Hari yang cerah namun tidak bagi para anggota geng infinity girls. Hari ini, lebih tepatnya di jam istirahat, kantin sedang kehilangan ratunya.
Erica masih sakit dan sedang dirawat. Bukan, bukan di rumah sakit, melainkan di panti asuhan saja. Gadis itu harus banyak istirahat agar bisa mengembalikan stamina tubuhnya yang telah dikuras oleh beberapa penghianat dari gengnya.
Kali ini ada yang berbeda dari jam istirahat hari ini. Jika hal pertama yang berbeda hari ini adalah Erica tak sekolah karena sakit, maka hal kedua yang berbeda adalah Shanon dan kelompoknya yang pergi ke belakang sekolah.
Belakang sekolah adalah tempat yang tepat bagi mereka untuk merencanakan kejahatan. Disana tak ada CCTV, dan sangat kecil kemungkinan orang akan kesana.
Untuk itu, kini mereka telah berkumpul disana. Dan disana bukan hanya Shanon serta keempat temanya. Disana ada Claire yang sebentar lagi mungkin akan menjadi anggota baru bagi geng itu.
Sekarang keadaan disana agak hening dan semuanya kelihatan bingung kecuali Shanon yang dari wajahnya bisa dilihat bahwa gadis itu sedang gusar.
"Dasar manja! Masa dibully begitu saja tak sekolah?!" Ujar Shanon yang emosi karena Erica yang tak sekolah.
"Memangnya kenapa kalau dia tak sekolah?" Tanya Darlenne dengan polosnya.
Shanon lalu mendengus kasar dan berdecak. "Ck, kau lupa bahwa jika Erica tak sekolah maka kita membutuhkan waktu yang sedikit lebih lama untuk menuduh. Parahnya, waktu yang lebih lama itu berkemungkinan besar membuat Anne akan menemukan kunci itu ditasnya." Jelas Shanon pada Darlenne.
Darlenne sendiri hanya manggut-manggut sambil menganalisis apa yang dikatakan Shanon barusan. Kemudian waktu satu menit penuh keheningan berlalu dan hanya diisi dengan semua orang yang ada disitu untuk ikut mencerna apa yang dikatakan Shanon.
Namun, setelah menganalisis, bukannya menciptakan ide, ternyata apa yang dikatakan Shanon menciptakan pertanyaan lain di kepala Darlenne.
"Terus kalau Anne berkemungkinan besar akan menemukan kunci itu, apa yang harus kita lakukan?" Tanya Darlenne lagi masih dengan tampang polosnya.
Mendengar apa yang dikatakan Darlenne, Shanon lalu mengacak rambut panjangnya yang terurai dan kembali mendengus kasar. "Jika Anne menemukan kunci itu maka yang harus kau lakukan adalah mencuci baju kotormu." Jawab Shanon asal dan kesal.
Darlenne mengernyitkan dahinya. Jawaban Shanon sangat membingungkan. Dan karena itu, Darlenne pun kembali bertanya. "Hah? Kenapa cuci baju?"
Shanon lalu kembali berdecak. "Ck, Darlenne Phillips, gunakan otak sedangmu untuk berpikir pertanyaan keduamu sayang!" Seru Shanon setengah berteriak.
Darlenne lalu kembali menerawang pertanyaan keduanya yang sempat terlupakan namun berhasil ia ingat. "Pertanyaan kedua? Yang man-ohh..." Gumamnya sambil mengingat-ingat sendiri. Untungnya tak ada yang mendengarnya.
Darlenne lalu kembali manggut-manggut seperti orang bodoh yang baru bisa menyesuaikan diri di situasi kala itu, ketika dia berhasil mengingat-ingat pertanyaan keduannya.
Keheningan kembali menyelimuti di kala gadis-gadis itu sedang berpikir rencana cadangan. Ya, kira-kira lima menit berlalu dengan keheningan. Namun, tiba-tiba saja, Evelyne menjentikan jarinya dan membuat semua yang ada disitu bertanya-tanya.
"Aku tahu." Ujar Evelyne sambil mengangkat telunjuknya bak anak kecil yang ingin menjawab soal di papan tulis.
"Apa?" Tanya Shanon dengan ketus karena kurang yakin.
Evelyne lalu memandang Shelle dan membuat Shelle agak kebingungan. "Kau masih punya cadangan kunci kamar mandi kan Shelle?" Tanya Evelyne dengan ekspresi wajah yang super serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adrianne [COMPLETED]
Teen FictionEntah kenapa dunia terasa masih ingin menyakitinya. Seorang gadis yang telah kehilangan. Awalnya dia merasa bahwa penderitaannya pada masa kecil sudah cukup, namun takdir berkata lain. Dia disakiti. Bukan hanya sekali, namun berulang-ulang kali. Di...