45 - Wonder

357 14 0
                                    

"Hai Anne." Sapa seseorang pada Anne.

Anne yang sedang berdiri di dekat pagar pembatas rooftop lalu menoleh. "Hai juga Daniel." Balasnya.

Daniel yang adalah si penyapa lalu mengambil tempat di samping Anne. Lelaki tersebut awalnya hanya berdiri di sana. Namun tak lama kemudian Daniel mengedarkan pandangannya, mencari keberadaan seseorang.

"Baige dimana?" Tanya Daniel membuat Anne menatapnya dengan tatapan agak heran.

Adalah sebuah hal yang agak aneh jika Daniel menanyakan Baige. Biasanya kalimat pertama setelah sapaan, Daniel pasti akan menanyakan kabar Anne. Tapi aneh kali ini. Daniel malah mengedarkan pandangan untuk mencari seseorang. Bukannya cemburu, hanya saja itu terkesan aneh.

"Kau dengan Baige sudah berkenalan?" Tanya Anne.

Daniel mengangguk mantap. "Iya. Sekarang dia dimana?" Jawab sekaligus tanya Daniel.

"Sedang kebawah membeli cemilan." Jawab Anne seadanya.

Daniel lalu tampak berseri. "Oh oke. Tunggu disini ya. Aku kebawah dulu." Ujar Daniel lalu segera pergi tanpa menunggu persetujuan dari Anne.

Anne hanya mengedikkan bahunya setelah Daniel pergi. Lelaki itu aneh hari ini. Namun, bukan Anne namanya jika ia terlalu peduli pada hal semacam itu. Gadis itu lalu kembali menatap lurus kedepan. Walau pemandangan di depannya kadang terhalang karena ada bangunan yang lebih tinggi, namun tetap saja dia tak pernah bosan memandang.

Anne menunggu. Agak lama tapi kemudian Daniel kembali. Namun dari tampang saja lelaki tersebut rupanya sedang kesal. Anne yang melihat hal tersebut tak bertanya. Karena Daniel akan menjelaskan dengan sendirinya. Tapi yang jelas hanya ada satu pertanyaan di kepala Anne, yakni keberadaan Baige.

"Baige dimana?" Tanya Anne.

"Tadi aku sudah menemuinya. Kami tadinya akan kemari bersama tapi dia tiba-tiba mendapat telpon dari kakaknya. Dia harus segera pulang. Ada urusan penting katanya. Dia meminta tolong padaku memberikan ini padamu." Jelas Daniel sambil menyodorkan kantung plastik pada Anne.

Anne yang mendengar hanya berubah menjadi datar. Menurutnya tiada hari tanpa sahabat. Jujur dia agak kecewa karena pasti sebentar lagi dia akan duduk sambil curhat pada angin.

"Payah." Tanggap Anne pada apa yang terjadi.

"Iya. Payah. Tak ada Baige jadi tak asik." Daniel ikut-ikutan menimpali.

Saat itu juga Anne bingung. "Sejak kapan Baige jadi asik?" Tanya Anne. Anne makin merasa aneh saja dengan Daniel hari ini.

"Cemburu Anne?" Balas Daniel dengan tatapan percaya dirinya.

"Tak." Jawab Anne datar dengan keseriusan dan kesungguhan yang jelas terpampang di wajahnya. Bukannya tak sopan dan tega melukai hati Daniel, sifat Anne yang satu itu memang kadang harus bisa dimaklumi. Anne bukan tipe orang yang suka banyak basa basi. Anne tahu bahwa lebih baik untuk melukai hati dengan kenyataan daripada membuat hati nyaman dengan kebohongan.

Daniel yang mendengar itu hanya mendesah. Anehnya dia tak merasakan apa-apa lagi. Dia bahkan tak terlalu terbebani dengan jawaban Anne.

Keheningan kembali mengambil alih. Anne hanya menyibukan diri dengan pemandangan di depannya. Entah masih mencari apa disana. Sedangkan Daniel hanya menyibukan dirinya sendiri dengan keanehan dalam dirinya. Daniel sadar betul bahwa dia tak merasa apa-apa lagi. Padahal biasa dirinya sensitif dengan segala gerak-gerik Anne.

Hari ini Daniel juga merasa aneh. Aneh karena dia tiba-tiba merasa sedih dan kecewa dengan kepergian gadis yang semalam mengisi mimpinya dan pikirannya. Aneh juga karena Baige yang mengisi mimpi dan pikirannya. Lebih aneh lagi karena walaupun Anne pernah disukai oleh Daniel, Anne hanya berpengalaman mengisi pikirannya, tak pernah dengan mimpinya.

Adrianne [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang