Setelah berwudhu aku memasuki kamar kost-ku lagi, aku melihat Aa' Iyan tertidur pulas. Kepalanya di atas kasur dan sebagian tubuhnya tergeletak di lantai. Aku membiarkan dia beristirahat tanpa mengganggunya, aku hanya menggelar sajadah dan mulai melaksanakan ibadah sholat Maghrib.
Usai melakukan tiga rakaat, aku berdo'a sebentar lalu membangunkan Aa' Iyan yang telah mendengkur dalam tidur pulasnya.
''Aa' ... A' ... bangun gih! Sholat maghrib dulu,'' ujarku sambil menepuk-nepuk bahu Aa' Iyan, namun Si Aa' hanya menggeliat saja, matanya masih terpejam, bibirnya komat-kamit dengan suara yang tak jelas. Aku berusaha menggoyang-goyangkan badannya tapi lelaki ini malah menarik tubuhku dan memelukku dengan sangat erat.
''Herio ... Aa' sayang sama kamu ...'' celotehnya tepat di lubang kupingku, kemudian dia mengecup kening dan pipiku. Kecupannya terasa hangat dan kasar, bulu-bulu kumis dan jemggotnya menusuk tajam ke permukaan kulit wajahku.
''Aa' boleh nginap gak?'' lanjutnya seraya membuka matanya dan menatapku dengan pandangan sayu yang meneduhkan.
''Menginap?" Aku melebarkan bola mata.
''Iya ... rumah Aa' kan jauh di Tangerang, Aa' pengen nginap disini saja, malam ini ... boleh kan, Herio?''
''Mmm ....'' Aku menggigit bibirku perlahan.
''Kamu cowok yang manis ... pasti kamu membolehkan Aa' menginap ... iya, kan?'' tangan Aa' menyentuh daguku dengan sangat lembut dan sikapnya ini membuatku jadi terpana, aku tidak bisa mengucapkan kata apa-apa. Aku hanya terpaku menatap bola mata Aa' Iyan yang terlihat sangat misterius.
Disana aku melihat berjuta angan yang seolah membawaku melayang tinggi jauh di awang-awang. Entahlah, sikap Aa' yang manis dan penuh kasih sayang ini benar-benar membuatku merasa nyaman karena perlakuan seperti inilah yang selama ini aku rindukan dari seseorang.
''Kenapa kamu diam saja, Herio?'' Jari-jemari Aa' membelai rambut ikalku dengan begitu lembut dan santai, "kalau kamu tidak mengijinkan Aa' menginap ... Aa' tidak apa-apa kok, ... Aa' tidak akan memaksa,'' tambahnya masih sembari mengusap rambutku.
''A-aku tidak tahu, A' ...''
''Kok tidak tahu?" Aa' mengernyit.
''Masalahnya ... selama ini aku belum pernah mengajak teman menginap di kost-anku, A' ..."
''Ooh ya, benarkah?"
''I-iya ...''
''Kenapa?"
''Karena aku tidak tahu betul sifat dan sikap mereka ... jadi aku tidak berani mengijinkan mereka untuk menginap disini ... Aku takut terjadi sesuatu yang tidak aku inginkan."
''Oh ... gitu. Iya sih., Aa' juga mengerti tentang hal itu. Tapi Aa' berbeda lho, Herio. Aa' jamin tak terjadi apa-apa. Aa' janji tidak akan membuat kekacauan dan merugikan kamu. Percayalah!"
''Iya ... aku percaya kok sama Aa'! Tapi ..."
''Tapi kenapa, Herio?"
Aku terdiam dan terpekur memandang lantai.
''Kamu tidak suka ya, sama Aa'?''
''Bukan ... bukan begitu maksud aku, A' ..."
''Lalu ...''
''Aku masih awam di dunia pelangi ... dan aku belum pernah melakukan hal yang di luar batas!"
''Hehehe ..." Aa' tersungging, "Herio ... Herio ...'' ujarnya sambil menggeleng-gelengkan kepala.
''Aa' cuma menginap saja disini ... Aa' tidak akan mengajakmu berbuat yang macam-macam ... Sudahlah kamu jangan takut ... Aa' tahu kok kalau kamu memang masih sangat polos ... dan Aa' tidak akan merusak kepolosan kamu!"
''Maafkan aku ya, A' ..."
Aku memandang bola mata Aa'.
''Jadi, kamu tidak mengijinkan Aa' untuk menginap?''
Aku mengangguk perlahan.
''Oke ... tidak apa-apa!'' Aa' Iyan bangkit dari tempat tidurnya, ''Aa' akan pulang setelah sholat maghrib!'' imbuhnya seraya bergegas menuju kamar mandi.
Aku masih terdiam dan terpaku tanpa tahu harus berbuat bagaimana lagi, hatiku masih bimbang dan juga ragu meskipun aku tahu Aa' Iyan itu merupakan seorang laki-laki yang baik hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tinta Putih Di Lembar Hitam
NouvellesUntuk 17++ Dia Ranggaku, brondong tampan yang membuatku jatuh cinta. Memberi warna baru dalam hidupku untuk menjelajahi dunia cinta semu.