Dua hari kemudian.
Kondisi Anne sudah sangat membaik walaupun hanya dua hari ini. Perkembangannya sangat baik. Anne sudah melakukan beberapa terapi kemarin. Hal itu mungkin yang menjadi salah satu alasan kenapa kondisinya membaik.
Ray maupun keluarga yang lain sangat senang melihat kondisi Anne yang sudah membaik. Namun, masih ada saja satu hal yang membuat mereka sedih, yakni Anne yang sangat dingin.
Dari hari dimana Anne sadar sampai hari ini, mungkin kata-kata yang Anne ucapkan bisa dihitung. Anne sudah sangat pendiam.
Hari itu Anne diperbolehkan untuk jalan-jalan sebentar ke taman rumah sakit. Dokter juga sebenarnya mengharuskan hal itu, agar Anne juga bisa merasa semangat.
Namun, yang diharapkan dokter ternyata lain. Setelah memberitahukan bahwa Anne akan jalan-jalan ke taman rumah sakit, alih-alih senang, Anne malah menanggapi itu dengan datar.
Mau tidak mau, Anne harus mengikuti perintah dokter. Katanya itu bagian dari terapinya. Anne hanya menurut tanpa banyak bicara. Kemarin waktu ditanya apakah dia mau atau tidak, Anne hanya mengangguk mengiyakan.
Akhirnya hari ini, Ray yang membawa Anne jalan-jalan ke taman rumah sakit. Hari ini Anne terlihat sangat segar. Rambut hitam panjangnya diurai. Anne memakai baju pasien rumah sakit.
Ray sendiri hanya memakai hoodie dan celana panjang hitamnya hari ini. Dia sangat bersemangat. Rencananya dia akan melakukan sesuatu yang mungkin tak dilupakannya hari ini. Namun Ray juga agak khawatir akan tanggapan Anne. Tapi biarlah itu menjadi nomor dua. Yang penting, dia harus melakukan satu hal yang benar-benar
Ray dan Anne yang sudah siap pun pergi ke taman rumah sakit. Hari itu taman sepi. Masih pagi dan masih sepi. Ray mendorong Anne di kursi roda. Anne hanya mengalami patah tulang ringan di tangan. Hal itu juga sudah ditangani dokter sehingga patah tulang Anne di tangan sudah hampir sembuh.
Taman itu lumayan luas. Ray membawa Anne ke salah satu pohon yang ada di situ. Sesampainya di sana, Ray lalu duduk berhadapan dengan Anne. Ray duduk di bangku taman, sedangkan Anne duduk di kursi roda menghadap padanya.
Anne awalnya bingung, namun Anne tak ingin bertanya. Malas rasanya baginya untuk membuka mulut lagi. Anne hanya diam, dan menyaksikan apa yang akan terjadi.
Ray mengambil napas panjang-panjang, lalu menghembuskannya. Setelah itu lelaki itu hanya memegang tangan Anne.
Jujur saja Anne masih merasa gugup. Detak jantungnya bahkan mulai tak beraturan. Andai dokter tahu bahwa Ray bisa mempercepat detak jantung Anne, mungkin dua hari yang lalu dokter tak perlu repot-repot menggunakan defibrillator.
Setelah mempersiapkan dirinya, Ray yang sudah memegang tangan Anne lalu mengutarakan apa yang ingin diutarakannya sambil menatap Anne tepat di manik birunya.
"Aku ingin berkata sesuatu padamu." Ujar Ray.
Anne hanya diam tanpa merespon apapun. Dia hanya menunggu Ray melanjutkan kalimatnya.
"Aku ingin minta maaf." Ujar Ray. Namun kali ini Anne masih diam. Tadinya Anne menatap Ray, kali ini gadis itu menatap tempat lain.
"Aku ingin minta maaf atas semua yang aku lakukan padamu. Aku ingin menjelaskan, namun sayangnya kata dokter kau belum boleh terlalu berpikir. Itu akan mengganggu terapimu." Ujar Ray. Anne sebenarnya sudah mulai penasaran namun kali ini Anne memilih untuk bersuara. Dia tak ingin mendengar kalimat selanjutnya dari Ray. Karena itu Anne pun bersuara.
"Apapun salahmu aku memaafkanmu. Sudahlah, kita sudah selesai kan? Bawa aku masuk saja." Ujar Anne dengan datar. Anne tiba-tiba menjadi ingin cepat-cepat masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adrianne [COMPLETED]
Teen FictionEntah kenapa dunia terasa masih ingin menyakitinya. Seorang gadis yang telah kehilangan. Awalnya dia merasa bahwa penderitaannya pada masa kecil sudah cukup, namun takdir berkata lain. Dia disakiti. Bukan hanya sekali, namun berulang-ulang kali. Di...