Anne menguncir tinggi rambutnya dan bersiap-siap untuk ke sekolah. Dengan penampilan yang sudah rapi Anne berjalan keluar dari kamarnya dan menuruni tangga menuju ruang makan.
Disana, di ruang makan ada Erica dan anggota keluarga yang lain. Mereka tampak bercengkrama ria seperti biasanya.
Anne bergabung dan menghabiskan sarapan bersama mereka. Setelah menghabiskan sarapan, Anne lalu berangkat sekolah sendirian. Iya sendiri, karena Erica dijemput Ray.
Setibanya di sekolah, Anne mengikuti pelajaran. Namun, kali ini dirinya agak berbeda dari biasanya. Anne berdoa memohon-mohon agar jam pulang cepat tiba.
***
Bel pulang telah berbunyi beberapa menit yang lalu. Dan sekarang, Anne sedang duduk di salah satu kursi di lorong.
Ray sedang mengantar Erica ke kafe. Hari ini Erica pergi ke kafe. Bersama teman-teman kelompoknya.
Anne menunggu di sekolah karena dia tahu bahwa setelah mengantarkan Erica, Ray pasti kembali ke sekolah untuk diskusi basket.
Tak lama kemudian, seseorang yang ditunggu-tunggu oleh Anne sudah berada di ujung lorong. Ya, Ray sudah datang.
Diskusi basket masih 1 jam lagi. Dan Ray kini telah berada di jarak yang cukup dengan Anne.
Anne berdiri dari tempat duduknya. Namun, Ray yang berjalan tampak tidak peduli. Hampir saja Ray melewati Anne namun Anne menahan lengannya.
"Ray." Tahan Anne.
Ray yang lengannya dipegang pun berbalik menatap Anne dengan tatapan tajam nan dinginnya.
"Aku ingin bicara." Lanjut Anne.
"Bicara saja tak ada orang." Ucap Ray dingin.
"Ehmm... ini tentang....tentang..." Ucap Anne menggantung.
"Tentang apa?"
"Kita."
Ray mengangkat sebelah alisnya. "Kita? Bukankah kita sudah berakhir?" Tanya Ray menusuk membuat Anne menahan napasnya yang bertujuan untuk mengurangi rasa sakit di hati.
"Justru itu." Balas Anne.
"Justru itu kenapa?." Titah Ray.
"Aku tarik ucapanku. Bo...bolehkah.. kita seperti dulu lagi?" Tanya Anne gugup.
Sebelah alis Ray terangkat. "Maksudmu?"
"Ma...maksudku... bolehkah kita jadi sahabat seperti dulu lagi?" Tanya Anne memperjelas.
Ray mengernyitkan keningnya. "Maaf Anne tetapi kupikir kau sudah paham mengapa pertemanan kita harus berakhir." Ucap Ray datar dan melangkah pergi dari situ.
"Ray tunggu." Ujar Anne sambil menahan lengan Ray membuat Ray berbalik menghadap Anne.
"Kumohon." Lanjutnya
"Anne, kita tak bisa." Ucap Ray.
"Ray tolonglah. Aku janji takkan merusak hubunganmu dengan Erica." Ujar Anne pada Ray namun mata Ray sama sekali tak memandangnya melainkan terfokus di ujung lorong.
Tiba-tiba saja, Ray merubah wajahnya menjadi biasa dan tersenyum ke arah Anne. "Baiklah Anne, kau sahabatku." Ucap Ray.
Mata Anne langsung berseri-seri. "Be....benarkah?" Tanya Anne pada Ray yang tersenyum tak jelas dan Ray mengangguk.
"Ayo Anne." Ucap Ray sambil menarik Anne pergi dari situ.
Tangan Ray memegang pergelangan tangan Anne untuk menarik Anne pergi dari situ. Ray membawa Anne ke tempat yang lumayan jauh dari koridor itu, yaitu di depan ruang kelas yang berdekatan dengan tempat bermain basket.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adrianne [COMPLETED]
Teen FictionEntah kenapa dunia terasa masih ingin menyakitinya. Seorang gadis yang telah kehilangan. Awalnya dia merasa bahwa penderitaannya pada masa kecil sudah cukup, namun takdir berkata lain. Dia disakiti. Bukan hanya sekali, namun berulang-ulang kali. Di...