Seminggu telah berlalu. Di hari ini, cuaca cukup bagus untuk jalan-jalan. Anne duduk sendirian dekat jendela. Gadis itu sedang menimbang-nimbang apakah dia mau pergi jalan-jalan atau tidak.
Yang jelas, masih lama lagi baru anak-anak yang seangkatan dengannya akan disibukan dengan kegiatan perkuliahan. Ya, sebentar lagi mereka akan menjadi mahasiswa dan mahasiswi.
Anne sebenarnya ingin tinggal di rumah, namun cuaca terlalu bagus untuk dibiarkan begitu saja. Lagipula tak ada salahnya menikmati waktu sebelum kesibukan tiba.
Karena itu Anne lalu berdiri dari tempatnya duduk, mengganti baju rumahnya dengan kaos hitam dan celana jeans hitam selutut. Anne berencana bermain basket di lapangan dekat rumah. Dia sudah jarang bermain basket semenjak sembuh dari koma.
Setelah mendapat izin dari paman dan bibinya, Anne lalu pergi ke lapangan yang berjarak tak jauh dari rumahnya itu. Anne tak lupa membawa bola basket miliknya dan skateboard kesayangannya. Dia tersenyum ketika dia bisa memakai skateboard itu lagi. Anne masih ingat persis bagaimana hari itu, hari dimana dia dan Ray sama-sama membeli skateboard untuknya. Anne juga tahu skateboard karena belajar dari Ray. Bahkan bola basket yang sekarang tengah dipegangnya pun dari Ray. Dia dulu sering memainkan bola itu bersama dengan Ray.
Anne asik melamun hingga tiba di lapangan basket. Anne sebenarnya masih ingin, namun sapaan seseorang membuatnya kaget.
"Hai Adrianne." Sapa seseorang itu.
Anne mengangkat wajahnya dan melihat lelaki tampan yang sedang berdiri di bawah ring basket. Lelaki itu nampak berkeringat karena dia sedang bermain basket. Hanya dia sendiri di sana.
Anne mengukir senyum tipis. Sebenarnya Anne ingin bermain sendiri namun yang terjadi tak sesuai dengan ekpetasinya. "Hai Kenneth." Balas Anne singkat.
"Basket juga?" Tanya Kenneth dengan ramah.
Anne mengangguk datar tanpa mengeluarkan suara sekecil apapun. Kenneth hanya tersenyum menanggapi itu, namun detik berikutnya dia mendapat ide.
"Main sama-sama yuk." Ajak Kenneth.
Anne tampak berpikir. Tak ada salahnya juga jika dia bermain bersama-sama dengan Kenneth. Lagipula kalau sendiri kan gampang bosan.
"Boleh." Anne menyetujui ide itu dengan senang hati.
"Pakai bolaku saja." Ujar Kenneth. Anne lalu meletakkan bola dan skateboardnya di salah satu kursi tribun. Setelah itu dia lalu mulai bermain dengan Kenneth.
Mereka berdua pun mulai bermain. Lumayan asik bermain dengan Kenneth. Dia tak kalah hebat jika dibandingkan dengan Ray.
Kenneth tampan, ramah, baik, dan cukup terkenal. Dia sekelas dengan Anne di SMA disini di Brooklyn. Kenneth juga cukup kenal keluarga paman dan bibi Anne. Kakak perempuan Kenneth dekat dengan Brysie. Sayangnya sekaligus beruntungnya tidak pada semua gadis Kenneth bersikap seperti ini. Hanya pada Anne saja.
Kenneth memang kadang suka menaruh perhatian pada gadis itu. Anne sudah merasakan, namun Anne tak mau mengambil kesimpulan terlalu cepat.
Sekitar 30 menit berlalu. Akhirnya mereka berdua letih dan memutuskan untuk istirahat. Anne duduk di samping Kenneth.
Anne masih sibuk diam dengan perhatian yang tersita pada objek lain namun tanpa diketahui, Kenneth diam-diam menatap Anne.
"Tunggu sini sebentar." Ujar Kenneth lalu segera berdiri pergi dari situ. Anne memilih untuk menuruti Kenneth yaitu diam.
Tak lama kemudian Kenneth kembali dengan dua botol air mineral di tangannya (yang kosong. Eh maksudnya baru beli).
Kenneth lalu memberikan satu botol untuk Anne. "Ini. Kau pasti haus." Ujar Kenneth sambil menyodorkan satu botol mineral.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adrianne [COMPLETED]
Teen FictionEntah kenapa dunia terasa masih ingin menyakitinya. Seorang gadis yang telah kehilangan. Awalnya dia merasa bahwa penderitaannya pada masa kecil sudah cukup, namun takdir berkata lain. Dia disakiti. Bukan hanya sekali, namun berulang-ulang kali. Di...