Anne sedang menikmati hembusan angin di rooftop sekolah dengan wajah kusut dan lesu. Bagaimana tidak? Hari ini Erica mengungumkan tentang hubungan resminya dengan seorang Raymond Doughlass dan sekolah sampai heboh hanya karena seorang Erica bisa memenangkan hati seorang Raymond.
Anne mendesah berat sambil menatap begitu banyak bangunan di bawah sana. Berharap keajaiban Tuhan bisa terjadi. Anne bahkan belum berjuang.
Tiba-tiba, Anne mendengar ada yang naik ke rooftop. Anne menoleh dan mendapati Baige disana. Baige tersenyum sambil melambai pada Anne. Anne membalas lambaian Baige namun ekspresinya tak seceria biasanya. Baige lalu mendekat dan menyapa Anne.
"Hai."
"Hai Baige."
"Tumben murung." Ucap Baige ketika menyadari bahwa Anne sedang tak seceria biasanya.
"Hmm, sedang malas saja." Balas Anne datar.
"Tak makan?"
"Malas ke kantin."
"Hah? Kenapa?" Tanya Baige bingung pada sikap Anne.
"Muak lihat wajah-wajah palsu di meja Erica." Jawab Anne seadanya.
"Wajah-wajah palsu?" Baige bertambah bingung ketika mendengar jawaban Anne.
"Iya, para munafik yang mencari muka."
"Maksudmu? Siapa yang munafik?" Kebingungan Baige bertambah dan membuat Anne menceritakan kronologi cerita.
"Aku dan Erica makan di kantin bersama-sama, tapi pada saat bel berbunyi, Shanon dan gengnya tiba-tiba saja ikut-ikutan duduk denganku dan Erica. Erica suka duduk dan menjadi bahan sorotan, tetapi aku sangat benci hal itu." Cerita Anne panjang lebar.
"Lalu, siapa yang munafik?" Tanya Baige masih bingung.
"Shanon dan gengnya. Beberapa hari yang lalu aku mendengar bahwa mereka tak suka pada Erica, ketua tim pesorak. Tetapi tadi, tingkah merekalah yang paling menonjol di meja. Berpura-pura menjadi teman yang baik." Jawab Anne jujur.
"Mendengar?" Baige masih setia bertanya.
"Iya, waktu itu aku ingin ke kantin. Tapi kemudian, aku mendengar ada suara gaduh dari sebuah ruangan terkunci. Aku mendekat untuk mendengar apa yang terjadi. Ternyata itu adalah Shanon dan gengnya. Mereka sedang membicarakan tentang orang yang mereka tidak sukai. Kata mereka, mereka tidak suka pada Erica dan aku berpikir bahwa mereka sedang merencanakan sesuatu yang buruk bagi Erica. Selain itu, kata mereka lagi, orang yang mencoba menghalangi mereka akan mereka hajar. Jadi aku khawatir akan kita berdua Baige. Aku takut jika mereka merencanakan sesuatu yang buruk bagi kita." Jelas Anne.
"Benarkah?"
"Iya Baige, tak ada gunanya aku bohong. Sebenarnya aku ingin memberitahu Erica tentang hal ini namun aku merasa percuma."
"Kalau begitu kita berdua harus hati-hati. Sebenarnya, hanya aku saja yang pantas menjadi bahan mereka. Toh, aku yang berurusan dengan mereka waktu itu. Bukan kamu. Tapi sekarang, kamu pasti akan di sangkut pautkan. Aku minta maaf Anne." Ucap Baige merasa bersalah.
"Tak apalah Baige, tenang saja. Kita berharap mudah-mudahan mereka tak mengapa-apakan kita." Ucap Anne berusaha menenangkan.
"Iya. Tapi mmm... Anne, tapi ngomong-ngomong, kamu pintar bisa melabeli mereka dengan sebutan munafik." Uvap Baige sambil terkekeh pelang. Dia kembali membahas topik munafik lagi.
"Yah, sudah seharusnya para fake friend itu dilabeli munafik. Kan pada dasarnya sudah munafik." Jawab Anne.
"Fake friend? Maksudmu makhluk yang hanya datang ketika membutuhkan dan pergi begitu saja tanpa menunjukkan rasa terima kasihnya sedikitpun?" Tanya Baige lagi-lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adrianne [COMPLETED]
Teen FictionEntah kenapa dunia terasa masih ingin menyakitinya. Seorang gadis yang telah kehilangan. Awalnya dia merasa bahwa penderitaannya pada masa kecil sudah cukup, namun takdir berkata lain. Dia disakiti. Bukan hanya sekali, namun berulang-ulang kali. Di...