Hari kemarin sudah berlalu, diisi oleh hal-hal yang lumayan penting. Terutama bagi gerombolan Shanon.
Claire sudah mengetahui bahwa hari ini Erica akan masuk sekolah. Tak lupa juga kunci cadangan telah diletakkannya di loker milik Anne. Hari ini mereka telah siap beraksi.
Benar. Hari ini keadaan Erica sudah baik. Erica sudah masuk sekolah. Kini, di bagian ini, cerita kembali dimulai dari jam istirahat setelah jam belajar yang lumayan menyiksa.
Erica sedang duduk di salah satu kursi di meja kantin. Seperti biasanya, dikelilingi oleh para famous girls dan famous boys.
Namun, baru saja sedikit waktu mereka lewati untuk berceloteh, tiba-tiba saja nama Erica dipanggil di pengeras suara sekolah.
"Perhatian, panggilan kepada siswi bernama Erica Thompson, diharap segera ke ruang kepala sekolah. Sekali lagi, panggilan kepada siswi bernama Erica Thompson, diharap segera ke ruang kepala sekolah." Demikian bunyi panggilan dari pengeras suara tersebut.
Wajah Erica tiba-tiba berubah datar. Ia tahu ini sudah waktunya untuk beraksi. Namun, rasanya agak sangsi harus menuduh Anne.
Tanpa banyak bicara, Erica lalu berdiri dari tempat duduknya dan pergi menuju ke ruang kepala sekolah. Wajahnya berubah datar saat itu juga.
Namun, tak hanya Erica yang berubah datar. Di ujung meja sana, tubuh Shanon dan teman-temannya sudah mulai menegang. Sedangkan Anne, gadis itu tampak biasa-biasa saja berdiri di rooftop. Disana dia mencoba berkutat dengan buku karena hari ini hari pertama ulangan kenaikan kelas. Tapi, Anne agak kesusahan karena ia merasa ada yang mengganggu pikirannya. Gadis itu tak tahu harus apa. Dia sudah mencoba berulang-ulang kali untuk fokus belajar tapi nihil. Akhirnya dia hanya diam.
Namun, hanya karena Anne diam di rooftop bukan berarti Anne tak memikirkan tentang apa yang terjadi. Mulai dari sikap Erica yang sinis dan kelihatan benci padanya, dan kini nama Erica yang dipanggil di pengeras suara.
"Apakah ada sesuatu yang aku lewatkan?" Batin Anne ketika dia mendengar panggilan atas nama Erica. Anne juga bingung atas apa yang terjadi. Dia bahkan bertanya pada dirinya sendiri apakah ada sesuatu yang dia lewatkan.
Namun, semakin lama, Anne semakin diam tenggelam bersama dengan pikiranya yang menyibukan otaknya untuk mencari serangkaian kemungkinan-kemungkinan besar yang masuk akal.
Lain halnya dengan Erica. Gadis itu sibuk meremas-remas tangannya sendiri disaat langkah-langkah kakinya semakin dekat dengan ruang kepala sekolah.
Erica sebenarnya merasa tak enak jika dia harus menuduh Anne. Toh, selama dia di sini dia sudah kenal dengan Anne dan apa yang Anne lakukan padanya bisa disimpulkan baik.
Tapi, sebenarnya disisi satunya dia merasa terancam akan kehilangan Ray karena status Anne dan Ray sebagai sahabat. Selain itu dia juga sedikit dimakan cemburu mengingat lelaki seganteng Ray bisa dekat dengan Anne. Bukan tidak cocok sih, tetapi Erica mengambil kesimpulan bahwa Ray lebih cocok dengan wanita mewah dan feminim seperti dirinya bukannya wanita tomboy dan dingin seperti Anne.
Semua keputusan tergantung pada Erica. Ini hanya berasal dari sudut pandang mana dia melihat. Dan akhirnya daripada harus kehilangan Ray, akan lebih baik mengikuti apa yang Shelle sarankan padanya, yaitu menuduh Anne.
Lagipula, dia pun tak punya pilihan selain menuduh Anne. Karena jika dia lakukan yang sebenarnya, maka reputasinya akan hancur dan buruk.
Kini, disaat-saat seperti ini, Erica pun hanya mendesah, meyakinkan hatinya bahwa pilihannya sudah tepat.
Dan sekarang, Erica sudah berdiri di depan ruangan kepala sekolah yang terbatasi dengan dinding dan pintu yang tertutup. Gadis itu pun hanya mendesah kemudian melangkah masuk dengan mantap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adrianne [COMPLETED]
Teen FictionEntah kenapa dunia terasa masih ingin menyakitinya. Seorang gadis yang telah kehilangan. Awalnya dia merasa bahwa penderitaannya pada masa kecil sudah cukup, namun takdir berkata lain. Dia disakiti. Bukan hanya sekali, namun berulang-ulang kali. Di...