75 - It's All Done [END]

1.8K 39 3
                                    

Akhirnya setelah sampai di dalam mobil, Bryson lalu bertanya. "Mau kemana?" Tanya Bryson bingung.

"Ke tempat yang tadinya aku memintamu untuk mengantarku ke sana." Jawab Anne.

Mendengar itu Bryson agak kaget namun juga seulas senyum tipis muncul di bibirnya. "Baiklah. Siap-siap." Ujar Bryson.

Anne tak banyak bersuara. Dia lalu mengangguk dan memperbaiki posisi duduknya menjadi lebih baik. Mobil lalu mulai melaju dalam kecepatan lumayan.

Disaat tiba di jalanan yang lumayan ramai, Bryson lalu mulai extra hati-hati walau dalam kecepatan cukup tinggi.

Jantung Anne berdegup. Makin lama makin cepat karena entah apakah mereka yang makin lama makin dekat, dan mobil yang lumayan tinggi kecepatannya.

Akhirnya setelah berbagai hiruk pikuk dan setelah jalan yang lumayan panjang, mereka akhirnya sampai di suatu tempat.

Nyali Anne yang tadinya berkoar-koar menciut seketika melihat tempat ini. Dia entah harus merasa ragu ataukah takut, yang jelas Anne merasakan semuanya. Kalau tadi dia memaksa keras pada Bryson, sekarang dia tengah menatap Bryson cemas. Keningnya berkerut dan bibirnya seperti busur terbalik.

"Sudah sampai. Silahkan adik." Ujar Bryson dengan senyum yang dipaksakan. Bryson bingung ketika melihat Anne.

"Kenapa?" Tanya Bryson.

"Bry aku takut." Ujar Anne.

"Lho? Takut? Tadi kau yang memaksa dengan berani. Sekarang masa takut?" Tanya Bryson dengan bingung.

Anne lalu menatap ke luar dengan cemas. "Tapi. Kalau yang terjadi itu hal buruk?" Tanya Anne dengan cemas.

"Adrianne, kalau ada apa-apa, telpon saja aku. Sudahlah, sekarang turun saja dan hadapi semua." Bryson mencoba menyuruh Anne.

Anne mulai mendengar. Akhirnya beberapa saat kemudian Anne turun, dengan sedikit dorongan dari Bryson. Setelah Anne turun, Bryson lalu meninggalkannya.

Gadis itu kemudian melangkah pelan. Agak ramai keadaan di sore ini. Kini dia telah berada di pantai. Anne sedikit menandak-nandak melihat keadaan di ujung sana.

Sebelum berjalan, Anne mencoba berhenti dan bernapas dulu. Gadis itu mencoba menenangkan dirinya sendiri.

"Ini keputusanku. Apapun yang terjadi, aku harus siap. Harus dan harus." Gadis itu terus menerus mengulang kalimat itu dalam hati. Anne juga mengulang kalimat tersebut sambil memejamkan matanya.

Akhirnya, selang beberapa detik kemudian Anne membuka matanya dan mulai berjalan. Perlahan, rasa yakinnya mulai terkumpul.

Anne terus berjalan menuju ke bagian ujung pantai. Namun, karena lumayan panjang hamparan pasir yang harus ditempuhnya, kini Anne memutuskan untuk berlari.

Gadis itu terus berlari hingga akhirnya dia tiba di sebuah dermaga. Anne tersenyum. Namun entahlah, mungkin apa yang dia rasakan sekarang bukan hanya bahagia. Tanpa sadar air mata Anne terkumpul namun untungnya tak jatuh.

Anne lalu mulai berjalan perlahan, sepelan mungkin tanpa menimbulkan suara. Gadis itu menuju ke ujung dermaga dimana seorang pria sedang berdiri membelakanginya.

Anne terus berjalan, sehingga dia berdiri di belakang pria tersebut. Sang pria rupanya tak menyadari kehadirannya.

Anne menarik napas panjang dan menghembuskannya dengan sangat pelan. "Ray." Panggilnya.

Lelaki yang dipanggil Ray itu menoleh. Memang benar itu adalah Ray. Ray menatap Anne yang kini sudah menunduk tak berani menatapnya.

"Anne?" Ray bingung karena mendapati Anne yang berdiri memanggilnya. Kenapa tiba-tiba Anne ada disini? Bukankah gadis itu selalu menghindari dirinya? Ray mulai memikirkan pertanyaan itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 13, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Adrianne [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang