Anne berjalan lesu menuju kantin. Hari ini matematika benar-benar membuatnya pusing. Seperti biasa, Anne selalu menggunakan earphone jika tak ada pekerjaan.
Sebenarnya pikirannya tak hanya diisi dengan matematika saja. Pikirannya melayang jauh kepada seseorang yang sekarang ini tengah berada di lapangan basket dan bermain di sana.
Ya, Ray. Anne sedang berpikir tentang Ray dan segala keanehan yang terjadi. Anne bingung kenapa selama sehari kemarin Ray sama sekali tak menyapanya.
Jangankan menyapa, menatap saja tidak. Anne bingung. Ingin rasanya dia mencari tahu, namun Anne tak mau berpikiran negatif. Jadi otak Anne terus berputar mencari alasan yang masuk akal yang bisa menenangkan hantinya.
"Mungkin dia hanya badmood atau sibuk saja." Batin Anne.
Koridor -koridor sekolah sepi. Semua murid sedang berada di dalam lapangan indoor basket karena ada pertandingan.
Sambil berjalan Anne merenung. Merenung tentang Ray yang sehari lalu bahkan tak menatapnya sama sekali. Anne menghembuskan napasnya. Dalam hati dia berharap bisa kuat untuk melalui semua ini.
Saat Anne sedang tenggalam dalam renungannya, tiba-tiba saja ada suara seperti sekelompok orang yang tertawa-tawa.
Anne melepaskan earphone putih miliknya dari kedua telingannya. Rupanya suara itu berasal dari sebuah ruangan yang terkuci tepat di samping Anne.
Tanpa sengaja Anne mendengar nama Erica disebut-sebut disana. Anne pun memutuskan untuk mendengar pembicaraan mereka.
Anne berdiri di tempat yang lumayan aman. Dari tempat Anne berdiri, dia sudah bisa mendengar dengan jelas apa yang dibicarakan di dalam sana.
"Sombong sekali dia, masa baru 3 hari saja sudah sesombong itu." Ucap seorang gadis lalu disambut dengan seruan dari teman-temannya.
Suasana dalam ruangan disana gaduh. Para gadis-gadis di dalam sana sibuk berceloteh tak penting. Namun tiba-tiba saja, suara seorang gadis lagi membuat ruangan tersebut hening.
"Diam! Pokoknya aku yang harus menjadi pemimpin tim pesorak. Dan bagi mereka yang mencoba menghalangi satupun dari aksi kita semua, HAJAR!" Seru gadis yang tampaknya leader gerombolan rempong tersebut. (Ngegas mode: on)
Anne bergidik ngeri setelah mendengar hal tersebut. Dia pun memutuskan untuk pergi dari situ.
Anne memesan minuman lalu memutuskan untuk menghabisi minumannya di rooftop sekolah.
Anne membuka pintu yang menuju ke rooftop. Anne tersenyum kecil ketika melihat pemandangan yang selalu sama setiap dia datang ke sini.
Tampak Baige sedang duduk di tempat duduk terfavorit dan satu-satunya di sana. Anne pun datang menghampiri.
"Hai Baige." Sapa Anne ramah.
Baige menoleh dan mendapati satu-satunya orang yang mau manyapa dirinya.
"Oh hai Anne, duduk." Balas Baige sambil bergeser agar Anne dapat duduk sebangku dengannya.
"Terima kasih." Ucap Anne berterima kasih karena Baige yang memberinya tempat untuk duduk.
Anne duduk di tempat yang telah diberikan Baige padanya. Saat Anne duduk, keheningan menyelimuti. Memang banyak sekali yang ingin Anne tanyakan kepada Baige. Namun, Anne tahu siapa gadis di sebelahnya dan Anne sudah banyak tahu tentang reaksi yang akan diberikan oleh gadis Baige jika Anne menanyakan pertanyaan-pertanyaan seperti yang ada di dalam kepalanya. Untuk itu, Anne pun memutuskan agar menikmati minumannya daripada harus bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adrianne [COMPLETED]
Teen FictionEntah kenapa dunia terasa masih ingin menyakitinya. Seorang gadis yang telah kehilangan. Awalnya dia merasa bahwa penderitaannya pada masa kecil sudah cukup, namun takdir berkata lain. Dia disakiti. Bukan hanya sekali, namun berulang-ulang kali. Di...