Beberapa minggu pun berlalu. Anne masih terbaring di rumah sakit dengan alat-alat rumah sakit yang terpasang pada tubuhnya baik itu selang oksigen dan sebagainya.
Ada beberapa organ tubuh yang bermasalah, namun seiring berjalannya waktu organ-organ yang bermasalah itu mulai membaik.
Sebenarnya, awalnya dokter sudah ingin menyerah dengan keadaan Anne yang agak lama pulih dan sempat menurun. Namun pihak keluarga bersikeras untuk tetap merawat Anne. Untungnya setelah beberapa saat keadaan Anne kembali pulih.
Para keluarga angkat Anne masih sering mengunjungi. Angie bahkan yang menjaga Anne disana. Terkadang jika ada urusan Angie akan gantian dengan Ray atau Baige.
Ada banyak orang juga yang datang mengunjungi Anne ketika berita tentang kecelakaannya menyebar. Bahkan ada beberapa guru, termasuk Miss Sophie dan Bu kepala sekolah yang datang mengunjungi Anne. Miss Sophie datang dua kali pada minggu kemarin. Dia datang mengunjungi Anne waktu itu.
Ray? Pria itu tak pernah alpa untuk datang mengunjungi Anne. Setiap hari dia selalu ke rumah sakit tak peduli seberapa cepat dia disana, dia selalu menyempatkan waktu untuk mengunjungi Anne.Memang benar apa kata orang-orang; seseorang baru akan merasa membutuhkan ketika dia kehilangan. Itu yang dirasakan Ray. Bodoh? Sangat. Menyesal? Lebih besar daripada kebodohannya.
Kini, satu hari lagi berganti. Di pagi ini orang-orang bangun dengan semangat termasuk Ray. Lelaki itu mulai terbiasa untuk selalu berharap akan kesadaran Anne.
Sekolah sedang libur. Hari ini Ray bangun, lalu cepat-cepat bersiap-siap menuju ke rumah sakit. Dia sudah membuat kesepakatan dengan Angie kemarin bahwa hari ini dia akan menjaga Anne seharian penuh.
Grace dan Jhon sedang keluar kota karena sibuk dengan pekerjaan mereka. Karena itu dia lebih memilih untuk menghabiskan waktu di rumah sakit. Kini setelah bersiap-siap, Ray pun menuju ke rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit, Ray lalu memakirkan mobilnya dan bergegas menuju ke ruangan Anne.
Setelah Ray memasuki tempat Anne dirawat, ternyata masih di keadaan yang sama. Anne sedang terbaring dengan mata yang terpejam.
Ray hanya mendesah pelan lalu mengambil tempat duduk di sisi Anne. Ray mulai tersenyum sambil menatap wajah Anne.
"Hai Anne." Sapanya pada Anne yang tak sadar. Bukan, bukan cuma sekarang. Bahkan dari kemarin-kemarin pun Ray sudah terbiasa untuk berbicara dengan Anne yang tak sadar.
"Kau belum mau kembali ke sini? Nyaman ya disana?" Tanya Ray lagi.
"Ataukah, kau belum mau bertemu denganku?" Lagi dan lagi Ray mulai mengeluarkan semua pertanyaan yang ada di kepalanya.
"Aku sahabat yang buruk ya? Bahkan tidak pantas kau disebut sahabat." Ujar Ray sambil memejamkan matanya. Jujur saja dia sedih.
"Aku minta maaf." Ujar Ray pada Anne, diakhiri dengan hembusan napas di akhir kalimatnya.
Setelah kalimat yang terakhir keluar, Ray hanya menunduk sambil menyembunyikan wajahnya di kedua telapak tangannya.
Ray berdiam diri. Dia sekarang sangat terbiasa untuk diam dan tak berbicara untuk waktu yang cukup lama. Namun, beberapa menit kemudian setelah hening, tiba-tiba pintu kamar rumah sakit diketuk.
Ray tak berbalik belakang. Dia hanya kembali duduk tegap dan mengucapkan kata 'masuk'.
Ternyata yang masuk adalah Samuel. Samuel agak sedih bercampur gelisah melihat keadaan sahabatnya yang tengah berada dalam keadaan emosi yang bercampur. Samuel juga sedih melihat keadaan teman baiknya yang belum cukup membaik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adrianne [COMPLETED]
Teen FictionEntah kenapa dunia terasa masih ingin menyakitinya. Seorang gadis yang telah kehilangan. Awalnya dia merasa bahwa penderitaannya pada masa kecil sudah cukup, namun takdir berkata lain. Dia disakiti. Bukan hanya sekali, namun berulang-ulang kali. Di...