Aku berdiri tegap memandang papan pintu masuk stasiun tersebut. Aku masih bingung karena ini adalah kali pertama aku menginjak di wilayah stasiun yang termasuk padat data penumpangnya setiap hari. Dari sini aku melihat orang berjubelan mengantre untuk memasuki badan ruangan untuk menunggu lokomotif gerbong kereta commuter line. Mereka berdesak-desakan seperti mengantre untuk mendapatkan sembako gratis. Para calon penumpang itu satu persatu tap in dengan kartu khusus yang disediakan oleh pihak PT.KAI atau money card yang dikeluarkan bank-bank terkemuka di Indonesia.
Mataku terus menyapu beberapa titik ruangan untuk mencari keberadaan Aa' Iyan yang katanya masih di area pintu masuk stasiun ini. Sekian lama mencari, akhirnya aku bertemu juga dengan laki-laki kekasih hatiku itu. Aa' Iyan memasang wajah gembira menyambut kehadiranku. Tanpa ragu dia memeluk tubuhku seolah kami sudah lama tidak bertemu. Laki-laki ini tidak peduli dengan ratusan pasang mata yang memandang dengan jutaan pikiran negatif dari otak mereka. Aku sendiri sedikit risih, namun sepertinya Aa' Iyan hanya bersikap acuh tak acuh.
''Maaf ya, Aa' ... aku datang agak terlambat, soalnya tadi terkena macet ...'' ujarku mengawali perbincangan sekaligus melepas pelukan Aa'.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
''It's ok ... yang penting kamu sudah hadir di hadapan Aa' ...'' timpal Aa' dengan senyum ceria seperti biasanya.
''Aa', pasti sudah lama ya, menunggu aku?''
''Tidak juga ... paling sejak 30-menitan yang lalu ...'' Aa' melengos jam tangannya yang tersemat di pergelangan tangan kirinya.
''Tiga Puluh menit itu lama tahu A' ... apalagi dilakukan untuk menunggu ....''
''Ya ... menunggu itu sesuatu yang menyebalkan, tapi kalau menunggu kamu selama apa pun Aa' pasti akan jabanin.''
''Oo ... so sweet!"
Aku dan Aa' Iyan jadi tertawa kecil.
''Eh ... Herio, udah makan belum?''
''Belum ... 'kan aku lagi puasa hari arofah ... tapi bentar lagi bedug maghrib, sih!"
''Kalau begitu kita cari makanan dulu, yuk! Karena di dalam kereta kita tidak diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan jenis apa pun!'' Aa' Iyan merangkul pundakku, badannya merapat ke badanku lalu membawaku ke sebuah warung yang berada di tepi bangunan stasiun.
Kami berdua memasuki warung tersebut. Kemudian Aa' Iyan menyuruhku mengambil makanan apa saja sesuai dengan seleraku, karena beberapa makanan disajikan terbuka seperti layaknya prasmanan saat kita kondangan, kita bebas memilih dan mengambil makanan yang kita mau dan yang kita suka. Di hadapanku ada sejumlah masakan yang terbuat dari jeroan yang dimasak dengan kuah santan nampak sangat lezat seperti kari. Di sebelahnya ada beberapa lauk sayur mayur seperti buncis, sambal goreng kentang, oseng-oseng tempe, tumis tauge ikan asin, dan sayur asem. Dan tak luput juga ada gorengan ikan-ikanan dan daging beberapa jenis unggas. Pokoknya sajian masakan di tempat ini sangat komplit dan semuanya sangat menggoda lidah untuk mencicipinya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
''Aa' ... kayaknya sate ati ampela bumbu pedasnya enak deh!'' bisikku di telinga Aa' Iyan.
''Ambil aja Herio, kalau kamu mau memakannya!'' timpal Aa' Iyan langsung.
''Okay!'' Aku mengambil piring kosong, lalu meletakan satu tusuk sate ati ampela bumbu pedas di atasnya, tidak lupa aku juga mengambil nasi dan lauk sayur yang lainnya.
Aa' iyan masih sibuk mencari makanan kesukaannya, dia mengorek-orek makanan untuk mendapatkan bagian favoritnya. Setelah mendapatkan apa yang dia mau, dia duduk di sebelahku. Aa' memesan dua gelas teh manis hangat kepada Si Pelayan sebelum duduk manis menunggu Adzan Maghrib.
Tak lama kemudian Adzan Maghrib pun berkumandang dari sejumlah masjid yang berada dekat dengan stasiun. Setelah membaca doa berbuka puasa aku dan Aa' Iyan langsung menyikat habis makanannya. Alhamdulillah ... selamat berbuka puasa bagi yang menjalankan.