Beberapa minggu kemudian.
Jakarta, 10 Januari 2014.
Adriella merenggangkan ototnya untuk menghilangkan lelah, ia baru saja selesai memberikan materi kepada anak-anak yang mau belajar namun karena faktor ekonomi membuat anak-anak tersebut tidak dapat melanjutkan pendidikan mereka. Tidak ada yang melarang siapapun untuk belajar dirumah sosial ini, usia berapapun di perbolehkan Adriella untuk belajar karena menurut gadis itu ilmu tidak kenal batasan usia.
Gadis itu tidak sendirian, dikala sahabat-sahabat Nicholas seperti Sea, Jonatan, dan Lisa sedang tidak sibuk pasti mereka membantu Adriella untuk memberikan materi pelajaran.
Sea, gadis itu sendiri selalu mengajarkan materi bahasa Inggris.
Lisa, gadis itu selalu mengajarkan ilmu Fisika, Matematika, maupun Bimbingan Konseling.
Jonatan, pria itu selalu mengajarkan ilmu komputer karena itu merupakan keahlian dari Jonatan. Maka sering sekali ketika datang kerumah sosial Adriella pasti pria itu membawa laptop dan beberapa peralatan lainnya.
Rumah sosial ini dibuka sudah hampir tiga minggu, selama hampir tiga minggu juga Adriella ditinggalkan ke luar kota oleh pria yang saat ini ia tunggu. Siapa lagi kalau bukan Nicholas? Ngomong-ngomong soal Nicholas, pria itu masih tidak ada kabar dari kemarin. Kemana pria itu?
Adriella mengambil ponselnya dari dalam tas, membuka pesan terakhir dari Nicholas. Ia menghela napas karena pesannya hanya di baca saja, tanpa di balas. Adriella benar-benar kesal.
Dihari ulang tahunnya seperti ini, tidak ada yang memberikan ucapan selamat kepada dirinya. Menyedihkan sekali dirinya! Dulu, sewaktu Maurren masih hidup pasti gadis itu selalu yang memberikan kejutan untuk dirinya. Sekarang ketika tidak ada Maurren benar-benar tidak ada yang memberikan kejutan untuk dirinya. Ulang tahun ke 18 yang sungguh sangat naas.
Adriella ingin memasukkan ponselnya, namun karena ada pesan dari sang mama. Ia urungkan dan ia membaca pesan dari sang mama terlebih dahulu.
Mama : Dri, pulang sekarang ada berita penting! Buruan ya!
Mengernyitkan kening setelah membaca pesan dari sang mama, ia memasukkan ponselnya kedalam tas lalu segera meninggalkan rumah sosialisasi tersebut. Entah mengapa perasannya sangat khawatir, mudah-mudahan saja tidak ada hal buruk yang terjadi.
*****
Adriella sudah tiba dirumahnya, ia membuka pintu rumahnya dengan sedikit kasar. Aneh, tadi mamanya mengatakan ada berita penting namun saat ia sudah tiba dirumah keadaan rumah sangat sepi seperti tak berpenghuni.
"Ma!" Teriak Adriella sambil melangkah masuk kedalam rumahnya.
Adriella sedang melangkah menuju sofa, namun saat hendak sampai sofa kakinya seperti menginjak sesuatu. Adriella melihat kearah kaki yang ia pijak, sedikit membungkuk dan mengambil gulungan kertas putih seperti kertas hvs dengan pita yang berada di tengah kertas tersebut. Ia mengernyitkan keningnya, tetapi karena rasa penasaran ia pun membuka gulungan kertas itu.
"Hei cantik, selamat karena sudah berhasil menemukan aku. Sekarang kamu punya misi, temukan sekitar 10 temanku yang nantinya akan membawa kejutan untukmu," Adriella membaca isi kertas itu, ia jadi semakin bingung "Sekarang temukan aku di tempat yang sering kamu letakkan sesuatu." Kernyitan di dahi Adriella begitu nyata, ia berpikir tentang teka-teki ini.
Tempat yang sering meletakkan sesuatu? Adriella mengetuk jari telujuknya ke dahi, berusaha berpikir. Seperti sudah menemukan sesuatu, gadis itu langsung menuju ke dalam kamarnya. Ia berlari sampai menuju ke lemari dimana ia menyimpan sesuatu, Adriella membuka lemari tersebut ternyata dugaanxnya benar. Di lemari itu ia menemukan satu kertas yang sama persis seperti kertas sebelumnya, dengan gerakan cepat Adriella membuka gulungan kertas tersebut.

KAMU SEDANG MEMBACA
BUKTI [THE END]
RomanceBukti yang akan membuktikan segalanya, membuktikan bahwa sebuah perjuangan tidak akan sia-sia, sebuah perjuangan yang membuahkan hasil yang baik. Walaupun, Nicholas tahu sangat sulit mengubah seorang gadis menjadi pribadi yang lebih baik, seorang...