BAB 38 - Tersudutkan

144 9 2
                                    

Karel dan Jonatan melihat wajah kusut Nicholas, sudah dua jam mereka di cafe langganan mereka. Namun tak sedikitpun Nicholas mengeluarkan suaranya, hal ini membuat Karel beserta dengan Jonatan bertanya-tanya. Untuk apa Nicholas meminta bertemu kalau hanya diam seperti ini?

"Kenapa sih lo? Dari tadi diem doang!" Karel bersuara karena sudah tidak tahan dengan kesunyian diantara mereka.

Merasa pertanyaan itu untuknya, ia menghela napasnya dengan keras lalu melihat kearah sahabatnya secara bergantian "Saya bertengkar sama Lisa."

"Masalah lo pelukan sama cewek itu?" Pertanyaan itu meluncur dari Jonatan.

Pria itu, semenjak sudah lulus kuliah selalu menggunakan bahasa gaulnya yaitu 'Lo' 'Gue' sangat berbeda jika berbicara dengan seorang perempuan, pasti masih menggunakan 'Aku' 'Kamu'. Ya, itu lah informasi tentang Jonatan untuk saat ini.

Nicholas menyandarkan punggungnya ke kursi besi cafe, menghembuskan napas dengan kasar "Lisa ngasih saya waktu selama satu bulan buat nentuiin siapa yang saya pilih. Dan saya bingung banget sekarang, yang lebih parahnya Lisa ngga mau ketemu saya selama satu bulan."

Karel dan Jonatan saling meleparkan pandangan satu sama lain, mereka sudah menduga pasti akan seperti ini. Tidak mungkin Nicholas bisa berbuat adil dengan keduanya, apalagi bila dilihat dari tujuan Nicholas yang akan mengubah gadis itu. Pastinya Nicholas akan lebih condong ke gadis yang bernama Adriella, mereka sendiri bertanya-tanya untuk apa Nicholas melakukan hal yang serumit itu? Seharusnya Nicholas tidak perlu peduli pada gadis yang baru dikenalnya beberapa jam akibat pertemuan yang tidak di sengaja.

"Gue udah nebak pasti endingnya ngga enak, gue harap lo ngga bodoh dan nyia-nyian Lisa karena gadis bandel itu!" Ucap Karel sembari meminum jus alpukatnya diakhir kalimat

Jonatan menatap ke arah Nicholas "Karel bener, jangan gara-gara orang baru kamu jadi sia-siain Lisa. Dia gadis yang berharga dan sayang banget kalau kamu sia-siaiin dia."

Nicholas sedikit berdecak, ia tidak mendapatkan solusi apapun yang ada ia malah di sudutkan di tempat ini. Sungguh keterlaluan.

"Saya pengennya gitu, tapi saya takut. Takut kalau tanpa sadar saya milih Adriella dari pada Lisa." Kata Nicholas dengan nada yang sulit diartikan.

Karel menyahut "Lo ngga bisa milih dia Nic! Kita udah tahu masa depan dia kayak gimana, gue sangat ngga ngedukung kalau lo milih dia."

"Kita ngga bisa nge judge masa depan orang, Rel! Saya juga bener-bener bingung mau gimana." Nicholas memandang Karel dengan tatapan marah.

Sebagian dari hatinya sangat tidak suka jika ada yang menjelek-jelekkan masa depan seseorang, tanpa terkecuali Adriella. Semua masa depan sudah diatur oleh Tuhan, dan manusia tidak ada satupun yang tahu menahu masa depannya akan seperti apa. Bisa jadi orang yang di injak-injak, orang yang dijelek-jelekkan justru akan lebih maju dari pada orang yang menghina.

"Gue tahu, tapi kalau bener lo putus karena cewek itu lo bodoh banget sumpah Nic. Lo ngga sayang sama Lisa? Lisa dan keluarganya baik banget sama lo, lo harus inget itu." Kembali Karel menyudutkan Nicholas.

Nicholas mengacak rambutnya dengan frustasi, lalu memandang Karel "Saya tahu saya bodoh Rel, saya juga ngga mau kayak gini. Tapi saya udah jalan sampai sejauh ini, dan sekarang mau berhenti? Kamu tahu kan saya ngga suka setengah-setengah kalau ngerjaiin sesuatu," Nicholas terdiam, ia berdehem sejenak "Saya pikir dengan saya bercerita ke kalian. Kalian bakalan ngasih saya solusi, tapi saya salah. Kalian malah menyudutkan saya!"

Jonatan menghentikan Karel saat pria itu ingin berbicara, ia sangat memahami posisi Nicholas saat ini. Pria itu sebenarnya juga tidak ingin hal ini terjadi. Hal ini sungguh diluar kendali Nicholas, bodoh sekali mereka malah menyudutkan Nicholas. Seharunya mereka memberikan masukkan yang terbaik.

BUKTI  [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang