3 - The Rain and You

851 46 9
                                    

2 bulan sudah berlalu, Januari kini terganti dengan Maret. Semuanya sudah tampak biasa. Sederhana, namun membahagiakan.

Hujan turun membasahi. Di siang ini, tak ada yang pulang sekolah dengan keadaan haus dan lelah seperti biasanya, tetapi yang pulang malah menggigil dengan kedinginan. Tak semua siswa-siswi nekat pulang. Yang lain malah meringkuk di kelasnya masing-masing, menunggu hujan reda.

Anne dan Ray sedang duduk di salah satu bangku di koridor. Tak ada yang memulai pembicaraan. Yang ada hanya bunyi tetesan hujan yang begitu deras terjatuh. Hening, tetapi nyaman. Mereka begitu sibuk dengan pikiran masing-masing, entah memikirkan apa.

Tak lama kemudian, Ray memanggil Anne. "Anne." Panggilnya.

"Ya?" Sahut Anne.

"Pulang yuk. Bosan disini." Ujar Ray.

"Tapi kan hujan." Anne ragu dengan ide Ray yang itu.

" Sudah agak reda. Kayaknya kita tak akan terlalu basah." Ujar Ray sambil menatap ke jendela.

Anne lalu ikut menatap. Akhirnya gadis itu setuju. Boleh. Hujannya tak terlalu deras. Sedang gerimis-gerimis. Akhirnya Anne mengangguk. "Baiklah Ray." Ujarnya.

"Yuk." Ajak Anne seketika pada Ray. Ray lalu ikut berdiri dan berjalan bersama Anne ke depan sekolah.

Langkah mereka berhenti di teras sekolah, memandang rintikan hujan yang sedang jatuh. Anne mendesah pelan, sedikit ragu akan keputusannya. Ia kemudian menoleh pada Ray. Ray sedang menatap rintikan hujan yang jatuh, namun rupanya Ray telah menyadari bahwa dirinya sedang ditatap. Ray langsung membalas tatapan Anne. Sontak pipi Anne memerah karena ditatap seperti itu.

"Kenapa?" Tanya Ray yang bingung karena Anne hanya diam.

"Hah?" Jawab Anne bingung karena baru tersadar dari lamunan sesaatnya.

"Kau kenapa diam saja Anne?" Ray mengulang pertanyaannya.

"Tak apa-apa, namun kau yakin akan pulang?" Anne kembali bertanya pada Ray.

"Iya. Daripada kita tak pulang sama sekali?" Jawab Ray.

"Oh yasudah." Anne menurut sambil membuka tasnya dan mengeluarkan mantel tasnya. Begitupun Ray. Mereka berdua melakukan kegiatan yang sama.

Dan setelah memasang mantel tas terpasang di tas masing-masing, Ray pun menggenggam tangan Anne dan melangkah keluar dari tempat berteduh mereka berdua. Mereka berdua lupa membawa jas hujan jadi akhirnya mereka harus pulang lewat gerimis tanpa pelindung apapun. Namun mereka santai karena tahu hujannya gerimis.

Air hujan meluncur dari awan hitam persembunyiannya. Tetesan demi tetesan tersebut jatuh dengan lambat sehingga mereka tak terlalu basah.

Langkah mereka tak cepat, dan tak pelan. Entah mengapa mereka berdua begitu nyaman menelusuri jalan dengan begitu banyak tetesan air. Entah mengapa Anne merasa nyaman begitupun dengan Ray. Mereka berdua berjalan dalam keheningan.

Namun tiba-tiba, hujan berubah deras. Ray kelihatan kesal sedangkan Anne, gadis itu sibuk menatap ke langit membiarkan rintikan hujan yang deras membasahinya.

Ray kemudian menarik Anne. "Anne, ayo cepat. Lari. Nanti kau sakit." Ujar Ray. Ray tahu Anne sangat rentan dengan yang namanya flu.

Namun, alih-alih lari, Anne malah diam dan tersenyum. "Kalau kita berdua lari, tetap saja sampai di rumah kita sudah basah kuyup. Lebih baik nikmati saja dulu Ray sambil berjalan." Ujar Anne.

"Tapi kalau kau sakit?" Tanya Ray. Wajahnya menyiratkan kekhawatiran.

"Ada obat Ray. Tenang saja." Jawab Anne.

Adrianne [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang