56 - Peace

412 15 0
                                    

Ray hari ini disuruh untuk datang siang ke rumah sakit. Lelaki itu lebih memilih untuk menghabiskan waktunya disana disaat semua orang lebih memilih untuk berlibur.

Ray tengah berada di ambang bingung, gugup, sedih, takut, kecewa, marah, dan perasaan lainnya yang ada di hatinya. Semuanya menjadi rumit sekarang. Bahkan lebih rumit dari jalan penyelesaian soal olimpiade tingkat internasional.

Ray sudah bertekad akan melakukan sesuatu hari ini. Ya, jangan heran. Banyak yang sebenarnya harus dilakukan Ray akhir-akhir ini.

Ray sudah bersiap-siap. Sekarang dia akan segera mengendarai mobilnya menuju ke suatu tempat.

Mobil Ray melaju membelah jalan di daerah yang dilewatinya. Setelah beberapa menit kemudian akhirnya mobilnya pun sampai di suatu rumah megah.

Ray sudah kenal betul dengan satpam di rumah ini. Satpam tersebut hanya tersenyum kemudian mempersilahkan Ray masuk ke dalam area halaman rumah itu.

Setelah memakirkan mobilnya, Ray lalu turun dari mobil dan menuju ke teras rumah dan menekan bel yang ada di sana.

Ray menunggu. Beberapa saat kemudian, seorang pelayan paruh baya keluar. Si pelayan tersebut nampak kenal pada Ray."Selamat pagi tuan Ray, ada yang bisa saya bantu?" Tanya si pelayan tersebut dengan ramah dan sopan, mengingat Ray adalah tamunya.

Ray tersenyum tipis. "Selamat pagi juga. Apakah saya bisa bertemu dengan Daniel?" Tanya Ray dengan sopan.

"Oh tentu saja. Mari masuk dan duduk, nanti saya panggilkan Daniel-nya." Ujar si pelayan tersebut.

Ray pun menurut pada apa yang dikatakan si pelayan tersebut. Ray masuk dan duduk di kursi sofa ruang tamu, sedangkan si bibi pelayan naik ke atas untuk memanggil Daniel.

Ray duduk sambil harap-harap cemas, semoga saja Daniel tak menyimpan dendam padanya. Kalaupun Daniel masih dendam, Ray sudah siap untuk dihajar.

Setelah beberapa saat kemudian, Daniel pun turun dari atas. Melihat Daniel turun, entah mengapa Ray tiba-tiba berdiri. Mungkin rasa bersalahnya memancingnya.

"Hai." Ujar Ray agak kikuk. Nampak rasa bersalah di wajahnya.

Daniel pun begitu. "Hai juga." Ujarnya. Setelah itu agak hening bagi mereka berdua.

"Aku ingin minta maaf." Ujar mereka bersama-sama.

Setelah mengucapkan kalimat itu keadaan agak terasa cair.

"Tak apa-apa." Ujar mereka bersama-sama setelah beberapa detik mereka habis mengucapkan kalimat permintaan maaf.

Karena ini kali kedua mereka berdua mengucapkan kalimat bersama-sama, mereka berdua pun terkekeh pelan.

"Jangan bilang aku jodohmu karena mengucapkan kalimat secara bersamaan denganmu." Ujar Daniel sambil terkekeh pelan. Daniel sudah berani bercanda karena merasa keadaan sudah benar-benar pulih.

"Aku bukan gay. Aku punya rasa untuk perempuan." Balas Ray sambil terkekeh. Ray juga sudah berani bertingkah sebagaimana seharusnya karena dia sendiri merasa keadaan sudah pulih.

"Yayaya, terserah. Anne kan?" Tebak Daniel dengan santai. Keadaan sudah mulai cair dan mereka berdua mulai bertingkah sama seperti biasanya.

Saat itu juga Ray terdiam. "Kau tak marah?" Tanya Ray yang agak menegang.

"Santai, aku punya Baige. Kau tak marah kan jika aku dengannya?" Tanya sekaligus pengakuan Daniel.

Ray menggeleng. "Samuel telah menjelaskan semuanya. Aku minta maaf. Sekali lagi." Ujar Ray.

Daniel tersenyum lega. "Iya. Sam telah menjelaskan. Aku juga ingin minta maaf." Ujar Daniel.

"Oke aku menyimpulkan kita berdua damai. Dan karena Samuel telah menjelaskannya, aku tak perlu menjelaskan lagi untuk membuatmu mengerti kan?" Tanya Ray.

Adrianne [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang