BAB 54 - Kembali

183 10 2
                                        

"Gimana hubungan lo sama pacar lo Nic?" Adriella bertanya saat keduanya sudah duduk dibangku pesawat, setelah menghabiskan beberapa minggu di Bali. Akhirnya, tepat dihari minggu mereka berlima akan kembali kerealita. Yaitu, mereka akan kembali ke Jakarta.

Nicholas melirik kearah Adriella lalu tersenyum pahit "Udah berakhir."

"Putus?"

"Iya."

Adriella sempat terkejut mendengar perkataan Nicholas, pria itu sama sekali tidak pernah menceritakan hal apapun pada dirinya. Adriella jadi merasa bersalah karena tidak ada untuk pria disampingnya ini, teman atau sahabat macam apa dirinya?

"Maaf, Nic." Seketika kata itu mengalir begitu saja pada bibir Adriella.

Wajah Nicholas kini ia palingkan ke Adriella, ia melihat kearah gadis itu dengan tatapan bertanya dan kerutan di dahinya "Kenapa maaf?"

Adriella menundukkan kepalanya begitu dalam, entah mengapa ia enggan menatap mata Nicholas "Maaf karena mungkin gue bukan temen yang baik buat lo, maaf karena gue mungkin hubungan kalian jadi kandas, maaf karena udah buat kekacauan dalam hidup lo."

Nicholas menghembuskan napas, mengapa Adriella jadi melankolis begini? Tidak seharusnya ia merasa bersalah, karena ini bukan salah dirinya. Ini salah Nicholas karena telah mengambil keputusan yang harus membuatnya rela berpisah dari Lisa, tapi apa boleh buat? Ia melakukan hal itu karena menuruti kata hatinya dan yang paling terpenting ia melakukan hal itu demi kebaikan.

Nicholas membuka seatbeltnya, pesawat yang di tumpangi sudah lepas landas atau sudah take off jadi tidak ada masalah jika tidak menggunakan seatbelt terkecuali jika ingin landing pasti mas-mas pilot atau mba-mba pramugarinya akan memberi arahan untuk kembali menggunakan seatbelt kepada para penumpang. Oke, kembali lagi kepada topik yaitu Adriella dan Nicholas. Nicholas menangkup wajah mungil Adriella, lalu memperlihatkan senyumannya yang menawan.

"Ini bukan salah kamu, mungkin saya dan Lisa belum berjodoh. Saya yakin seberat apapun hubungan kami jika memang Lisa jodoh saya pasti Tuhan mempertemukan kami, tapi kalau bukan Lisa orangnya saya ngga bisa apa-apa. Saya yakin Tuhan pasti sudah menyiapkan jodoh yang terbaik untuk saya, kalau pun suatu saat kita berjodoh saya yakin kamu pilihan Tuhan buat saya." Penjelasan itu membuat Adriella tersenyum malu, ada semburat merah di pipi gadis itu kalah mendengar kalimat terakhir dari Nicholas. Apakah bisa mantan gadis bandel berjodoh dengan pria baik dan sabar seperti Nicholas? Entahlah.

Adriella mengenggam sebelah tangan Nicholas, lalu tersenyum pahit mengingat kenyataan tersebut "Ngga mungkin, Nic. Lo ngga mungkin berjodoh sama gue, lo terlalu baik buat gue."

Nicholas masih saja menampilkan senyumnya "Semua pasti bisa terjadi, El. Ngga ada yang ngga mungkin di dunia ini, apalagi bagi Tuhan tidak ada yang mustahil. Duh kenapa saya jadi seolah-olah mengharapkan kamu ya?"

Nicholas melepaskan genggaman tangan Adriella, lalu menjauhkan tangannya dari wajah Adriella. Ada apa dengan perkataannya? Ia jadi malu sendiri, oh astaga rasanya ia ingin mengubur dirinya sendiri. Tidak seharusnya ia mengatakan hal tersebut, bagaimana nanti jika Adriella tidaak nyaman?

"Nic." Panggil Adriella.

Karena masih merasa malu, Nicholas tidak berani menatap Adriella. Ia hanya memandang lurus kedepan "Hmm?"

Adriella melakukan hal yang sama kepada Nicholas, ia mengeluarkan ponselnya lalu membuka aplikasi kameranya "Nic, liat sini deh."

"Saya ngga mau, pasti kamu mau ambil foto saya pake ponsel kamu kan?" Tebak Nicholas.

Adriella berdecak sebal "Lo cenayang ya? Kok bisa langsung tahu sih! Ngga seru ah." Gadis itu langsung memasukkan ponselnya kedalam tasnya kembali.

BUKTI  [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang