"Sampai kapan kau terus-terusan pura-pura buta atas perjuangannya? Anne, dia bahkan mau menunggumu. Dia ingin berjumpa denganmu, bahkan mau satu sekolah denganmu. Itu bukan perjuangan yang kecil Anne. Lagipula dia mengecewakanmu karena sebuah alasan kan? Untuk sahabatnya kan? Kau butuh memaafkannya, kau harus belajar percaya." Ucap Brysie.
"Tapi kalau dia mengecewakanku lagi?" Tanya Anne.
"Dia takkan berpindah ke Brooklyn, mendaftar di SDMC, dan ikut tes, hanya untuk mengecewakanmu sedalam-dalamnya." Jawab Brysie.
Anne lalu berpikir. Benar juga apa yang dikatakan Brysie. "Jadi aku harus memaafkannya?" Tanya Anne.
"Itu hanya saranku." Jawab Brysie.
"Lalu Kenneth?" Tanya Anne.
"Coba kau pikir dan mencoba ingat tentang apa yang kau rasakan saat kau dekat dengannya." Jawab Brysie.
Anne lalu mulai berpikir. Gadis itu terus menatap sudut plafon kamarnya selama kurang lebih satu menit.
"Apa yang kau rasakan?" Tanya Brysie.
"Mmm... aku merasa biasa-biasa saja di dekatnya." Jawab Anne.
"Kau pernah gugup terhadapnya?" Tanya Brysie kembali namun dibalas dengan gelengan dari Anne.
"Apakah dia terus-terusan berada di kepalamu?" Tanya Brysie.
Anne menggeleng lagi. "Tak. Tak ada. Yang ada di kepalaku hanya..." Ujar Anne sambil menggantung kalimatnya.
"Siapa yang ada di kepalamu?"
"Ray." Jawab Anne.
"Bagaimana dengan perasaanmu padanya?" Tanya Brysie.
"Entahlah, aku tak tahu apakah aku masih mencintainya atau bukan. Tapi anehnya aku masih gugup ketika bertemu dengannya, ada rasa bahagia ketika tahu dia masih mencintaiku, dan dia masih bisa membolak-balikan perasaanku secepat dia membalik telapak tangannya." Ujar Anne dengan kesal.
"Tak ada yang berubah dari rasamu ternyata. Yang ada hanyalah rasa kecewa dan marah terlalu besar yang muncul di hatimu untuknya. Marah dan kecewa bukan berarti benci." Ucap Bryse pada Anne. Gadis itu mendengarkan dengan saksama apa yang Brysie katakan. Anne lalu diam dan berpikir bukannya menanggapi.
"Kau tahu, kau beruntung." Ucap Brysie.
"Beruntung karena?" Tanya Anne bingung.
"Ada begitu banyak orang yang mengingini jadi dirimu. Ada yang dikecewakan namun sayangnya yang mengecewakannya tak pernah datang dan meminta maaf. Sedangkan dirimu, kau dibuat marah dan dikecewakan. Tapi lihatlah Ray sekarang. Terkadang kau harus memberi kesempatan kepada dia yang menyakiti hatimu untuk memperbaiki kembali apa yang dia rusak. Hanya ketika dia sungguh-sungguh bukannya main-main. Jika dia main-main, jangan berikan karena kau akan menyakiti hatimu sendiri. Sekarang Ray sungguh-sungguh, dan menurutku dia layak mendapatkan kesempatan."
Anne lalu mengernyit bingung dan mengacak-acak rambutnya. "Jadi aku harus memberikannya kesempatan?" Tanya Anne.
Brysie kemudian mengambil napas panjang dan menghembuskannya. "Kau manusia kan Anne?" Tanya Brysie dengan lembut. Anne mengangguk.
"Kita manusia tak pernah lepas dari sesuatu bernama kesalahan. Kadang kesalahan yang kita perbuat sangat besar. Jika kau buat sebuah kesalahan besar pada ayahmu. Dan kau sangat menyesal, dan ingin memperbaiki itu semua serta kau minta maaf atas apa yang terjadi namun kau tak dimaafkan. Bagaimana perasaanmu?" Tanya Brysie.
Anne lalu tergagap menjawabnya. "Ya ak-aku pas-pasti sedih. Dan aku akan ber-berusaha terus minta maaf." Jawab Anne.
"Nah. Itulah yang dirasakan Ray padamu. Bayangkan betapa dia mencintai dirimu." Ucap Brysie. Anne hanya diam dan mulai tenggelam salam pikirannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adrianne [COMPLETED]
Teen FictionEntah kenapa dunia terasa masih ingin menyakitinya. Seorang gadis yang telah kehilangan. Awalnya dia merasa bahwa penderitaannya pada masa kecil sudah cukup, namun takdir berkata lain. Dia disakiti. Bukan hanya sekali, namun berulang-ulang kali. Di...