Setelah keluar dari jalan tol, kami langsung bergerak menuju ke alamat rumah customer (pemilik sah mobil yang sedang kami tumpangi ini). Dan tak lama kemudian kami pun tiba di alamat tersebut.
Aa' Iyan menyuruhku keluar dari mobil dan memintaku untuk menunggunya di seberang jalan, sementara dia sendiri membawa mobil itu dan menyerahkan langsung kepada Si Empunya.
Dari kejauhan nampak Aa' Iyan dan customernya masih berdiskusi membicarakan sesuatu yang tak ku pahami dengan jelas. Mungkin serah terima surat-surat kepemilikan kendaraan atau apalah, aku tidak tahu pasti. Dan untuk beberapa saat lamanya aku tidak memperhatikan mereka lagi.
Aku hanya berdiri terbengong di pinggir jalan menunggu Aa' Iyan menyelesaikan tugasnya. Sambil menungu, aku membeli sepotong buah nanas yang dijajakan oleh seorang pedagang buah keliling yang kebetulan melintas didepanku. Lumayan segar, rasanya asem-asem manis dan sangat cocok sekali dikonsumsi pada jam-jam sore begini.
Sembari menikmati daging buah nanas ini, sesekali mataku memperhatikan Sang Penjual Buah yang terlihat masih seumuran denganku. Wajahnya cukup menarik, meskipun kulitnya agak gelap, mungkin karena sering terpapar sinar matahari. Namun, hal itu tidak mengurangi guratan ketampanan di wajahnya. Alisnya tebal seperti alis bangsa Arab, hidungnya bangir, kumisnya tipis ala brondong, dan bibirnya agak tebal berwarna merah kecoklatan. Rambutnya juga gaul dicat orange kekuningan seperti Oppa-oppa Korea. Dan ketika dia tersenyum lebar, laki-laki ini terlihat manis memamerkan gigi berbehelnya yang terlihat modis.
__Wah ... tak jemu aku memandang cowok pedagang buah ini, namun sayangnya dia harus pergi untuk berkeliling menawarkan barang dagangannya. Sungguh, buah yang manis dan pedagangnya pun manis. Perpaduan yang sangat klop!
''Herio ...'' celetuk suara tenor Aa' mengagetkan aku.
''Eh ... Aa'!" sahutku tergagap.
''Lihatin siapa sih? Sampai bengong begitu!'' komen Aa' rada ketus.
''Nggak kok, nggak lihatin siapa-siapa ... Herio hanya ngitungin kendaraan yang sedang berlalu lalang aja, hehehe ....''
''Hahaha ... dasar kurang kerjaan!''
''Habis bowring sih nungguin, Aa' disini!''
''Hehehe ... Maafkan Aa' ya, sudah membuatmu bowring!''
''Iya ... gak papa!''
Aa' Iyan mengusap lembut rambutku.
''Eh ... Aa' sudah selesai urusannya?'' tanyaku.
''Sudah ... tapi Aa' harus balik lagi ke kantor untuk membuat laporan,'' jawab Aa'.
''Ooo, gitu ya?''
''Iya ... jadi kita berpisah disini ya, Herio ....''
''Yaaaahhhh ... harus berpisah, padahal Herio masih kangen sama Aa', tauk!''
''Maaf ya, Rio ... lain kali Aa' mampir deh, ke tempat kamu!''
''Janji, ya!''
''Ya, Aa' janji!''
Aku menekuk mulutku mengekspresikan rasa kecewa dengan cemberut.
''Jangan sedih dong, my Herio!'' Aa' Iyan mengusap-usap pipiku dan berusaha menghiburku.
''Nggak ... Herio tidak sedih, A' ... Herio malah senang kok, karena bisa ikut kerja Aa' hari ini.''
''Syukurlah kalau kamu seneng ... Aa' juga mau mengucapkan terima kasih karena kamu sudah menemani Aa' seharian!'' Aa' mengusap rambutku dan menepuk-nepuk bahuku.
''Oh ya, Herio pulang mau naik apa? Busway atau ngojek, biar nanti Aa' yang bayarin. Soalnya Aa' mau naik ojek untuk mengejar waktu ke kantor, kalau naik angkutan umum takutnya Aa' akan terlambat tiba di kantor.''
''Udah ... Aa' tidak perlu memikirkan Herio. Herio bisa pulang naik apa aja! jadi Aa' tidak usah khawatir.''
''Ya sudah kalau begitu, Aa' pergi dulu, ya!'' ujar Aa' Iyan sambil menyelipkan sejumlah uang ke kantong celanaku.
''Aa' ... apa ini?'' tanyaku heran.
''Uang jajan buat kamu!''
''Tidak usah, Aa' ....''
''Udah ambil aja! Anggap saja sebagai ungkapan terima kasih Aa' kepada kamu, karena kamu sudah menemani Aa'. Oke, Aa' sayang Herio ... mmmuachhh!'' Aa' Iyan memonyongkan bibirnya sebagai tanda kiss bye.
''Aa' ...'' Aku menatapnya dengan tatapan sendu.
Aa' Iyan bergegas menuju ke tempat pangkalan ojek yang ada di seberang jalan, dia menaiki salah satu motor ojek tersebut dan melambaikan tangan tinggi-tinggi ke arahku sebelum motor itu melaju bersama tukang ojeknya. Aku turut melambaikan tanganku mengiringi kepergiannya.
Bayangan Aa' Iyan telah berlalu dari pandangan mataku, kini tinggallah aku yang masih berdiri terbengong di pinggir jalan kawasan Cengkareng. Aku tengok kanan-tengok kiri mencari halte busway terdekat yang bisa aku akses untuk membawa tubuhku pulang ke kandang. __Maksudku, ke kamar kost. Hehehe ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Tinta Putih Di Lembar Hitam
Short StoryUntuk 17++ Dia Ranggaku, brondong tampan yang membuatku jatuh cinta. Memberi warna baru dalam hidupku untuk menjelajahi dunia cinta semu.