"Selamat pagi kak Angie." Sapa Anne lembut pada Angie yang sedang memanggang roti. Hari itu Angie, Jason dan Lucy menginap di panti asuhan. Jason dan Lucy sedang jalan-jalan di taman belakang panti asuhan.
"Selamat pagi sayang. Sudah rapi, mau kemana?" Balas Angie lembut sambil bertanya dengan penampilan Anne.
"Jalan-jalan."
"Diajak Ray?"
"Iya kak."
"Oh, yasudah kamu sarapan dulu ya."
"Oke." Jawab Anne sambil menikmati roti panggangnya.
***
Ray berdiri di depan pagar panti asuhan. Tangannya dimasukkan kedalam saku hoodie abu-abunya. Anne yang telah mengetahui kedatangannya tampak berjalan ke arahnya.
"Ayo pergi." kata Anne ketika sudah berdiri di samping Ray.
"Ayo". Balas Ray sambil menggenggam tangan Anne dan menuju mobil Ray.
Anne kaget saat digenggam namun sebisa mungkin ia menghilangkan kegugupannya. Mereka berdua pun berkendara menuju kafe tempat tujuan.
***
Pintu kafe terbuka. Anne dan Ray masuk ke dalam. Mereka mengambil tempat duduk di dekat jendela yang menghadap ke arah jalanan ramai di luar. Cukup strategis.
Beberapa saat kemudian setelah duduk dan memesan makanan, keheningan menghampiri. Tak terlalu aneh. Tiba-tiba, Anne berdiri.
"Aku ke toilet dulu." Kata Anne pada Ray dan hanya dibalas anggukan.
Ray menatap kepergian Anne dengan tatapan yang tak bisa diartikan entah pikiranya sedang menerawang ke mana.
Tak lama kemudian Anne kembali dari toilet disusul pramusaji yang mengantarkan makanan. Dan setelah makanan diatur di atas meja, mereka berdua pun melahap makanan yang ada.
***
Ray dan Anne masuk ke dalam mobil. Setelah dari kafe, Ray berkata pada Anne akan mengajaknya ke suatu tempat. Tapi nama tempatnya tak diberitahukan jadi Anne dibuat penasaran karena itu.
"Ayolah Ray, dimana?" Bujuk Anne agar diberitahukan tentang tempat misterius.
"Shhhtt diam saja nanti juga tahu Anne." Balas Ray sambil memasang seatbelt dan menahan tawa karena tingkah Anne yang begitu mendesaknya dari tadi.
"Tapi aku mau tahu sekarang Ray, kenapa harus nanti? Ayolah." Tanya Anne lagi namun Ray hanya menggeleng tanda tak mau memberitahu.
"Dimana Ray" Anne makin penasaran.
"Tidak, tidak." Ray menggeleng.
"Ayolah, ayolah, ayolah, ayolah." Bujuk Anne makin tak sabaran.
Ray menghela napasnya berat lalu mendesah. Ray pun berpaling menghadap Anne.
"Adrianne sayang, diam saja ya, nanti kamu juga pasti tahu." Tutur Ray bercanda.
Dan Anne yang mendengarnya pun mematung tak berkutik. Anne mengalihkan tatapannya mencari objek lain agar tak melihat lagi manik biru milik Ray yang membuatnya gugup setengah mati. Kata-kata yang dilontarkan tadi sama seperti obat penenang yang bereaksi sangat cepat bagi diri Anne.
Kini Anne memutuskan untuk diam sambil menatap ke arah luar lewat kaca pintu mobil. Ia tak berani menatap Ray lagi, Sampai akhirnya tertidur. Sedangkan, Ray yang hanya sibuk menyetir hanya bisa tersenyum ketika melihat Anne tidur.
Entah bagaimana, tiba-tiba saja tangan Ray terulur menggenggam tangan Anne. Genggamannya begitu lembut.
"Sorry Anne." Ujar Ray dengan tatapan yang berubah sendu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adrianne [COMPLETED]
Teen FictionEntah kenapa dunia terasa masih ingin menyakitinya. Seorang gadis yang telah kehilangan. Awalnya dia merasa bahwa penderitaannya pada masa kecil sudah cukup, namun takdir berkata lain. Dia disakiti. Bukan hanya sekali, namun berulang-ulang kali. Di...