22 - Chase?

324 23 0
                                    

Daniel keluar dari dalam mobil dengan hoodie merah tuanya dan celana jeans hitam miliknya. Hari ini dia sudah sepakat akan bertemu dengan Samuel.

Daniel lalu memasuki kafe yang dituju. Di dalam sana sudah ada Samuel yang duduk menunggunya.

"Hai bro, what's up?" Sapa Daniel pada Samuel yang sedang duduk.

"Baik. Kau?" Balas Samuel.

"Lumayan." Jawab Daniel sambil mendesah namun ceria.

"Semoga kau baik-baik." Ucap Samuel pada Daniel.

Daniel menarik kursi yang berada di hadapan Samuel dan duduk. Kemudian, Daniel mengedarkan pandangannya menatap isi kafe tersebut.

"Bagus. Aku suka tempat ini." Daniel memuji.

"Iya aku juga. Mangkanya aku pilih tempat ini, supaya lebih asik." Samuel menambahkan.

"Oh, tapi ngomong-ngomong, kau ingin bicara apa?" Tanya Daniel pada Samuel yang teringat akan tujuannya datang kesini.

Samuel meneguk minumannya dengan cepat, lalu meletakan kembali gelas minuman itu di meja, kemudian membersihkan bibirnya dengan tissue.

"Ini tentang Anne." Jawab Samuel.

Sebelah alis Daniel terangkat. "Anne kenapa?" Tanya Daniel sambil membenarkan posisi duduknya.

Samuel menatap Daniel lekat. "Apa keputusanmu sekarang?"

"Keputusan apa?"

"Maksudku, apa yang akan kau lakukan sekarang setelah Anne menolakmu?"

Daniel mendesah sambil memalingkan tatapannya ke tempat lain. "Ya, mungkin sudah takdir, jadi aku pasrah saja. Toh, dia tak menyukaiku." Jawab Daniel sambil tertawa miris di ujung kalimat yang diucapkan.

"Kau akan melepaskannya begitu saja?" Tanya Samuel memastikan.

"Maksudnya?" Daniel kebingungan.

"Kau ditolak. Apakah kau akan menyerah?" Tanya Samuel lagi dengan datar.

Daniel lalu mendesah ketika mengerti akan pertanyaan Samuel. "Sam, ini masalah hati, kau tak bisa seenaknya memaksakan kehendakmu kepadanya." Jawab Daniel.

Samuel lalu membenarkan posisi duduknya. "Jadi kau menyerah begitu saja?" Tanya Samuel dengan nada meremehkan.

Daniel mendengus kasar. "Kan sudah kukatakan, kau tak bisa seenaknya memaksakan kehendak. Aku tak bisa apa-apa lagi. Aku hanya bisa bertanya padanya. Selebihnya, dia yang memutuskan. Itu saja, batasku hanya sampai di situ." Ucap Daniel menjelaskan dengan kesal.

"Sebenarnya batasmu bukan disitu. Kau hanya tak mencoba jadi kau tak tahu."

Sebelah alis Daniel terangkat. "Apa yang tak kucoba?" Tanyanya bingung pada Samuel.

"Yang tak kau coba adalah pembuktian. Kau hanya mendekat sebentar, lalu melamarnya. Kau tak sabar, dan kau tak membuktikan padanya bahwa kau pantas memilikinya." Jawab Samuel menjelaskan.

"Jadi maksudmu aku terlalu terburu-buru?"

"Iya."

Lagi-lagi Daniel mendesah. Ini adalah sebuah kesalahan jika dilihat-lihat lagi. "Terus aku harus apa?" Tanya Daniel dengan putus asa.

"Kejar dia." Ucap Samuel sambil menatap datar ke arah Daniel.

Daniel cukup terkejut dengan apa yang dikatakan Samuel. "What? Kejar? Kau gila? Aku sudah ditolak!" Ucapnya setengah emosi.

"Apakah kau akan melepaskan gadis yang kau sukai begitu saja? Kau bahkan belum membuktikan bahwa dirimu pantas memilikinya." Sekali lagi kalimat itu keluar dari mulut Samuel.

Adrianne [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang