Hari ini Anne berjalan dengan lesu. Semalam adalah malam kedua yang menyesakkan. Gadis itu ternyata harus rela menunggu dengan perut yang kelaparan untuk bangun tengah malam dan makan.
Hari ini hari senin. Kegiatan belajar mengajar sudah tak ada. Yang sekarang sedang dinanti adalah pembagian laporan hasil belajar siswa. Tapi hal itu tak cukup mengusir kesedihan di hati Anne.
Dan kini, setelah agak lama berjalan, Anne akhirnya tiba di sekolah. Belum ada orang yang tiba karena ini pagi sekali. Lagipula para siswa sudah bebas untuk datang diluar jam biasa sekolah masuk. Namanya juga sudah selesai ulangan.
Anne tak menggunakan seragam hari senin. Gadis itu menggunakan baju biasa karena memang setelah ulangan, rata-rata semua siswa yang ada di situ tak memakai seragam melainkan baju biasa.
Anne hanya menggunakan celana panjang hitam dengan kaos agak kebesaran berwarna hitam, sepatu converse-nya, dan kameja kotak-kotak hitam-merah yang ia kenakan sebagai luaran.
Anne masih membawa ransel hitam favoritnya. Benda kesayangannya yaitu earphone putih juga sedang terpasang pada kedua telinganya.
Anne tak tahu harus kemana dan harus apa. Dia malas jika harus diam di kelas dan menanti datangnya siswa-siswi lain. Hal itu hanya akan menyakiti hatinya. Anne akhirnya memutuskan untuk berjalan menuju ke rooftop dan diam disana.
Di rooftop, Anne duduk diam. Dia mencoba berpikir. Ingin dia pulang ke rumah, tapi disana hanya akan membuatnya menangis dengan perang dingin antara dia dan keluarganya. Sebenarnya ingin juga ia ke sekolah dan menghabiskan waktunya disini, namun itu ternyata sama saja dengan dirumah. Malahan, yang disekolah lebih buruk daripada yang dirumah.
Anne menghabiskan waktunya dengan berpikir terutama tentang apa yang akan terjadi. Gadis itu mencoba menyamakan hari ini sama seperti kemarin. Dia mencoba berpikir apa saja yang bisa diubahnya dari hari ini agar hari ini bisa menjadi lebih baik.
Pasti setelah ini ia akan turun kebawah, dilihat beberapa gadis ataupun pria teman Erica, dan akhirnya dibuli dan menangis.
Tunggu, tunggu. Menangis? Rupanya hal itu yang bisa diubah Anne. Anne tak bisa membuat Erica dan teman-temannya berhenti membulinya, karena tak ada yang percaya padanya. Tapi Anne masih bisa untuk tak menangis lagi.
Anne mencoba berpikir sekali lagi. Apakah dia bisa menahan air matanya? Entahlah. Anne tak tahu jawabannya. Tapi, Anne tahu bahwa tak ada salahnya untuk mencoba. Jadi, hal pertama yang harus dilakukan hari ini; tak boleh menangis.
Anne tak punya banyak pilihan selain duduk di situ dan merenung. Lumayan lama waktu yang ditempuhnya sampai akhirnya Baige sahabatnya datang.
Hari ini Baige kelihatan lebih bahagia. Entah bagaimana gadis itu terlihat bahagia, bahkan lebih bahagia dari sebelumnya.
"Hai Anne." Sapanya ketika ia sudah tiba di rooftop.
Anne melepas kedua earphone-nya lalu tersenyum. "Hai Baige." Balas Anne menyapa Baige.
"Hari ini Pete ulang tahun. Semalam kami merayakannya." Ujar Baige.
"Wowww, pasti menyenangkan." Respon Anne sambil tersenyum.
"Iya. Sebentar sore nanti ada pesta barbeque. Nanti kau datang ya. Aku jemput pakai mobil." Undang Baige.
Anne terlihat seperti berfikir sebentar. Dia ingin ikut, tapi apakah mereka mengizinkan? Lagipula dia merasa ini merepotkan Baige.
"Aku tak tahu bisa datang atau tidak." Ucap Anne yang mencoba menolak dengan cara halus.
Baige menggeleng. "No, no, no. Kau harus datang. Tenang saja, pestanya tak sampai malam kok. Kau takkan merepotkan." Ujar Baige bersikeras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adrianne [COMPLETED]
Teen FictionEntah kenapa dunia terasa masih ingin menyakitinya. Seorang gadis yang telah kehilangan. Awalnya dia merasa bahwa penderitaannya pada masa kecil sudah cukup, namun takdir berkata lain. Dia disakiti. Bukan hanya sekali, namun berulang-ulang kali. Di...