Dua hari berlalu. Anne sedang menyusuri koridor menuju kelasnya. Namun sesuatu di ujung lorong menyayat hatinya. Bagaimana tidak? Di ujung sana tampak Ray dan Erica yang sedang bercanda sambil tertawa-tawa.
Anne berbelok mempercepat langkahnya ke kelas. Kepalanya kini merunduk menyembunyikan segala kesedihannya. Tetapi saat sedang berjalan secepat-cepatnya, tiba-tiba Anne menabrak seseorang.
Anne nyaris terjatuh. Mata Anne kini dipejamkan rapat-rapat. Tetapi Anehnya, Anne tak merasa dirinya terbentur. Anne perlahan membuka matanya dan mendapati Daniel sedang memegang pundaknya.
Tatapan mereka beradu dengan jarak yang lumayan dekat, namun Anne segera memperbesar jarak itu.
"Maaf." Ucap Anne
"Iya tak apa-apa. Lain kali harus hati-hati. Untung kamu jatuh dalam dekapanku." Balas Daniel setengah bercanda namun candaanya tak digubris sama sekali oleh Anne.
"Terima kasih, aku duluan." Ucap Anne datar dan dingin lalu segera berlalu dari situ.
Kini Anne duduk di dalam kelas sambil merenung. Merenung tentang kata-kata Daniel yang telah membuat Anne berharap akan seseorang yang berbeda. "Untung kamu jatuh dalam dekapanku."
"Aku bahkan tak mau jatuh." Gumam Anne pelan sambil memejamkan matanya.
Anne masih sibuk duduk merenung sampai tiba saat dimana renunganya harus ditunda karena bel yang berbunyi.
***
Anne mengantarkan jawaban soalnya kepada Miss Sophie. Miss Sophie lalu menyuruh Anne untuk istirahat duluan di kantin. Anne diberikan kesempatan untuk beristirahat sampai bel masuk berbunyi. Itu waktu yang cukup lama.
Anne berjalan menyusuri koridor. Awalnya Anne sempat memutuskan untuk tinggal di kelas dan menunggu salah seorang dari teman kelasnya untuk keluar bersamanya. Namun, ketika Anne melihat bahwa Ray yang sedang serius mengajarkan Erica, Anne memutuskan untuk mencari udara segar daripada harus menghirup oksigen yang tercemar di kelasnya.
Anne berjalan dengan lesu. Kakinya tak membawanya ke kantin namun membawanya ke tempat favorit, rooftop. Di sana Anne duduk di bangku di pojok rooftop.
"Padahal biasanya kita berdua selalu bersama di situasi seperti ini. Walaupun hanya berdiam dalam keheningan yang menyelimuti." Gumam Anne lesu pada dirinya sendiri.
Anne menghela napas panjang, dan menghembuskannya. Anne kembali merenung. Kejadian di mana dia jatuh di dalam dekapan Daniel. Bagi Anne itu biasa saja. Tak ada blushing, ataupun ritme jantung yang berubah cepat. Anne tahu itu takkan terjadi karena Anne tak jatuh cinta padanya.
Tetapi Anne bingung pada Daniel yang tersenyum padanya dan mencari perhatiannya pagi ini. Setelah kejadian itu, tiba-tiba saja Daniel meminjam pulpen pada Anne, dan tersenyum tak jelas pada Anne. Anne berpikir mencari tahu apa yang terjadi. Otak Anne terus berputar sampai tiba pada suatu pemikiran yang bahaya bagi para manusia.
Anne menggelengkan kepalanya mencoba mengusir pemikiran itu. "Tidak, tidak, tidak, mustahil jika dia menyukaiku." Gumam Anne lagi pada dirinya.
Anne masih sibuk merenung, sampai perutnya tiba-tiba berbunyi meminta diisi. Anne pun berdiri dari bangku dan memutuskan untuk turun ke kantin membeli makanan.
Kaki Anne sibuk menuruni satu persatu anak tangga. Anne kembali menyusuri satu per satu koridor menuju ke kantin. Namun, ketika Anne tiba di suatu koridor, hatinya kembali tersayat.
Di tepi koridor di suatu bangku Erica sedang duduk dan bercerita dengan Ray. Hati Anne sudah sangat panas. Anne pun memutuskan untuk kembali ke rooftop. Rasa laparnya hilang ketika melihat Ray dan Erica.
Anne membalikan badanya pelan-pelan tanpa menimbulkan suara, namun teriakan seseorang yang memanggilnya menghentikan langkahnya.
"Anne tunggu!" Teriak orang itu.
Anne spontan berbalik dan mendapati Daniel yang memanggilnya. Tak hanya Daniel yang melihatnya. Ray dan Erica yang berada di situ juga melihatnya. Namun saat Ray dan Erica melihatnya dengan tatapan bingung akan keberadaanya yang entah sejak kapan sudah ada di situ, Anne berpura-pura tak tahu dan lebih memilih untuk meladeni Daniel.
"Kau mau kemana?" Tanya Daniel ketika sudah berada di jarak yang dekat dengan Anne.
Anne mengangkat bahunya tanda tak tahu akan tujuannya sendiri.
"Lapar tidak?" Tanya Daniel lagi dan dibalas dengan anggukan datar dari Anne yang lebih memilih jujur.
"Oke kalau begitu, kita pergi ke kantin saja yuk." Ajak Daniel yang langsung memegang tangan Anne dan menarik Anne pergi dari situ.
"Cocok ya mereka." Tanya Erica sambil tersenyum dan berbalik menatap Ray ketika Anne dan Daniel sudah pergi. Ray yang sedang cemburu itu pun hanya memilih mengangguk datar tanpa tersenyum sedikitpun.
***
Di kantin, Anne dan Daniel sedang menikmati makanan bersama. Lebih jelas lagi mereka makan dalam keheningan. Anne begitu dingin dan santai sedangkan Daniel sedang menahan kecanggungan di situ.
Saat sedang sibuk mengunyah, tiba-tiba Anne dibuat kaget oleh tangan Daniel yang terulur untuk menghapus bekas saus di sudut bibir Anne.
"Makasih." Ucap Anne datar.
"Sama-sama." Balas Daniel sambil tersenyum
Anne mengakhiri kegiatan makannya dengan cepat lalu memutuskan untuk kembali ke kelas.
"Duluan Dan." Ucap Anne datar sambil terus melangkah tanpa sedikitpun menoleh pada Daniel.
Daniel hanya diam pasrah dan melanjutkan kegiatan makannya yang sedang tertunda.
Sementara itu, kaki Anne mulai menyusuri koridor-koridor sekolah. Saat Anne sudah tiba di depan kelas, Anne mengangkat tangannya dan melirik jam tangannya.
"Masih 30 menit lagi." Katanya di dalam hati.
Anne pun berbalik badan dan kembali menyusuri lorong. Bukan rooftop, bukan kantin, melainkan perpustakaan.
Di dalam sana, Anne berdiri di deretan rak, mencari sebuah novel untuk dibaca. Tak perlu waktu lama, Anne sudah menemukan apa yang perlu dibaca.
Aneh, saat Anne sedang menyibukan diri untuk membaca, pikirannya tak bisa terfokus. Entah mengapa Anne terus berpikir tentang Daniel yang melakukan hal-hal aneh pada dirinya.
"Ahh, tak mungkin." Batin Anne sambil menggeleng-gelengkan kepalanya berulang kali.
***
Sekolah sudah pulang beberapa jam yang lalu. Ray sekarang tengah berbaring dengan posisi tengadah menatap plafon kamarnya.
"Arrrgghh." Geramnya frustasi sambil mengacak rambutnya.
"Kenapa jadi begini? Ini lebih buruk dengan apa yang ku ekspetasikan." Batin Ray.
Ya, Ray sedang frustasi setengah mati di kamarnya. Kecemburuannya meletup-letup di kepalanya. Otaknya tak bisa berhenti berpikir tentang kejadian tadi pagi yang dilihatnya.
Kejadian dimana Anne terjatuh dalam dekapan Daniel dan kejadian di mana Daniel menghapus bekas saus di sudut bibir Anne.
Ray hanya mencoba menahan amarahnya. Tak ada yang pantas menerima pelampiasan, karena disini, Ray tahu bahwa ini adalah resiko dari keputusannya. Dia sudah rela Anne dengan Daniel. Dan dia juga sudah tahu bahwa Daniel akan mencoba mendekati Anne selama dirinya dengan Erica.
Ray pun hanya bisa menenangkan dirinya kembali. Besok dia memiliki rencana yang besar. Dia tak bisa membiarkan kecemburuan ini terus terjadi. Dia harus mencoba melupakan Anne. Karena dia akan mencoba memberikan kesempatan untuk Erica.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adrianne [COMPLETED]
Teen FictionEntah kenapa dunia terasa masih ingin menyakitinya. Seorang gadis yang telah kehilangan. Awalnya dia merasa bahwa penderitaannya pada masa kecil sudah cukup, namun takdir berkata lain. Dia disakiti. Bukan hanya sekali, namun berulang-ulang kali. Di...