Seperti yang biasanya terjadi. Matahari menyembul dari peraduannya memberi tanda bahwa hari baru dimulai. Kisah baru ditulis.
Setengah waktu dari sekolah sudah terlewatkan diisi dengan hal baik bagi Anne. Dan sekarang adalah jam istirahat yang harus diisi dengan makan, minum, ataupun sekedar bercanda dan berceloteh dengan teman agar otak bisa segar kembali.
Namun, jika anak-anak yang lain akan melakukan hal yang menyenangkan di waktu istirahat, berbeda dengan Anne yang lari ke rooftop untuk bertemu seseorang.
Anne berjalan sambil mengendap-endap dari belakang. Mengikuti langkah seseorang dengan hati-hati.
Orang yang diikutinya adalah Ray. Entah mengapa Anne menjadi sangat bodoh karena memutuskan untuk berbuat seperti ini.
Nampak Ray sedang di ujung tangga. Dia sedang berdiri di depan pintu yang menjadi penghubung antara rooftop dengan gedung sekolah. Tangan Ray terulur memegang gagang pintu. Ray kemudian melangkah keluar dan lenyap dari pandangan Anne. Tak lupa tangan lelaki itu menarik pintu agar tertutup kembali.
Dengan sangat hati-hati Anne menaiki tangga. Menyusuli Ray. Sekali lagi Anne akan meminta kesempatan, mengulangi kebodohannya.
Anne melihat dari bawah tangga. Ketika dirasanya sudah aman untuk naik ke atas, Anne pun beranjak menaiki anak tangga. Dan ketika gadis itu sudah berada di depan pintu yang tertutup, hal yang sama dilakukannya. Memegang gagang pintu dan melangkah keluar.
Di ujung sana ada Ray, yang rupanya menyadari kehadirannya. Ray sedang berdiri dengan siku yang bertopang pada pagar rooftop.
Kini lelaki itu sedang berbalik menatap Anne yang sedang berdiri terpaku di depan pintu. Tatapan Ray menyiratkan kemarahan yang membuat siapapun ingin lari menjauh.
Dan meskipun tatapan Ray membuat Anne gugup dan agak takut, tapi tatapan Ray belum cukup kuat menghentikan langkah Anne.
Anne melangkah mendekat. Diukirnya senyum di bibir meskipun hatinya sedang terluka. Dan dengan lantang dan berani Anne menyapa Ray.
"Hai Ray." Sapa Anne.
"Apakah kau belum mundur juga?" Tanya Ray kasar.
Anne mendesah. "Bukankah aku sudah mengatakan padamu bahwa aku tak akan melepaskanmu?" Ucap Anne bertanya balik.
Ray mengacak rambutnya frustasi. Detik berikutnya lelaki itu membuang muka tak ingin menatap Anne.
"Jadi bagimana? Apakah aku bisa menjadi sahabatmu?" Tanya Anne dengan tenang.
"Tak bisakah kau paham bahwa dengan caraku berbicara kasar denganmu jawabannya adalah tidak?" Tanya Ray dengan kasar.
Seperti ribuan pedang menusuk dada, mungkin itulah yang dirasakan Anne sekarang. Gadis itu kemudian menatap Ray dalam-dalam. "Aku masih mengharapkan dirimu." Jawab Anne masih dengan tenang.
"Sekarang pergilah, karena aku takkan pernah bisa." Bentak Ray lagi.
"Maaf, tapi aku belum akan pergi sampai aku berhasil." Ucap Anne sambil beralih menatap tempat lain menyembunyikan luka yang mulai nampak.
"Maka itu sama dengan kau takkan pergi sebelum terluka." Balas Ray.
Anne kembali menatap Ray. "Kuberi kau waktu. Untuk menjawab pertanyaanku. Apakah aku bisa menjadi sahabatmu lagi?" Ucap Anne sambil berusaha menahan air mata.
"Jangan bodoh Adrianne." Ucap Ray.
Anne mengalihkan tatapannya menatap berderet-deret bangunan di depannya. "Inginnya sih begitu. Tapi nyatanya semua orang bodoh dalam cinta." Balas Anne.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adrianne [COMPLETED]
Teen FictionEntah kenapa dunia terasa masih ingin menyakitinya. Seorang gadis yang telah kehilangan. Awalnya dia merasa bahwa penderitaannya pada masa kecil sudah cukup, namun takdir berkata lain. Dia disakiti. Bukan hanya sekali, namun berulang-ulang kali. Di...