BAB 14 - Hanya Rindu

212 14 2
                                    

Beberapa minggu kemudian.

Semenjak kepergian sang istri, Nicky sangat tidak bersemangat. Ia seperti kehilangan jiwa dan raganya, ia selalu terbayang-bayang apapun yang dilakukan oleh Niken. Seperti saat ini, Nicky sedang duduk didalam toko yang selama beberapa minggu ini di tutup. Toko ini mempunyai banyak kenangan, kenangan yang manis selalu terukir ditoko ini.

Nicky selalu terbayang-bayang wajah istrinya, entah itu sedang senang, sedih, marah atau hal lainnya. Nicky merindukan wajah istrinya, Nicky benar-benar sangat kehilangan. Ia setiap malam berdoa kepada Tuhan, agar ia tetap tegar namun nyatanya ia belum tegar juga sampai saat ini.

Ia rindu, hanya rindu dengan istrinya.

Nicholas yang baru saja keluar dari kamar, melangkah kearah toko. Entah mengapa saat ini ia ingin sekali mengunjungi tokonya. Semenjak kepergian sang mama, Nicholas merasa belum siap datang ke tokonya. Ia kini sudah berada di depan pintu masuk toko, langkahnya terhenti ketika melihat sang papa sedang menangis sambil memandang foto sang mama di depan wajahnya.

Di meja kasir, yang berisikan uang kembalian untuk pelanggan memang ada beberapa foto keluarga Nicholas, atau foto mama Nicholas sendiri juga ada.

Nicholas hanya menyenderkan tubuh di pinggiran tembok, dengan tangan yang dimasukkan kedalam saku celana. Ia benar-benar merasakan kesedihan luar biasa, ia merindukan sang mama, sekaligus ia sedih melihat sang papa yang terlihat lemah dan tidak berdaya.

Sang papa selalu menatap wajah sang mama melalui foto, keluarga Sastrowardoyo begitu merindukan sosok sang mama. Mereka merindukan senyuman, suara, kenangan bersama sang mama.

Mereka ingin sang mama selalu berada di samping mereka, berbagai canda tawa bersama. Walau hanya sebentar bagi mereka tidak ada masalah, jika boleh meminta kepada Tuhan mereka ingin sang mama kembali kehadapan mereka walau beberapa detik. Bukannya mereka tidak menerima kenyataan, tapi hati mereka benar-benar hanya rindu dengan sesosok sang mama. Namun, mereka tahu semua itu tidak bisa, semua itu sia-sia.

Mereka hanya merindukan sang mama, merindukan masakan sang mama. Merindukan segalanya.

Natanael yang baru saja kembali dari luar, membuka pintu dan melangkah kearah rumahnya. Ia menghentikan langkah, matanya melirik kearah Nicholas dan melihat kearah lebih dalam ternyata ada sang papa yang menatap wajah sang mama dengan kerinduan.

Natanael sebenarnya juga sangat merindukan sang mama, tidak jarang Natanael pergi ke tempat peristirahatan terakhir sang mama tanpa ada yang menemani dengan membawa karangan bunga, ia membeli karangan bunga dari hasil tabungannya sendiri. Saat ini, Natanael juga baru pulang dari sekolahnya, walaupun ia sangat tidak bersemangat dan rasanya ada yang kurang karena ketika ia pulang sekolah dengan sangat pasti ada sang mama yang menyambut kepulangan Natanael dengan begitu hangat.

Ia berjanji ketika pulang sekolah ia yang akan menjaga, namun toko keluarga Sastrowardoyo sampai saat ini belum dibuka.

"Mas." Panggil Natanael, cowok itu melangkah kearah Nicholas.

Nicholas menghela napas, menghapus air mata yang tiba-tiba saja mengalir dari kedua matanya. Ia membalikkan tubuh, lalu melihat kearah Natanael.

"Kenapa?" Tanya Nicholas.

Natanael kini mendekat kearah Nicholas "Natan kangen sama mama, mas."

BUKTI  [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang