Nicholas sudah keluar dari rumah sakit, ia saat ini tengah berada di rumah Adriella dengan kaki yang masih di perban dan tongkat kruk yang selalu membantu dirinya agar bisa berjalan. Sedikit informasi bahwa Nicholas menggunakan ojek untuk datang kerumah ini, ia hari ini cuti. Ia tidak meminta adiknya untuk mengantarkan karena hari ini Natanael juga melaksanakan ujian nasional.
Nicholas menunggu kepulangan Adriella dari sekolah, ini merupakan hari senin. Hari pertama ujian nasional yang dikhususkan untuk anak kelas XII dimulai, Nicholas hanya bisa berharap bahwa Adriella bisa menjawab semua soal-soal ujian nasional dengan baik.
"Nic, kamu mau minum apa? Maaf tante ganti bajunya sedikit lama." Ujar Amelia, ia pun kini sudah duduk di sofa cokelat yang berada diruang tamu.
Nicholas menggelengkan kepala "Belum mau minum tan, nanti aja kalau udah mau minum Nic bilang."
Amelia menganggukkan kepala, ia pun kini sedikit berbincang-bincang dengan Nicholas tentang hal apapun. Entah mengapa terbersit dihati kecilnya agar Nicholas menjadi pendamping hidup Adriella, rasanya pasti sangat menyenangkan dan aman. Ia tidak perlu takut karena Nicholas merupakan anak yang baik.
Dilain tempat, Adriella hendak membuka pintu utama rumahnya. Ia sedang membaca artikel dari ponsel canggihnya itu, tidak menyadari bahwa Nicholas dan sang mama tengah menatap dirinya.
"Dri!" Panggil sang mama, mencoba mengalihkan fokus Adriella.
Adriella menghentikan langkahnya saat mendengar namanya di panggil, kini fokusnya tidak lagi pada ponsel melainkan pada laki-laki yang tengah tersenyum kepada dirinya. Adriella terus menatap laki-laki itu dari ujung kepala hingga berhenti di kakinya yang masih di perban dan mengalihkan perhatiannya pada tongkat kruk Nicholas yang berada di samping tubuh pria itu.
"Awas naksir sama saya nanti." Goda Nicholas saat Adriella tak henti-hentinya menatap dirinya.
Adriella berdecih, terlalu percaya diri sekali orang itu "Ngarep lo, najis gue naksir sama lo!"
Amelia menegur Adriella karena anak gadisnya itu masih saja kasar kepada Nicholas "Dri, ngga boleh gitu ah."
Adriella tidak menggubris perkataan sang mama, ia lebih memilih untuk menatap Nicholas "Lo ngapain kesini?"
"Saya cuman mau nanya ke kamu aja, apa saya udah bisa jadi teman kamu?" Nicholas mengatakan hal tersebut tanpa ada keraguan.
Adriella bersedekap dada sembari menaikkan salah satu alisnya. Ia hanya bingung dengan sikap Nicholas yang ingin sekali menjadi temannya, karena demi Tuhan ia tidak pernah bergaul akrab dengan seorang pria. Sedari dulu ia hanya bergaul akrab dengan Maurren, ah membayangkan Maurren ia jadi teringat sesuatu.
"Gue bakalan terima lo jadi temen gue asalkan satu hal."
Amelia, ia memutuskan meninggalkan Adriella beserta dengan Nicholas. Ia hanya ingin memberikan ruang untuk keduanya, karena sepertinya Adriella ingin membuat perjanjian yang mungkin sedikit konyol.
"Duduk, Dri." Setelah mengatakan hal itu, Amelia melangkah kearah dapur. Ia memutuskan untuk memasak di dapur.
Adriella menuruti permintaan sang mama, ia kini duduk berhadapan dengan Nicholas yang sedang menatapnya dengan kernyitan di kening. Sangat kentara bahwa Nicholas bingung terhadap perkataan Adriella, gadis itu yang sepertinya mengerti langsung menjelaskan kepada Nicholas syarat yang diajukan apabila ingin menjadi temannya.
Nicholas sempat tercengang, yang benar saja ia harus mencari pria yang menghamili Maurren. Ia seperti tidak sanggup dengan syarat tersebut, bayangkan saja penduduk di kota Indonesia atau lebih tepatnya di Jakarta tidaklah sedikit dan ia hanya diberitahu nama tanpa ada penjelasan detail tentang orang tersebut. Gila! Ini benar-benar gila.
![](https://img.wattpad.com/cover/134621921-288-k439948.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BUKTI [THE END]
عاطفيةBukti yang akan membuktikan segalanya, membuktikan bahwa sebuah perjuangan tidak akan sia-sia, sebuah perjuangan yang membuahkan hasil yang baik. Walaupun, Nicholas tahu sangat sulit mengubah seorang gadis menjadi pribadi yang lebih baik, seorang...