60 - Decide

378 19 0
                                    

Dua hari berlalu. Anne sudah keluar dari rumah sakit sekarang. Keadaannya sudah pulih layaknya manusia-manusia normal.

Anne sudah kembali ke panti asuhan sekarang. Kemarin lebih tepatnya. Sewaktu dia kembali, panti asuhan sangat ramai. Banyak orang-orang dekat yang berdatangan, banyak makanan disana, dan suasana disana pun ceria. Anne masih lumayan datar namun mereka berusaha memaklumi hal itu.

Ray sudah sangat senang melihat Anne bisa kembali. Begitupun dengan yang lain. Mereka sekarang tengah duduk-duduk di taman sambil bercengkerama ria. Ada Erica disana. Sayangnya ayah dan ibunya Erica sudah kembali. Jika tidak, pasti keadaan lebih seru lagi.

Kini di pagi hari ini Anne sudah terkumpul bersama-sama dengan mereka. Sayangnya gadis itu tak tenggelam bersama-sama dengan candaan mereka. Anne lebih memikirkan tentang keputusannya. Atau tepatnya, Anne sedang memikirkan bagaimana menyampaikan tentang keputusannya.

Ya, Anne sudah memutuskan. Sekarang tinggal bagaimana cara menyampaikannya. Anne sedang mengumpulkan keberaniannya untuk mengatakan keputusannya. Namun, Anne juga sedang berdoa semoga keputusannya benar.

Mata Anne kini sedang bergerak-gerak mencari seseorang. Orang yang dicari Anne adalah bibi Naomi. Sayangnya disana hanya ada paman George. Pastilah bibi Naomi sedang di kamarnya.

Anne lalu berdiri dari tempat duduknya dan berlari masuk ke dalam. Beberapa yang melihat itu hanya merespon biasa saja, namun Ray kelihatannya mulai gelisah lagi hari ini.

Anne masuk ke dalam sambil berlari-lari. Gadis itu kemudian mengetuk pintu kamar tamu dengan cepat-cepat.

Tak lama kemudian Bibi Naomi membukakan pintu kamarnya. "Ada apa sayang?" Tanya Bibi Naomi dengan lembut. Namun bibi Naomi agak sedikit bingung melihat wajah Anne yang seperti serius dan panik.

"Boleh aku masuk?" Tanya Anne dengan sangat-sangat serius.

Bibi Naomi mengangguk sambil tersenyum. "Silahkan sayang." Ujarnya sambil memegang pundak Anne.

Anne lalu masuk dan duduk di kursi sofa yang ada di sana. Gadis itu makin kebingungan.

Bibi Naomi menutup pintu kamar lalu mendekat ke arah Anne yang sedang duduk di sofa. "Ada apa?" Tanya Bibi Naomi sambil duduk di samping Anne.

Anne yang mendengar itu lalu mulai menenangkan dirinya. Gadis itu mulai mengatur napasnya secara normal kembali. "Be-begini ak-aku...." Jawab Anne dengan gelagapan.

"Kau kenapa?" Tanya Bibi Naomi lagi dengan lembut.

"Ak-aku." Ujar Anne dengan napas yang kembali berantakan.

"Kau kenapa sayang?" Tanya bibi Naomi lagi dengan sabar dan lembut.

Anne lalu memejamkan matanya rapat-rapat, berharap ia tak salah mengambil keputusan. "Aku mau ikut bibi dan paman ke Brooklyn."

Bibi Naomi yang mendengar itu sangat senang mengetahui Anne mau mengikut mereka ke sana. Bibi Naomi belum merespon karena Anne kelihatannya mau melanjutkan kalimatnya.

"Aku. Mau. Tinggal. Disana." Ujar Anne dengan menjeda setiap kata-katanya. Namun kalimat Anne terdengar gugup bukannya penuh penekanan.

Bibi Naomi lalu mengangguk pelan sambil tersenyum. "Jika itu keputusanmu, kau harus memberitahu yang lain juga." Ujar Bibi Naomi.

Dan inilah bagian yang paling Anne takuti. Memberitahu semua orang disana. Namun Anne sudah memikirkan dia akan memberi tahu siapa. Akhirnya Annne hanya mengangguk lalu berdiri dari tempatnya.

"Baiklah bi, aku pergi dulu. Aku akan memberi tahu mereka." Ujar Anne. Bibi Naomi mengangguk mengiyakan.

Anne lalu berjalan keluar kamar. Namun, baru saja Anne tiba di pintu, bibi Naomi memanggilnya. "Anne." Panggil bibi Naomi.
Anne berbalik dan menatap bibi Naomi. "Ya bibi?" Sahut Anne.

Adrianne [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang