BAB 35 - Dilema

134 8 0
                                        

Nicholas menghela napasnya dengan kasar, dari kemarin malam hingga saat ini Lisa tidak dapat dihubungi. Kekasihnya seperti sengaja mengabaikan segala pesan ataupun telepon dari dirinya. Ia tidak menyangka bahwa Lisa akan semarah ini pada dirinya, ia terlalu bodoh karena tidak bersikap tegas.

"Kenape lo? Kusut begitu." Tegur Karel saat melihat Nicholas seperti tidak nyaman berada di tempat duduknya.

"Saya bingung." Nicholas tidak melihat kearah Karel, ia hanya berfokus pada ponselnya. Berjaga-jaga kalau saja Lisa menghubungi dirinya.

Karel menghampiri Nicholas, menarik kursi yang berada dihadapan Nicholas "Ada masalah? Lo bisa berbagi sama gue."

Nicholas menghela napasnya, kini matanya sudah berfokus kepada Karel "Kemarin malem, Lisa ngeliat saya dipeluk sama Adriella."

Diam beberapa detik, Karel mencoba mencerna apa yang dikatakan oleh Nicholas dan memikirkan bagaimana perasaan Lisa. Beginilah yang Karel takutkan, pasti akan banyak terjadi kesalahpahaman antara Nicholas maupun Lisa.

"Kok bisa?" Hanya itu respon yang diberikan oleh Karel.

"Kemarin setelah pulang dari rumah Adriella, saya langsung ke rumah Lisa. Singkatnya, ponsel saya ketinggalan dirumah Lisa. Terus dia nganter kerumah saya yang sialnya Adriella lagi meluk saya erat banget." Penjelasan Nicholas tidak ada yang dibuat-buat, ia mengatakan hal itu sejujur-jujurnya.

Karel berdehem sejenak "Lo udah coba jelasin? Atau nemuiin Lisa? Kalau belum coba lo jelasin sama dia apa yang sebenarnya terjadi, lo pasti tahu kalau Lisa pasti cemburu. Cewek mana yang ngga cemburu liat pacarnya di peluk cewek lain?"

"Saya mau jelasin tapi dia kayak nutup akses buat saya. Saya jadi bingung harus gimana." Ujar Nicholas.

"Dasar bodoh! Lo bisa langsung nemuiin dia di rumah atau dikantornya, penjelasan lebih enak ketika dibicaraiin langsung bukan dari telpon Nic. Sekarang lo gue ijinin balik buat ngejelasin semua kesalahpahaman lo, gue yakin banget kalau lo ngga fokus."  Perintah Karel.

Karel, pria itu paling mengerti dirinya. Tanpa menunggu lama, ia bangkit berdiri dan meninggalkan pekarangan kantor. Ia harus menjelaskan semuanya kepada Lisa, agar Lisa tidak salah paham dan tidak membuat pilihan untuk mengakhiri hubungan mereka. Nicholas tidak ingin hal itu terjadi, ia begitu menyanyangi Lisa. Ia tidak ingin kehilangan Lisa sampai kapan pun.

Saat hendak ingin melajukan motornya, tiba-tiba saja Nicholas merasakan bahwa ponselnya bergetar tanda bahwa ada yang menghubungi dirinya.

Nicholas langsung menggeser layar hijau diponsel, walaupun kerutan dikeningnya menghiasi wajah pria itu. Pasalnya yang menghubungi adalah Adriella, tertera pada idcaller Nicholas.

"Kenapa?" Tanya Nicholas.

"Gue mau minta tolong sama lo! Gue sakit banget sekarang, sumpah." Terdengar dari sebrang sana suara kesakitan Adriella.

Sial. Lagi-lagi ia harus memilih antara Lisa maupun Adriella. Ya Tuhan, kenapa sekarang hidupnya harus terus disuruh memilih?

Nicholas tampak berpikir sejenak, ia mengigit bibirnya sejenak. Sepertinya Adriella memang membutuhkan dirinya saat ini.

"Saya kesana, kamu dimana sekarang?" Setelah sempat berpikir, akhirnya ia kembali memilih Adriella.

"Gue ada dibasecamp dekat sekolah gue! Tolong sekalian beliin kiranti sama pembalut buat gue, plis banget." Pinta Adriella.

Nicholas menghembuskan napasnya dengan kasar, gadis itu membutuhkan dirinya karena ia menstruasi? Dan Nicholas harus masuk ke mini market, mengambil pembalut beserta dengan kiranti? Yang benar saja. Bahkan Lisa pun tidak pernah meminta hal tersebut.

BUKTI  [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang