BAB 7 - Mama Nicholas

332 18 3
                                    

Niken saat ini sedang menjahit kemeja Nicholas yang sobek sedikit. Ia menghela napas, entah mengapa belakangan hari ini ia jadi mudah lelah dan ia selalu batuk-batuk. Nicky sudah berkali-kali merayu Niken agar kedokter, tetapi Niken selalu menolaknya karena bagi Niken berobat tidak penting, ia yakin ia tidak mempunyai penyakit yang serius.

Ia percaya pada prinsip, hati yang gembira adalah obat dan semangat yang patah mengeringkan tulang. Tidak penting seberapa penyakit yang ada dalam tubuh, jika hati gembira pasti penyakit itu akan hilang begitu saja. Dan terbukti sudah beberapa hari, karena hatinya yang gembira batuk-batuk disertai dengan darah itu tidak lagi menganggunya yang ada Niken sekarang sangat sehat.

Niken terus menjahit dengan begitu lihai. Walaupun, ia tidak jadi membuka usaha jahit namun mesin jahit beserta dengan alat-alat jahitnya tetap dibawa ke Jakarta. Setidaknya, ia bisa mengisi waktu senggang dengan menjahit sudah lama rasanya ia tidak menjahit. Bakat menjahit Niken berasal dari ibunya, karena bakat merupakan turun menurun.

Sebelum pergi meninggalkan Niken selamanya, ibunya atau keluarga Niken mempunyai usaha jahit. Usaha jahit mereka sangat laku pada waktu itu, namun sayangnya Tuhan lebih menyanyangi sang ibu sehingga ibu Niken di panggil ketika usaha mereka sedang dalam keadaan maju. Niken tidak pernah menyalahkan karena Tuhan mengambil ibunya dengan begitu cepat, karena ia tahu semua takdir manusia sudah diatur oleh Tuhan. Dan kita sebagai umat manusia, hanya perlu melakukan yang terbaik.

"Ma." Panggil Nicholas.

Niken sudah selesai menjahit, lalu memberikan kemeja kepada Nicholas "Sudah selesai nih."

Nicholas yang baru saja pulang dari sekolahnya, menyalam tangan sang mama. Lalu mengambil kemeja kesukaannya "Kok mama tahu kemeja Nic yang ini sobek?"

Nicholas mengerutkan kening, ia tidak menyerahkan kemeja ini kepada mamanya.

Niken mengelus kepala Nicholas dengan sayang sambil tersenyum "Mama lagi iseng aja benerin baju kamu, terus liat ada yang sobek jiwa jahit mama langsung keluar."

Nicholas terkekeh "Mama ada-ada aja."

Niken beranjak dari duduknya, lalu ia merangkul bahu Nicholas mengajak putranya ke meja makan.

"Bagaimana sekolahmu? Sudah selesai ospeknya?" Mama Nicholas bertanya, sembari mengambil nasi beserta dengan lauk untuk Nicholas.

Nicholas menghela napas dengan lelah "Lancar ma, ospeknya selesai hari ini. Besok Nic sama temen-temen yang lain mulai belajar."

Niken meletakkan makanan yang sudah disiapkan untuk Nicholas "Terus kamu udah punya temen?"

Nicholas mengambil sendok, lalu ia menyendok nasi beserta dengan ayam kecap yang menjadi menu masakkan kali ini.

Nicholas mengangguk "Tadi Nic, kenalan sama temen namanya Jonatan dan Karel. Mereka kayaknya bakalan jadi temen Nic disekolah itu, karena pas pertama kali ngobrol kayak udah nyambung gitu ma." Jelasnya, lalu ia menyuap satu sendok nasi beserta dengan ayam kecap.

Niken tersenyum tipis "Terus akhirnya gimana?"

Nicholas menelan makanannya, kemudian terkekeh "Mama nih selalu nanya akhirnya, dan Nic pasti jawab akhirnya kita pulang kerumah masing-masing ma."

Niken tertawa mendengar perkataan anaknya, memang seperti itu setiap kali anak ataupun suaminya bercerita pasti Niken akan menanyakan 'terus akhirnya gimana'. Ia juga terkadang merasa bingung dengan pertanyaan tersebut.

"Nic seneng bisa sekolah disitu?" Tanya sang mama ketika sudah berhenti tertawa.

Nicholas mengambil botol air putih dari kulkas, lalu ia menuangkan ke gelas bening dan kembali ke hadapan sang mama "Seneng banget ma. Susah masuk situ, itu SMA favorit loh ma di Jakarta."

BUKTI  [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang