"Kau mau jadi pacarku?" Tanya Kenneth sambil menatap Anne.
Anne kemudian menunduk sebentar lalu mengangkat wajahnya. Gadis itu tampak agak takut namun dengan beraninya Anne mulai berbicara.
"Sebelumnya aku mau minta maaf." Ujar Anne sambil menjeda. Kenneth tampak menahan napasnya dan raut wajahnya seperti orang yang tak percaya.
"Karena aku belum bisa menjawab sekarang. Kau boleh beri aku waktu?" Tanya Anne dengan memelas.
Kenneth kemudian agak lega. Senang rasanya tahu ini bukan penolakan. Namun Kenneth terpaksa harus disiksa rasa penasarannya.
Akhirnya Kenneth mengangguk. "Tak apa. Saat kau sudah siap, bilang saja. Aku akan menunggu." Ujar Kenneth dengan senyuman di akhir kalimatnya.
Mendengar kalimat akhir Kenneth, pikiran Anne tiba-tiba melayang dan mengingatkannya pada lelaki yang mengatakan kalimat yang sama padanya. Terkhususnya pada kata 'Aku akan menunggu'. Namun setelah itu Anne berusaha keras agar tak memikirkan lelaki itu lagi. Selama ini pikiran Anne terlalu di dominasi dengannya.
Keadaan sudah mulai hening kembali namun tiba-tiba ponsel Anne bergetar. Anne mengambil ponselnya dan melihat notifikasi yang masuk. Ternyata dari Bryson.
Bryson:
Anne. Sudah jam 7. Di depan, sekarang.Jangan heran jika Bryson sudah mengetahui lokasinya. Anne tadi sudah memberitahu padanya.
Setelah membaca pesan, Anne lalu pamit pada Kenneth. "Ken, aku pulang dulu. Tak apa ya, soalnya Bryson sudah jemput." Ujar Anne dengan tatapan memelasnya meminta izin tulus dari Kenneth.
Kenneth kemudian tersenyum. "Iya, tak apa-apa. Sini aku antar." Ujar Kenneth sambil berdiri dan menggenggam tangan Anne.
Anne sebenarnya ingin menolak karena Anne tahu bahwa Bryson tak terlalu suka melihat dirinya dekat dengan laki-laki yang kurang dikenalnya. Namun biarlah, biarlah Bryson yang merusak momen ini, jangan dirinya.
Mereka berdua kemudian berjalan sambil bercanda di sepanjang jalan. Mereka berdua bahkan terlihat seperti orang yang sudah pacaran padahal sekarang statusnya belum jelas.
Mereka berdua terus berjalan sampai tiba di depan restoran. Namun di depan mobil yang sedang terpakir rapi Anne merasa deja vu.
Tampak Ray yang sedang bersandar di pintu mobil yang tertutup dengan sebelah kakinya yang tertekuk dan menempel di pintu mobil yang sedang disandarinya serta kedua tangan yang dimasukannya ke dalam saku celananya. Lelaki itu mengenakan hoodie hitamnya.(hadeh dia pasti ganteng mah. Udah gw byangin.) Dia kini sedang melempar tatapan tajamnya pada Anne dan Kenneth. Eh maksudnya pada Kenneth saja.
Anne tak langsung mengikuti kata hatinya yang menyuruh dia mengikuti Ray. Gadis itu kemudian memutuskan untuk menelpon Bryson terlebih dahulu. Anne lalu melepaskan genggaman tangan Kenneth. Anne berjalan sekitar beberapa langkah untuk menjauh dari kedua makhluk tampan tersebut.
Kenneth kemudian mengikuti Anne dari belakang tanpa memperdulikan Ray yang sudah sama seperti singa lapar.
Anne berusaha sebaik mungkin untuk tak memperdengarkan panggilannya dengan Bryson pada Kenneth. Gadis itu mengisyaratkan Kenneth untuk menjauh sedikit darinya.
Untungnya tak lama kemudian Bryson mengangkat telpon tersebut.
"Halo kak." Panggil Anne.
"Halo Anne?"
"Kakak dimana?" Tanya Anne dengan bingung dan sama seperti orang yang takut.
"Kakak minta maaf hari ini ada urusan mendadak, jadi kakak menyuruh Ray menjemputmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Adrianne [COMPLETED]
Teen FictionEntah kenapa dunia terasa masih ingin menyakitinya. Seorang gadis yang telah kehilangan. Awalnya dia merasa bahwa penderitaannya pada masa kecil sudah cukup, namun takdir berkata lain. Dia disakiti. Bukan hanya sekali, namun berulang-ulang kali. Di...