Selesai makan aku langsung membawa Aa' Iyan ke tempat kost-ku karena hari sudah menjelang waktu maghrib. Aku menyuruh Aa' Iyan untuk segera masuk ke kamar tidurku, sementara aku bergegas ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu, tapi sayangnya kamar mandi masih digunakan oleh penghuni kost-an yang lain. Sehingga dengan terpaksa aku balik ke kamar kost-ku, saat aku membuka pintu kamar, alangkah terkejutnya aku melihat Aa' Iyan yang sudah bertelanjang dada dan tiduran di atas kasur.
''Sorry ya, Herio ... Aa' gerah sekali jadi Aa' buka baju ... tidak apa-apa kan?'' ungkap Aa' Iyan ketika aku terbengong melihat dada bidang dan perut ratanya.
''I-iya ... tidak apa-apa, A' ... kalau Aa' gerah nyalakan saja kipas anginnya!'' timpalku sambil menyalakan kipas angin yang tergantung di langit-langit kamar.
Aa' Iyan bangun dari pembaringannya dan duduk di tepi kasur, matanya mengadah ke arah baling-baling kipas angin yang berputar-putar kencang. Dia menikmati setiap terpaan angin yang semilir menyentuh bagian badannya hingga merasakan kesejukan yang membuatnya nyaman.
''Aaahhh ... adem!'' gumannya lirih. Aku jadi tersenyum melihat tingkahnya.
''Kamu sudah wudhu, Herio?'' tanya Aa'.
''Belum, A' ...'' jawabku.
''Kenapa belum?''
''Iya, soalnya ada orang di dalam kamar mandi ... makhlumlah kamar mandinya di luar dan barengan dengan penghuni kost yang lain ... jadi harus ngantre ...''
''Oh ... gitu!''
''Iya Aa' ...''
Aa' Iyan menatapku dengan pandangan mata yang genit, bibirnya tersungging dengan ekspresi wajah yang nakal. Dia bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiriku. Dia membusungkan dada kekarnya sehingga lelaki berdarah Sunda ini nampak tegap dan gagah.
''Kalau diperhatikan ... Herio itu manis juga, ya? Wajahnya imut, lucu, dan cute. Hehehe ...'' celoteh Aa' memujiku.
''Ah ... Aa' bisa aja!'' Aku jadi tersipu malu.
''Serius ... kamu tuh ganteng, Rio. Dan kayaknya Aa' ... jadi suka deh!'' tangan Aa' mengusap pipiku yang mulai kemerahan seperti udang bakar.
''Waduhhh ... Aa', pinter juga ya ngegombalnya!'' Aku menepis tangan Aa' Iyan dan segera membalikan tubuhku hingga membelakangi badan Aa' Iyan.
Aa' Iyan cuma tersenyum melihat tingkahku yang masih kaku dan malu-malu begini.
''Herio ... kamu sepertinya masih polos banget sih, rileks aja, Say ...'' Aa' Iyan menepuk punggungku dan mengusap-usapnya perlahan. Sungguh ini membuatku jadi berdebar-debar, aku merasa ada getaran yang membuatku jadi salah tingkah dan canggung berlebihan.
''Mmmm ... sepertinya orang yang ada di dalam kamar mandi sudah keluar. Sebaiknya aku segera masuk ke dalam kamar mandi itu sebelum orang lain mengambil alih duluan!'' Aku berusaha mengalihkan perhatian Aa' Iyan yang mulai menjurus ke hal-hal yang belum aku ketahui. Dengan gugup aku begerak cepat dan keluar dari kamar kost-ku dan langsung masuk ke dalam kamar mandi. Di sini aku menenangkan diriku sebelum mengambil air wudhu untuk bersuci.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tinta Putih Di Lembar Hitam
Short StoryUntuk 17++ Dia Ranggaku, brondong tampan yang membuatku jatuh cinta. Memberi warna baru dalam hidupku untuk menjelajahi dunia cinta semu.