Anne duduk termenung di pagi itu. Gadis itu duduk sambil menatap jendela yang kebetulan menampilkan pemandangan taman bunga.
Anne terus menatap taman bunga itu. Pagi itu rumah sakit lumayan ramai namun Anne masih sama seperti kemarin, diam dan dingin.
Ada Daniel, Samuel, Baige, Ray dan Angie disana. Lumayan banyak orang namun di dalam kamar itu hening dan sepi.
Anne hanya diam tak berkutik, sampai Angie membuka suara hendak mencairkan suasana yang ada di sana.
"Hai Anne, pagi ini kamu mau apa nak?" Tanya Angie sambil duduk di samping Anne.
Anne menggeleng tanda ia tak mau apa-apa. "Ayolah, bilang saja, nanti kakak berikan. Es krim? Kata dokter kau sudah boleh makan es krim." Ujar kak Angie dengan senyum manisnya.
Entah mengapa Anne kini tak lagi bersemangat. Padahal dulu saat mendengar yang namanya es krim, gadis itu tak pernah bisa menolak. Sekarang Anne hanya menggeleng datar tanda ia tak mau es krim.
Anne kembali membuang pandangannya menatap ke arah luar. Entah mengapa dia hari ini ingin memetik bunga. Ray sudah paham akan hal itu. Karena Anne memiliki kebiasaan melihat sesuatu yang diingininya dalam waktu yang lama.
Ray lalu berdiri dari tempat duduknya dan berkata bahwa dia akan pergi sebentar. Dan karena hari itu Samuel dan Baige sedang sibuk, maka mereka berdua pun pamit. Melihat Samuel dan Baige pamit, Daniel pun ikut-ikutan pamit.
Jadi mereka bertiga pamit pada Anne yang hanya dibalas anggukan. Baige sudah berkata pada Anne bahwa Peter akan datang mengunjunginya sebentar lagi. Anne hanya merespon itu dengan datar.
Mereka berempat lalu berangkat sama-sama. Daniel mengantar Baige, Samuel pulang, dan Ray ke toko bunga. Mereka bersama-sama melaju meninggalkan rumah sakit.
Selepas kepergian mereka berempat, tak lama kemudian Peter datang. Peter tampak tampan dengan kaos putih yang dipakai dengan kameja kotak-kotak hitam putih sebagai luaran.
Peter datang dengan sebuket bunga dandelion di tangannya. Peter tampak sumringah saat datang.
Di ruang rawat Anne ada Angie. Namun sekarang Angie tengah berdiri di depan pintu ruang rawat. Dia ada urusan mendadak dan sekarang wanita itu tengah mencari kontak Ray di ponselnya untuk dihubungi.
"Halo kakak." Sapa Peter pada Angie. Angie sedang berada di depan pintu.
"Oh. Halo." Ujar Angie sambil berbalik. Angie agak bingung melihat Peter. Detik berikutnya Angie mulai berpikir.
"Kamu sepertinya tak asing lagi. Namamu..." Ujar Angie menggantung sambil memandang Peter dengan memincingkan mata.
"Peter Cooper." Ujar Peter dengan sopan.
"Ah iya, anaknya Bu Allie kan?" Tanya Angie dengan antusias.
Peter mengangguk mengiyakan sambil tersenyum. "Oh, kamu mau mengunjungi Anne kan? Masuk saja nak, kakak sedang ada urusan sebentar dengan dokter." Ujar Angie lega setelah menemukan orang yang bisa menemani Anne.
Peter mengangguk. "Makasih kakak." Ujar Peter sopan.
"Boleh kan kakak minta tolong jaga Anne sebentar? Nanti jika Ray sudah datang kamu sudah boleh pulang." Pinta Angie dengan cukup ramah. Angie tahu Peter se-klub basket dengan Ray. Dikarenakan Peter sangat terkenal dalam prestasinya di bidang olahraga khususnya basket.
Peter mengangguk. "Tentu saja boleh kakak." Ujar Peter.
"Makasih banyak ya nak. Yasudah, sekarang kakak pergi dulu." Ujar Angie laly pergi dari situ.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adrianne [COMPLETED]
Teen FictionEntah kenapa dunia terasa masih ingin menyakitinya. Seorang gadis yang telah kehilangan. Awalnya dia merasa bahwa penderitaannya pada masa kecil sudah cukup, namun takdir berkata lain. Dia disakiti. Bukan hanya sekali, namun berulang-ulang kali. Di...