Matahari sebentar lagi akan tenggelam. Erica sedang jalan-jalan sendirian di pusat kota New York yang indah itu. Ya, sendiri dikarenakan Ray sedang sibuk dengan tim basketnya.
Dari penampilannya, Erica pasti akan dikatakan feminim. Gadis itu menggunakan flat shoes berwarna hitam, dan rok selutut berwarna cream, sweater rajutan berwarna biru muda, serta sling bag.
Erica hanya sempat shoping di salah satu mall jadi, kini gadis itu hanya membawa dua paper bag.
Erica melirik jam tangannya. Dia sudah harus pulang. Namun, rupanya Erica masih menyempatkan diri untuk makan sebentar di sebuah kafe bernuansa krem yang hanya berjarak beberapa meter darinya.
Erica kemudian melangkah memasuki kafe itu. Dalam kafe terlihat sangat ramai. Memang, kafe itu menarik pengunjung terutama milenial dengan menunya yang super lezat serta nuansanya yang instagramable. Matanya menyapu pandang segala arah mencari tempat duduk kosong yang bisa ditempati.
Erica melihat ada tiga meja kosong di ujung ruangan. Dia pun melangkah ke sana. Namun, baru saja ia melangkah, seorang pelayan memberhentikan langkahnya.
"Maaf nona, tiga tempat itu sudah dipesan." Ucap si pelayan.
Erica hanya mengangguk tanda pasrah dan akhirnya memutuskan untuk bertanya dimana ada tempat yang kosong.
"Tapi ada tempat kosong dimana ya?" Tanya Erica pada pelayan tersebut.
"Tunggu sebentar." Jawabnya sambil mengedarkan pandangan mencari tempat kosong.
Si pelayan itu kemudian tersenyum. "Disana nona, kursinya satu yang kosong. Dan setahu saya, perempuan itu datang sendiri." Jawabnya sambil menunjuk sebuah meja yang ditempati oleh seorang wanita cantik yang terlihat lebih tua dua tahun darinya.
Erica memandang tempat yang dutunjukan pelayan itu. Ia kemudian mengangguk tanda paham. "Oke terima kasih." Ucap Erica.
Si pelayan kemudian menunduk hormat dan berlalu dari situ. Sedangkan Erica, gadis itu kini melangkah menuju tempat yang ditunjuk.
Ketika Erica sudah tiba di meja yang ditujunya, gadis itu pun dengan sopan meminta izin untuk duduk dengan si wanita yang sudah berada duluan di sana.
"Halo, selamat siang, bolehkah saya duduk di sini, karena tempat kosong di sini sudah tak ada." Ucap Erica dengan sopan dan tersenyum.
Wanita itupun tersenyum ramah membalas senyum Erica. "Silahkan duduk. Tak apa." Ucapnya ramah.
Dengan senang hati Erica mengambil tempat duduk di hadapannya. Kemudian, Erica memanggil pelayan untuk memesan makanannya.
Butuh waktu beberapa menit untuk menunggu pesanan datang. Kali ini, Erica tak memutuskan memainkan ponselnya untuk mengisi waktu luang melainkan melempar pandangan ke segala penjuru kafe untuk mengamati kafe tersebut.
Berbeda dengan Erica yang mengamati kafe, si wanita yang duduk di depannya malah sibuk memainkan ponsel. Namun, karena merasa tidak enak dengan sikap yang kurang sopan itu, si wanita itupun menyimpan ponselnya dan memutuskan untuk berbicara dengan Erica.
"Aku Bianca Wilson." Ucap si wanita yang duduk di hadapan Erica sambil menyodorkan tangannya untuk dijabat.
Erica memandang Bianca lalu menjabat tangan Bianca. "Erica Thompson." Ucapnya sopan.
Bianca kelihatannya tertarik untuk bercakap-cakap dengan gadis cantik di depannya.
"Tinggal dimana?" Tanya Bianca pada Erica.
"Panti asuhan dekat kafe New York Corner." Jawab Erica.
Bianca agak terlonjak mendengar jawaban Erica. Bianca pun memutuskan untuk bertanya lebih lanjut. "Anak baru ya?" Tebak Bianca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adrianne [COMPLETED]
Teen FictionEntah kenapa dunia terasa masih ingin menyakitinya. Seorang gadis yang telah kehilangan. Awalnya dia merasa bahwa penderitaannya pada masa kecil sudah cukup, namun takdir berkata lain. Dia disakiti. Bukan hanya sekali, namun berulang-ulang kali. Di...