Lembar Ke-31 : Pulang

2K 85 1
                                    

Hari sudah berubah gelap dan malam kian merayap, namun keluarga Aa' Iyan belum kembali juga. Aku jadi gelisah tapi tak bisa berbuat apa-apa, aku hanya menyalakan televisi dan membolak-balik channel mencari program TV yang asik ditonton, sayangnya tak ada satu pun acara yang menarik buatku, semua stasiun hanya menayangkan sinetron tak bermutu atau talkshow yang tak berbobot yang hanya menonjolkan lawakan yang garing.

Aku tiduran di kamar Vikri dan Ari, di sini aku merenung dan membuka ingatanku tentang omongan Faridz tadi sore. Aku membayangkan kejadian yang dialami Faridz saat dia sedang melayani Aa' Iyan dalam bersenggama untuk memuaskan nafsu birahinya. Tubuh Faridz yang putih mulus itu ditindih dengan kasar oleh tubuh gempal Aa' Iyan, kemudian dengan ganas kontol Aa' merojok liang anus Faridz yang merona seperti mulut bayi. Ough ... jeritan perih Faridz terdengar menyesakan antara sakit dan nikmat sulit untuk dibedakan.

Aaaackkkhh ... ini benar-benar gila, bagaimana mungkin aku memiliki pikiran konyol seperti ini. Aku harus singkirkan jauh-jauh sesuatu yang hanya berupa konon katanya tanpa kejelasan nyata yang pasti. Aku harus tetap menanamkan azas praduga tak bersalah. Aku tidak mau membiarkan rasa cemburu ini menutup mata batinku dan membuyarkan pikiran jernihku.

Aku masih percaya sama Aa' iyan, walau mungkin kadarnya menurun, tapi bukan berarti hilang sama sekali. Karena bagaimanpun juga ikatan cinta yang ku bangun terhadap diri Aa' Iyan ini tidak mudah, banyak pertimbangan dan lika-liku yang sulit hingga akhirnya aku jatuh di pelukan Aa'. Karena pada dasarnya aku ini adalah orang yang tidak mudah untuk jatuh cinta. Jadi, aku tidak akan membiarkan hancur begitu saja hanya karena omongan orang yang mungkin memiliki niat yang buruk dan ingin memisahkan aku dan Aa' Iyan semata.

Jam di dinding sudah menunjukan pukul 20.45 WIB, namun belum ada tanda-tanda kehadiran keluarga Aa' Iyan, padahal aku sudah lapar dan mengantuk. Aku gelimpangan di kasur hingga aku merasa lelah dan akhirnya terlelap tidur.

Aku terbangun saat suara anak-anak Aa' Iyan terngiang di telingaku, Aa' juga membangunkan aku untuk mengajakku makan malam bersama. Masakan gulai kambing yang Aa' bawa dari rumah mertuanya membuatku berselera. Entah ... apakah karena rasa lapar atau masakannya yang enak, aku menghabiskan nasi hingga mencapai dua piring.

Usai makan, aku langsung pamit untuk melanjutkan tidur. Malam ini Aku tidur bersama Vikri dan Ari. Aku merasa tidur malam ini sangat nyenyak sekali. Dan aku terbangun saat adzan subuh berkumandang.

Aku keluar dari kamar dan meninggalkan tubuh Vikri dan Ari yang masih terlelap. Di dapur aku sudah mendapati Kak Winarti yang sedang memasak. Aku mengemasi barang-barangku, karena pagi ini juga aku akan mengakhiri liburan lebaran Idul Adha-ku di rumah Aa' Iyan. Usai berkemas aku langsung mandi, kemudian sholat subuh bareng Aa' Iyan.

Habis menjalankan dua rakaat, aku dan Aa' Iyan sarapan teh manis hangat dan kue pisang goreng coklat buatan Kak Winarti. Sebelum meninggalkan rumah, Aa' Iyan berpamitan dengan Istri dan anak-anaknya. Aa' mencium kening istrinya, kemudian berlanjut mencium kening anak-anaknya. Anak-anaknya tersenyum sambil melontarkan doa dan harapan mereka untuk bapaknya ini.

Aku cukup bersalaman dengan istri Aa' Iyan, aku mengucapkan banyak terima kasih karena sudah menerimaku dengan baik selama liburan di rumahnya. Selanjutnya aku bersalaman dengan Vikri, Ari, dan Nadine. Sambil bersalaman aku menyelipkan uang jajan buat mereka bertiga. Jumlah uang salam tempelnya tidak perlu aku sebutkanlah, ya .... akhirnya aku dan Aa' Iyan berangkat menuju stasiun Tigaraksa, kami berdua diantar oleh keponakan Aa' Iyan yang kemarin malam menjeput kami dengan menggunakan sepeda motor.

Brrrmmm ... brrmmmm ... brmmmmm!

Selamat tinggal Tigaraksa!

Tinta Putih Di Lembar HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang