Lembar Ke-21 : Kak Wina

2.3K 97 17
                                    

Aa' Iyan dan Istrinya menghampiri aku ketika aku sedang bercengkrama dengan Vikry dan Ari di depan layar telivisi yang terdapat di ruang tengah.

''Vikry ... Ari ... sekarang kalian masuk ke kamar kalian!'' titah Aa' Iyan dengan suara tegas dan berwibawa.

''Baik Pak!'' sambut Vikry dan Ari bersamaan dengan wajah tertunduk, lalu mereka berdua berlarian kecil menuju kamar mereka.

Kini cuma ada kami bertiga di ruang keluarga ini.

''Herio ... perkenalkan ini Istri Aa' ...  namanya, Winarti!'' ujar Aa' memperkenalkan wanita berhijab di sampingnya, wanita itu tertunduk dengan senyum yang malu-malu. "Mama ... ini Herio, temannya Papa ...'' lanjut Aa' memperkenalkan aku pada istrinya.

Aku dan istri Aa' Iyan bersalaman.

Aku dan istri Aa' Iyan bersalaman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

''Herio ...'' ujarku.

''Wina ...'' balasnya.

''Silahkan duduk! Anggap saja rumah sendiri ya, Om ...'' kata wanita yang berperawakan kecil itu dengan suara yang lembut dan bervolume lirih.

''Iya, Kak ... terima kasih!'' ucapku sambil duduk bersila di tikar.

''Papa ... kamu temani Om Herio dulu, Mama mau buatkan minuman buat kalian!'' ujar wanita berhidung hemat  itu kepada Aa' Iyan. Lalu dia berjingkat menuju dapur untuk menyiapkan minuman buat aku dan Aa'.

''Gimana menurut kamu, Herio ... istri Aa' itu?'' kata Aa' Iyan setengah berbisik di telingku, dia ingin tahu pendapatku tentang istrinya itu.

''Mmm ... lumayan.''

''Lumayan apa, Herio ... Lumayan bagus apa lumayan ancur?''

''Hahaha ... aku tidak bilang begitu ya, A'.''

''Terus lumayan apa dong?''

''Lumayan baik Aa' ... sepertinya istri Aa' wanita yang penurut dan tidak banyak menuntut.''

''That's right ... kamu benar!''

''Harusnya Aa' bersyukur karena beruntung memiliki istri seperti dia ...''

''Iya ... kadang Aa' juga merasa kasihan sama dia ... saat menikah dengan Aa' dia belum genap berusia 16 tahun karena baru lulus dari bangku SMP.''

''Oh ya ... berarti dia masih muda dong,  A'?'' Aku mengernyit.

''Iya ... mungkin dia masih seumuran dengan kamu.''

''Tapi wajah dia nampak lebih dewasa, Aa'!''

''Iya, karena dia perempuan dan sudah brojolin dua orang anak pula ...''

Kak Wina

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kak Wina

Obrolan aku dan Aa' Iyan terhenti sebentar ketika Kak Winarti hadir di antara kami, wanita berkulit kuning langsat ini membawa dua gelas teh manis hangat dan setoples kue rengginang lalu dia menaruhnya di atas tikar tepat di hadapan kami.

''Maaf ya, Om ... cuma ada teh manis hangat dan camilan ndeso ...'' ucap perempuan bertahi lalat di tepi bibirnya ini dengan wajah menunduk tanpa berani menatap wajah dan mataku.

''Iya, Kak ... tidak apa-apa. Herio yang harusnya minta maaf sama Kakak, karena Herio sudah merepotkan Kakak!'' Aku melepas senyuman yang kaku. Kak Winarti juga nampak tersenyum canggung.

''Nggak kok ... saya tidak merasa repot ... saya justru senang ada teman Papa yang mau singgah ke rumah kami yang sangat sederhana ini ... oh ya, silahkan diminum tehnya selagi hangat!''

''Iya, Kak ... terima kasih banyak!'' Aku mengambil satu gelas teh dan menyeruputnya perlahan. Kami bertiga beberapa saat mematung dan berdiam diri, tak ada yang saling bicara. Suasananya mendadak kaku seperti kanebo yang kering.

Aa' Iyan dan istrinya saling berpandangan, mereka terlihat berkomunikasi dengan menggunakan kontak batin. Aa' Iyan memberikan sebuah isyarat yang hanya bisa dimengerti oleh istrinya.

''Papa ... Mama mau menemani Nadien tidur sebentar, ya!''ungkap Istri Aa' seraya bangkit dari tempat duduknya. "Om ... maaf, ditinggal dulu, ya ... jangan lupa makan camilannya!''  imbuhnya sambil menatapku sebentar lalu dia membalikan tubuhnya dan berjalan menuju ke kamar utama.

Aku dan Aa' Iyan masih membisu, entahlah tiba-tiba saja lidahku terasa kelu untuk mengucapkan kata-kata. Topik pembicaraan seolah sirna entah kemana, Aa' Iyan menyalakan satu batang rokok lalu menyulut dengan korek api gas dan kemudian menghisapnya perlahan-lahan hingga mulutnya mengepul penuh dengan asap rokok. Sementara aku hanya menyeruput dan mencecap teh manis hangat ini hingga tetes terakhir.

Tinta Putih Di Lembar HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang