Nicholas melihat kearah orang tuanya beserta dengan Natanael secara bergantian "Nic punya ide, terserah mama sama papa mau ikutin ide Nic atau enggak. Kalau kita nanti pindah ke Jakarta, kita buka toko aja pa, ma. Hmm contohnya kayak toko klontong, gitu?"

Niken memikirkan usul dari Nicholas, sedangkan Nicky masih belum ingin membuka usaha. Ia sepertinya sedikit trauma.

"Ide bagus Nic. Mama setuju dengan ide kamu." Setelah sekian lama terdiam, akhirnya Niken menyetujui ide Nicholas dengan tersenyum.

Nicky melihat kearah Niken beserta dengan Nicholas dan Natanael secara bergantian, saat ini ia masih takut. Takut apabila nanti usaha yang di sarankan Nicholas akan sia-sia.

"Kamu tidak perlu takut ataupun cemas mas, kita ada disini untukmu. Kita tidak tahu apa yang terjadi kedepannya, percayalah Tuhan sudah menyiapkan sesuatu yang luar biasa untuk kita." Niken yang sepertinya tahu akan apa yang dipikirkan suaminya, ia saat ini sedang mengelus punggung suaminya berusaha menghilangkan rasa takut sang suami.

Nicholas tersenyum tipis, ikut berusaha menenangkan sang papa "Iya pa, lagi pula papa ngga perlu khawatir ada kita yang akan terus berada disamping papa apapun yang terjadi."

Natanael juga ikut andil "Karena kita adalah keluarga pa."

Entah mengapa, perasaan yang tadinya takut kini berubah menjadi tenang dan yakin karena ada Niken, Nicholas, dan Natanael yang selalu mendukung dirinya.

Nicky tertawa mendengar penuturan Nicholas, ia merasa heran karena putra pertamanya berpikir cukup dewasa diumurnya yang masih terbilang muda. Lalu mengacak rambut kedua putranya secara bergantian.

*****

Nicky dan Niken saat ini disibukkan dengan mengurus segala kepindahan dari Surabaya ke Jakarta, mereka telah memantapkan diri dengan  pindah ke Jakarta. Sesuai dengan hasil diskusi Nicky maupun Niken, mereka akan menjual rumah yang menjadi tempat tinggal mereka selama dari Nicholas kecil hingga saat ini, rumah yang menjadi tempat bersejarah dalam hidup mereka, rumah yang banyak terdapat kenangan di dalamnya.

BUKTI  [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang