69 - Realize Something

288 14 0
                                    

Ray kini sedang termenung diatas kasur sambil menatap plafon kamarnya di apertemen. Perasaannya campur aduk setelah semuanya. Dia tak tahu kini harus bagaimana lagi. Ucapan Anne terngiang-ngiang di kepalanya. Sesekali lelaki itu mengusap wajahnya kasar. Dia sibuk dengan perkataan Anne barusan dan tentu saja dia sedang berpikir tentang ulang tahun Anne dua hari lagi.

Ray masih sibuk termenung namun tiba-tiba ada telpon masuk di ponselnya. Ray mendesah tak suka. Lelaki itu terus saja termenung tanpa memerdulikan telpon yang masuk tersebut.

Ketika beberapa menit berlalu dengan ringtone telpon Ray, keadaan jadi hening kembali karena bunyi tersebut berhenti. Ray sudah kembali tenggelam dalam dunianya namun anehnya sekali lagi ringtone tersebut berbunyi.

Ray mendesah lagi. Masih belum ada niat untuk mengangkat telpon tersebut. Lelaki itu masih saja diam membiarkan ponsel yang ada di sampingnya berbunyi.

Beberapa menit kemudian akhirnya ponsel tersebut bisa kembali diam berakhir dengan akhir yang sama seperti tadi. Ray sudah mulai tenang namun sayang, kali ini ponsel itu berbunyi lagi.

Ray kali ini mengumpat dalam hati tanpa mendesah. Setelah itu barulah lelaki tersebut bangun dan mengambil ponselnya. Tanpa melihat nama si pemanggil, Ray langsung mengangkat saja panggilan tersebut.

"Halo. Mau apa?" Ray mengangkat telpon tersebut dengan datar dan kesal. Lelaki itu juga langsung bertanya pada intinya.

"Ehh? Santai, santai. Apa yang terjadi sehingga cara kau mengangkat telpon seperti orang tanpa niat?" Bukannya menjawab, suara di seberang sana malah mengada-ada.

Ray lalu mendengus kesal. "Kalau aku tahu kau yang menelpon tadi takkan kuangkat Daniel." Ujar Ray datar.

"Kau kenapa saja sampai mengangkat telpon pun tak melihat nama?" Tanya Daniel di seberang sana.

"Tak, aku tak apa-apa. Sedang malas saja." Jawab Ray dengan malas dan datar.

Agak hening kemudian namun tak lama setelah itu Daniel kembali angkat suara. "Hmmm. Aku mulai curiga."

"Curiga apa?" Tanya Ray dengan datar.

"Curiga ada yang tak beres denganmu." Jawab Daniel.

Ray lalu tertawa miris. "Banyak." Balas pria itu.

Terdengar suara dengusan lagi di seberang sana. "Belum beres lagi masalahmu dengan Anne?" Tanya Daniel. Dia tahu jika Ray sudah seperti ini maka pasti masalahnya menyangkut dengan Anne.

"Kau pikir ini gampang hah?" Tanya Ray balik dengan kesal.

"Memangnya Anne tak mau lagi?" Tanya Daniel penasaran.

"Kalaupun aku ada di posisinya aku akan melakukan hal yang sama." Jawab Ray dengan sedikit kesal.

Mendengar itu, Daniel lalu diam. Dia tahu bagaimana perasaan Ray sekarang. Pastilah lelaki itu sangat frustasi.

"Dan." Panggil Ray membuat keheningan di antara mereka berdua hilang.

"Kenapa?" Tanya Daniel.

"Aku menyesal." Jawab Ray.

"Aku tahu. Aku minta maaf." Ujar Daniel. Karena kondisi dan keadaan Ray, sekarang lelaki itu jadi ikut-ikutan sedih dan merasa bersalah.

"Minta maaf untuk? Bukankah ini semua sudah kita selesaikan?" Tanya Ray.

"Tapi ini semua takkan terjadi jika saja aku tahu tentang perasaan kalian berdua waktu itu." Jawab Daniel dengan sangat penuh penyesalan.

Adrianne [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang